Pangkalan Bun (Antara Kalteng) - Tim Disaster and Victim Identification (DVI) belum berencana menambah personel di posko RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, untuk pemeriksaan awal korban pesawat AirAsia QZ 8501.
"Mengingat di sini tidak dilakukan proses identifikasi sama sekali, hanya pengemasan dan pemasukan ke dalam peti jenazah, makanya kami tidak menambah personel. Saat ini di sini ada dua spesialis forensik dan 10 teknisi," kata Direktur Eksekutif DVI Komisaris Besar Anton Castilani di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Sabtu.
Seluruh jenazah yang ditemukan memang dibawa ke Posko DVI Biddokkes Polda Kalimantan Tengah yang ada di rumah sakit tersebut, namun tidak ada proses identifikasi secara khusus yang dilakukan petugas.
Tindakan yang dilakukan di Posko DVI RSUD Sultan Imanuddin hanya memastikan jenis kelamin, kemudian mengemas dan mempersiapkan jenazah untuk dikirim ke Surabaya. Proses identifikasi sepenuhnya dilakukan di Surabaya.
Anton menjelaskan sejak awal memang ada dua opsi pemilihan lokasi posko DVI untuk pengidentifikasian jenazah, yakni lokasi yang dekat dengan tempat kejadian di Pangkalan Bun atau pertimbangan lokasi yang dekat dengan fasilitas, yaitu di Jawa Timur.
"Kita pilih Surabaya karena sebagian besar penumpang berasal dari daerah yang dekat dengan Jawa Timur. Selain itu, juga pertimbangan kelengkapan fasilitas, sumber daya manusia, dan laboratorium sehingga waktu itu diputuskan kita melaksanakan di sana (Surabaya, red.). Alasannya efisiensi, efektifitas, dan ekonomis. Sampai siang ini saya tetapkan seluruh operasi tetap di Surabaya," katanya.
Disinggung soal kesiapan RSUD Sultan Imanuddin terkait kemungkinan posko DVI dipindah ke rumah sakit itu, Anton menyatakan apresiasinya.
Langkah itu, katanya, sebagai hal yang bagus karena tetap dibutuhkan untuk mengantisipasi kemungkinan evakuasi jenazah dalam jumlah besar pada waktu bersamaan.
"Ruang yang ada kan kecil. Kalau temuan tambah banyak lagi, kita geser ke belakang. Ruangannya di sana lebih besar dan terbuka, kalau di sini cukup pengap," kata Anton.
Langkah pihak rumah sakit mendatangkan lemari pendingin (cold storage) juga diapresiasi karena hal itu membantu untuk penyimpanan jenazah jika ada keterlambatan pemberangkatan jenazah.
Hingga Sabtu siang, 30 jenazah berhasil dievakuasi. Seluruh jenazah telah diterbangkan ke Surabaya untuk diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga korban.
(T.KR-NJI/B/M029/M029)
"Mengingat di sini tidak dilakukan proses identifikasi sama sekali, hanya pengemasan dan pemasukan ke dalam peti jenazah, makanya kami tidak menambah personel. Saat ini di sini ada dua spesialis forensik dan 10 teknisi," kata Direktur Eksekutif DVI Komisaris Besar Anton Castilani di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Sabtu.
Seluruh jenazah yang ditemukan memang dibawa ke Posko DVI Biddokkes Polda Kalimantan Tengah yang ada di rumah sakit tersebut, namun tidak ada proses identifikasi secara khusus yang dilakukan petugas.
Tindakan yang dilakukan di Posko DVI RSUD Sultan Imanuddin hanya memastikan jenis kelamin, kemudian mengemas dan mempersiapkan jenazah untuk dikirim ke Surabaya. Proses identifikasi sepenuhnya dilakukan di Surabaya.
Anton menjelaskan sejak awal memang ada dua opsi pemilihan lokasi posko DVI untuk pengidentifikasian jenazah, yakni lokasi yang dekat dengan tempat kejadian di Pangkalan Bun atau pertimbangan lokasi yang dekat dengan fasilitas, yaitu di Jawa Timur.
"Kita pilih Surabaya karena sebagian besar penumpang berasal dari daerah yang dekat dengan Jawa Timur. Selain itu, juga pertimbangan kelengkapan fasilitas, sumber daya manusia, dan laboratorium sehingga waktu itu diputuskan kita melaksanakan di sana (Surabaya, red.). Alasannya efisiensi, efektifitas, dan ekonomis. Sampai siang ini saya tetapkan seluruh operasi tetap di Surabaya," katanya.
Disinggung soal kesiapan RSUD Sultan Imanuddin terkait kemungkinan posko DVI dipindah ke rumah sakit itu, Anton menyatakan apresiasinya.
Langkah itu, katanya, sebagai hal yang bagus karena tetap dibutuhkan untuk mengantisipasi kemungkinan evakuasi jenazah dalam jumlah besar pada waktu bersamaan.
"Ruang yang ada kan kecil. Kalau temuan tambah banyak lagi, kita geser ke belakang. Ruangannya di sana lebih besar dan terbuka, kalau di sini cukup pengap," kata Anton.
Langkah pihak rumah sakit mendatangkan lemari pendingin (cold storage) juga diapresiasi karena hal itu membantu untuk penyimpanan jenazah jika ada keterlambatan pemberangkatan jenazah.
Hingga Sabtu siang, 30 jenazah berhasil dievakuasi. Seluruh jenazah telah diterbangkan ke Surabaya untuk diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga korban.
(T.KR-NJI/B/M029/M029)