Beirut (ANTARA
News) - Pengunduran diri Ketua Koalisi Nasional Suriah (SNC) yang
beroposisi, Ahmed Moaz al-Khatib, pada Ahad membuat keretakan kian dalam
di dalam kelompok pemberontak bertepatan menjelang konferensi tingkat
tinggi Arab.
Kantor kepresidenan SNC dan majelis umumnya belum menerima pengunduran diri Khatib, kata kelompok itu dalam satu pernyataan.
"Beberapa anggota koalisi telah meminta Khatib untuk kembali ke posnya," kata satu sumber oposisi kepada AFP, dengan menambahkan bahwa kelompok itu masih belum memutuskan apakah menerima pengunduran Khatib.
Qatar sebagai pendukung kunci oposisi mengimbau Khatib mengurungkan keputusannya, kata Perdana Menteri dan juga Menteri Luar Negeri Qatar Syech Hamad bin Jassem Al-Thani, yang dikutip kantor berita resmi Qatar QNA.
Hamad mengatakan dia berharap Khatib akan mempertimbangkan kembali keputusannya untuk mundur karena hal ini menjadi masalah kritis dan saat penting" kata QNA.
Pengumuman pengunduran Khatib membuat oposisi yang telah terpecah menjadi makin rapuh hanya dua hari sebelum para kepala negara Arab akan memutuskan di Doha apakah akan memberikan kursi kosong Damaskus dalam Liga Arab.
Koalisi yang dibentuk di Doha pada November merupakan kelompok pemberontak yang diakui sejumlah negara dan organisasi sebagai wakil sah rakyat Suriah.
Pengunduran mengejutkan Khatib terjadi hanya beberapa hari setelah pemilihan Ghassan Hitto sebagai perdana menteri pertama di Istanbul, dan hanya dua tahun sejak pecahnya revolusi rakyat melawan Presiden Bashar al-Assad.
Satu sumber oposisi di Doha, tempat Liga Arab akan mengadakan KTT pada Selasa, mengatakan kepada AFP bahwa Khatib menuding "negara-negara tertentu, khususnya Qatar, ingin mengendalikan oposisi dan telah menekan Hitto".
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang bereaksi atas pengunduran diri itu selagi berkunjung ke Baghdad, mengatakan,"Tak mengejutkan...hampir tak dapat dielakkan, dalam proses transisi suatu kelompok seperti oposisi mengalami perubahan-perubahan seperti itu."
Bersamaan dengan pengunduran diri itu, seorang perwira di Angkatan Darat Suriah Bebas (FSA) yang memberontak dan bertempur melawan rezim Damaskus selama dua tahun terakhir mengatakan kepada AFP pihaknya tak mengakui Hitto sebagai perdana menteri pemberontak.
"Kami dalam di dalam AD Suriah Bebas tak mengakui Ghassan Hitto sebagai perdana menteri," kata Koordinator Bidang Media dan Politik FSA Louay Muqdad.
"Saya bicara atas nama dewan-dewan militer (pemberontak) dan kepala staf ketika saya katakan bahwa kami tak dapat menerima perdana menteri yang dipaksakan di Koalisi Nasional, daripada dipilih lewat konsensus," kata Muqdad.
Hitto sendiri pada Ahad, setelah berjanji akan mendirikan satu pemerintahan berkedudukan di dalam wilayah Suriah, mengunjungi Provinsi Aleppo, di bagian utara Suriah. Sejumlah wilayah itu dikuasai oleh pemberontak, menurut info di halaman Facebook pemerintahan sementara.
Dia mengadakan pertemuan dua jam dengan delegasi para pejabat dan wakil setempat, kata pernyataan itu.
Hajj al-Bab, orang No. 2 dalam brigade Liwa al-Tawhid di Aleppo, mengatakan pengunduran diri Khatib tak akan membuat perbedaan di lapangan.
Pengunduran diri "tak memiliki dampak di lapangan karena kami tidak memilih dia. Pengunduran itu berdampak pada mereka yang memilih dia bukan para pejuang," katanya kepada AFP.
Hitto meraih 35 suara dari 49 anggota koalisi dalam pemilihan di Istanbul setelah pertemuan tertutup selama 14 jam tokoh-tokoh pemberontak dari dalam Suriah dan luar negeri.
