Pasuruan (ANTARA
News) - Taman Safari Indonesia II Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur, mengembangkan sapi jenis baru "Jaliteng" yang merupakan hasil
inseminasi buatan antara sapi Bali-Banteng Jawa.
Manajer Satwa Taman Safari Indonesia II Prigen drh Ivan Candra, Minggu, mengatakan inseminasi buatan itu saat ini masih sebagai uji coba, guna mendapatkan bibit sapi yang terbaik.
"Masing-masing mempunyai kelebihan. Misalnya, untuk banteng, pencernaannya kuat, hidupnya di daerah kering, tapi mampu gemuk. Artinya pencernaannya baik," katanya.
Ia mengatakan, uji coba itu telah dilakukan sejak 2011 setelah Taman Safari mendapatkan bantuan 10 ternak sapi Bali dari Pemerintah Provinsi Jatim.
Dengan rencana pengembangan inseminasi buatan antara sapi Bali dengan Banteng yang merupakan milik Taman Safari sendiri, akhirnya bisa terealisasi. Dari hasil itu, ternyata hasil persilangan tersebut cukup baik.
Persilangan antara sapi Bali dengan Banteng Jawa itu menghasilkan anak yang lebih berat bobotnya. Biasanya, anak sapi lahir dengan berat badan 16-17 kilogram, melalui persilangan tersebut menjadi 18-21 kilogram.
Pihaknya menyebut, dari sekitar 10 sapi Bali itu telah menghasilkan delapan ekor anak, empat jantan dan empat betina. Secara keseluruhan sudah ada 16 ekor, tapi sebagian sudah ditarik oleh Pemprov Jatim, pascakeberhasilan inseminasi buatan itu.
Usia sapi "Jaliteng" itu juga bervariasi, antara lima bulan sampai yang terbesar 18 bulan.
Hasil dari inseminasi itu juga menyerupai banteng dan sapi. Secara fisik, tanduk "Jaliteng" lebih besar menyerupai banteng, namun secara wajah lebih mirip sapi. Warna tubuh ternak tersebut juga beragam, ada yang hitam dan coklat, mirip dengan sapi Bali.
Untuk makanan, ia mengatakan sama seperti ternak pada umumnya. Namun, ternak itu lebih banyak diberikan tambahan makanan seperti vitamin saat bunting.
Ia mengatakan, memang memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa mengembangkan ternak persilangan antara sapi dengan banteng itu. Dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan, agar kedua hewan dengan jenis berbeda itu mau menyatu.
Saat ini, di lokasi wisata itu terdapat 28 banteng dan 10 sapi Bali. Walaupun ada program inseminasi buatan untuk mengawinkan dua hewan itu, Taman Safari menegaskan tidak akan mengganggu proses reproduksi alami kedua hewan itu.
Manajer Satwa Taman Safari Indonesia II Prigen drh Ivan Candra, Minggu, mengatakan inseminasi buatan itu saat ini masih sebagai uji coba, guna mendapatkan bibit sapi yang terbaik.
"Masing-masing mempunyai kelebihan. Misalnya, untuk banteng, pencernaannya kuat, hidupnya di daerah kering, tapi mampu gemuk. Artinya pencernaannya baik," katanya.
Ia mengatakan, uji coba itu telah dilakukan sejak 2011 setelah Taman Safari mendapatkan bantuan 10 ternak sapi Bali dari Pemerintah Provinsi Jatim.
Dengan rencana pengembangan inseminasi buatan antara sapi Bali dengan Banteng yang merupakan milik Taman Safari sendiri, akhirnya bisa terealisasi. Dari hasil itu, ternyata hasil persilangan tersebut cukup baik.
Persilangan antara sapi Bali dengan Banteng Jawa itu menghasilkan anak yang lebih berat bobotnya. Biasanya, anak sapi lahir dengan berat badan 16-17 kilogram, melalui persilangan tersebut menjadi 18-21 kilogram.
Pihaknya menyebut, dari sekitar 10 sapi Bali itu telah menghasilkan delapan ekor anak, empat jantan dan empat betina. Secara keseluruhan sudah ada 16 ekor, tapi sebagian sudah ditarik oleh Pemprov Jatim, pascakeberhasilan inseminasi buatan itu.
Usia sapi "Jaliteng" itu juga bervariasi, antara lima bulan sampai yang terbesar 18 bulan.
Hasil dari inseminasi itu juga menyerupai banteng dan sapi. Secara fisik, tanduk "Jaliteng" lebih besar menyerupai banteng, namun secara wajah lebih mirip sapi. Warna tubuh ternak tersebut juga beragam, ada yang hitam dan coklat, mirip dengan sapi Bali.
Untuk makanan, ia mengatakan sama seperti ternak pada umumnya. Namun, ternak itu lebih banyak diberikan tambahan makanan seperti vitamin saat bunting.
Ia mengatakan, memang memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa mengembangkan ternak persilangan antara sapi dengan banteng itu. Dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan, agar kedua hewan dengan jenis berbeda itu mau menyatu.
Saat ini, di lokasi wisata itu terdapat 28 banteng dan 10 sapi Bali. Walaupun ada program inseminasi buatan untuk mengawinkan dua hewan itu, Taman Safari menegaskan tidak akan mengganggu proses reproduksi alami kedua hewan itu.