Wasior, Teluk Wondama (ANTARA) - Penyelenggaraan pendidikan di kampung perbatasan sebelah selatan Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, dinilai belum berjalan maksimal bahkan jauh tertinggal dibanding daerah lain.

Jumlah tenaga pengajar minim dan hal ini sangat berdampak pada aktivitas belajar anak-anak di daerah tersebut.

Seperti halnya terjadi di Distrik Teluk Duairi. Jumlah guru di daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Nabire, Papua, ini tak sebanding dengan murid dan ruang kelas.

Proses belajar mengajar sering terputus karena jumlah guru terbatas. Ada sekolah bahkan hanya memiliki dua orang guru. Akibatnya siswa sering diliburkan ketika guru yang bertugas sedang ada urusan lain.

“Banyak sekolah kekurangan tenaga guru sehingga proses belajar mengajar di sekolah tidak berjalan dengan baik. Sejak saya masuk menjabat kepala distrik, saya sudah cek semua, layanan pendidikan tidak jalan dengan baik," kata Kepala Distrik Teluk Duairi Derek Korwa, Kamis.

Dia mencontohkan di SD Negeri Yopanggar. Sekolah di kampung yang berbatasan dengan Kabupaten Nabire ini sampai sekarang hanya diasuh dua orang guru. Alhasil sekolah sering libur sehingga bisa berdampak buruk pada kemampuan para peserta didik.

Korwa sudah melaporkan persoalan ini kepada Dinas Pendidikan. Ia berharap dinas menanggapi secara serius agar aktivitas pendidikan berjalan normal layanya daerah lain. “Bulan lalu saya sudah menghubungi pihak Dinas Pendidikan, tolong tempatkan guru di SD Yopanggar. Kami berada daerah perbatasan, kalau seperti ini harusnya malu dengan tetangga," ucapnya.

Mantan Sekretaris Dinas PU ini berharap usulan penambahan guru di SD Yopanggar bisa segera dijawab agar anak-anak di kampung paling selatan di Wondama itu tidak kehilangan masa depan karena tidak mendapat pendidikan yang baik.

“Saya harap bisa ditindaklanjuti di tahun ajaran baru ini, guru-gurunya dilengkapi sekaligus dengan fasilitas lengkap sehingga proses belajar mengajar berjalan lancar,“ kata Korwa.*

Baca juga: Papua Barat minta pembangunan Bandara Wondama dimulai 2020

Baca juga: Teluk Duairi Wondama ingin penerangan jadi kado kemedekaan

Pewarta: Toyiban
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019