Di Doha, karena kelompok oposisi terbelah, pertemuan para menteri luar negeri Arab menjelang KTT pada Selasa tak mengeluarkan pengumuman tentang siapa yang akan mengisi kursi Suriah sejak Liga Arab membekukan keanggotaan negara itu pada November 2011, demikian AFP melaporkan.
Kantor kepresidenan SNC dan majelis umumnya belum menerima pengunduran diri Khatib, kata kelompok itu dalam satu pernyataan.
"Beberapa anggota koalisi telah meminta Khatib untuk kembali ke posnya," kata satu sumber oposisi kepada AFP, dengan menambahkan bahwa kelompok itu masih belum memutuskan apakah menerima pengunduran Khatib.
Qatar sebagai pendukung kunci oposisi mengimbau Khatib mengurungkan keputusannya, kata Perdana Menteri dan juga Menteri Luar Negeri Qatar Syech Hamad bin Jassem Al-Thani, yang dikutip kantor berita resmi Qatar QNA.
Hamad mengatakan dia berharap Khatib akan mempertimbangkan kembali keputusannya untuk mundur karena hal ini menjadi masalah kritis dan saat penting" kata QNA.
Pengumuman pengunduran Khatib membuat oposisi yang telah terpecah menjadi makin rapuh hanya dua hari sebelum para kepala negara Arab akan memutuskan di Doha apakah akan memberikan kursi kosong Damaskus dalam Liga Arab.
Koalisi yang dibentuk di Doha pada November merupakan kelompok pemberontak yang diakui sejumlah negara dan organisasi sebagai wakil sah rakyat Suriah.
Pengunduran mengejutkan Khatib terjadi hanya beberapa hari setelah pemilihan Ghassan Hitto sebagai perdana menteri pertama di Istanbul, dan hanya dua tahun sejak pecahnya revolusi rakyat melawan Presiden Bashar al-Assad.
Satu sumber oposisi di Doha, tempat Liga Arab akan mengadakan KTT pada Selasa, mengatakan kepada AFP bahwa Khatib menuding "negara-negara tertentu, khususnya Qatar, ingin mengendalikan oposisi dan telah menekan Hitto".
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang bereaksi atas pengunduran diri itu selagi berkunjung ke Baghdad, mengatakan,"Tak mengejutkan...hampir tak dapat dielakkan, dalam proses transisi suatu kelompok seperti oposisi mengalami perubahan-perubahan seperti itu."
Bersamaan dengan pengunduran diri itu, seorang perwira di Angkatan Darat Suriah Bebas (FSA) yang memberontak dan bertempur melawan rezim Damaskus selama dua tahun terakhir mengatakan kepada AFP pihaknya tak mengakui Hitto sebagai perdana menteri pemberontak.
"Kami dalam di dalam AD Suriah Bebas tak mengakui Ghassan Hitto sebagai perdana menteri," kata Koordinator Bidang Media dan Politik FSA Louay Muqdad.
"Saya bicara atas nama dewan-dewan militer (pemberontak) dan kepala staf ketika saya katakan bahwa kami tak dapat menerima perdana menteri yang dipaksakan di Koalisi Nasional, daripada dipilih lewat konsensus," kata Muqdad.
Hitto sendiri pada Ahad, setelah berjanji akan mendirikan satu pemerintahan berkedudukan di dalam wilayah Suriah, mengunjungi Provinsi Aleppo, di bagian utara Suriah. Sejumlah wilayah itu dikuasai oleh pemberontak, menurut info di halaman Facebook pemerintahan sementara.
Dia mengadakan pertemuan dua jam dengan delegasi para pejabat dan wakil setempat, kata pernyataan itu.
Hajj al-Bab, orang No. 2 dalam brigade Liwa al-Tawhid di Aleppo, mengatakan pengunduran diri Khatib tak akan membuat perbedaan di lapangan.
Pengunduran diri "tak memiliki dampak di lapangan karena kami tidak memilih dia. Pengunduran itu berdampak pada mereka yang memilih dia bukan para pejuang," katanya kepada AFP.
Hitto meraih 35 suara dari 49 anggota koalisi dalam pemilihan di Istanbul setelah pertemuan tertutup selama 14 jam tokoh-tokoh pemberontak dari dalam Suriah dan luar negeri.
Di Doha, karena kelompok oposisi terbelah, pertemuan para menteri luar negeri Arab menjelang KTT pada Selasa tak mengeluarkan pengumuman tentang siapa yang akan mengisi kursi Suriah sejak Liga Arab membekukan keanggotaan negara itu pada November 2011, demikian AFP melaporkan.