"Sometimes you gotta make a leap of faith, believe when nobody else will," (Terkadang kamu harus membuat lompatan keimanan, percaya ketika orang lain tidak).
Film Conjuring 2 merupakan lanjutan dari kisah duet penyelidik paranormal Ed dan Lorraine Warren, dan merupakan kelanjutan dari hit film horor tahun 2013, Conjuring, karya sutradara Australia berdarah Malaysia, James Wan.
Masih sama dengan film sebelumnya, film itu menceritakan Ed-Lorraine Warren, pasangan suami istri yang keliling ke berbagai lokasi guna menyelidiki aktivitas-aktivitas dunia gaib seperti roh yang gentayangan dan sebagainya.
Awal film tersebut dibuka dengan penyelidikan dalam kasus pembunuhan di rumah Amityville di Amerika Serikat pada tahun 1976, di mana dua tahun sebelumnya dalam rumah tersebut pernah terjadi pembunuhan massal yang dilakukan oleh anak sulung dari keluarga yang tinggal di rumah itu.
Ketika menggunakan kekuatan psikisnya guna menyelidiki apakah pembunuhan itu dilakukan dengan intervensi mahkluk halus atau tidak, Lorraine (Vera Farmiga) mendapatkan penglihatan mengenai kematian suaminya, Ed (Patrick Wilson).
Setelah mendapatkan gambaran yang mengerikan tersebut, Lorraine menyatakan kepada suaminya untuk sebaiknya mereka berhenti guna melakukan penyelidikan terhadap aktivitas-aktivitas paranormal.
Sementara itu nun jauh di London, Inggris, satu keluarga yang terdiri atas seorang ibu dan empat anaknya juga tengah diteror oleh berbagai aktivitas yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
Sang ibu, Peggy Hodgson (Frances OConnor), hidup dalam kondisi pas-pasan dan mengalami kesukaran dalam membayar uang sewa rumahnya, sedangkan keempat anaknya juga memiliki masalahnya sendiri-sendiri.
Misalnya sang anak bungsu, Billy Hodgson (Benjamin Haigh), yang kerap diejek dan dihina oleh teman-teman di sekolahnya karena kegagapan yang dimilikinya.
Namun, masalah utama terletak pada sang anak kedua, Janet Hodgson (Madison Wolfe), yang memiliki kemampuan untuk melihat atau berkomunikasi dengan mahkluk gaib.
Janet, yang setiap hari tidur satu kamar dengan kakak terbesarnya, Margaret (Lauren Esposito), kerap ditemukan terbangun di tempat lain seperti di ruang keluarga.
Ketakutan akan gangguan-gangguan gaib membuat keluarga tersebut mengungsi ke rumah tetangganya.
Namun setelah sang tetangga mengecek sendiri rumah itu, ternyata tidak ditemukan apa-apa sehingga sang tetangga memanggil pihak kepolisian.
Saat petugas kepolisian menyelidiki, mereka juga mendengar bunyi aneh di dalam dinding serta kursi yang bergerak sendiri tanpa ada orang yang mendorong kursi itu.
Fenomena gaib di kediaman Hodgson akhirnya menjadi bahan pembicaraan dan media juga tertarik untuk meliputnya guna mendapatkan gambar roh halus tersebut.
Salah satu pihak yang tertarik guna menyelidiki fenomena itu adalah Maurice Grosse (Simon McBurney), penyelidik paranormal asal Inggris yang juga merupakan kolega dari pasangan Ed-Lorraine Warren.
Tertarik akan kasus tersebut, bahkan Maurice dengan bantuan media juga berhasil merekam sosok Janet yang sedang kerasukan oleh mahkluk halus yang pernah mendiami rumah itu sebelumnya.
Maurice kemudian memberitahukan hal ini kepada pihak gereja setempat yang juga meminta pertolongan kepada pasangan Warren guna menyelidikinya.
Meski awalnya enggan menerima kasus itu, Lorraine akhirnya menyetujuinya setelah dibujuk oleh sang suami dan mereka berdua terbang ke London untuk membantu Maurice.
Pasangan Warren seperti biasa, berupaya merekam aktivitas paranormal di dalam sejumlah media seperti alat perekam suara dan gambar, guna mendapatkan bukti bahwa kejadian itu bukan hanya sekadar bohong-bohongan.
Maurice juga menginginkan agar pasangan tersebut percaya kepada "leap of faith" (lompatan keimanan), agar mereka secara bersama-sama juga dapat membantu keluarga Hodgson untuk tidak lagi mendapatkan gangguan di rumah tersebut.
Secara keseluruhan, film berdurasi 134 menit itu banyak menampilkan "jump scare", atau adegan-adegan sport jantung yang sangat mengejutkan bagi para penonton.
Hal tersebut juga didukung oleh tata suara yang benar-benar dikemas dengan bagus sehingga dapat membawa emosi penonton menjadi tercekam dan terkesima dengan kemunculan beragam "setan" di film itu.
Namun masalahnya, dalam lintasan film horor, terutama pada abad ke-21 ini, semakin banyak film horor yang hanya mengandalkan teknik "jump scare", tetapi secara skenario tidak dibahas secara mendalam.
Dalam film Conjuring 2 ini misalnya, James Wan sebagai seorang sutradara sepertinya selain ingin menampilkan kengerian yang menjadi salah satu spesialisasinya, ingin juga menelaah romantika antara pasangan Warren.
Namun, karena telah berkali-kali mendapat serangan adegan sport jantung, emosi penonton juga lazimnya cepat habis dan tersedot akan kengerian sehingga tidak mendapatkan pesan yang diambil dari keharmonisan hubungan antara Ed dan Lorraine.
Selain itu, kisah mengenai rumah yang dihantui mahkluk halus dan di dalamnya diisi oleh keluarga dengan banyak anak juga sedikit banyak mengingatkan dengan film Conjuring pertama, namun perbedaanya kali ini terjadi di negara di luar Amerika Serikat, yaitu Inggris.
Sebagai sebuah kisah horor yang memang memiliki warna utama untuk menimbulkan sensasi kengerian penonton, film Conjuring 2 memang dikatakan sukses karena efektifnya penggunaan adegan yang membuat penonton sport jantung bahkan sampai mengangkat kakinya dari bangku penonton.
Namun sebagai sebuah film horor yang memiliki misteri yang mendalam dan tidak dangkal, Conjuring 2 masih di bawah film seperti Psycho dan Sixth Sense.
Film Conjuring 2 merupakan lanjutan dari kisah duet penyelidik paranormal Ed dan Lorraine Warren, dan merupakan kelanjutan dari hit film horor tahun 2013, Conjuring, karya sutradara Australia berdarah Malaysia, James Wan.
Masih sama dengan film sebelumnya, film itu menceritakan Ed-Lorraine Warren, pasangan suami istri yang keliling ke berbagai lokasi guna menyelidiki aktivitas-aktivitas dunia gaib seperti roh yang gentayangan dan sebagainya.
Awal film tersebut dibuka dengan penyelidikan dalam kasus pembunuhan di rumah Amityville di Amerika Serikat pada tahun 1976, di mana dua tahun sebelumnya dalam rumah tersebut pernah terjadi pembunuhan massal yang dilakukan oleh anak sulung dari keluarga yang tinggal di rumah itu.
Ketika menggunakan kekuatan psikisnya guna menyelidiki apakah pembunuhan itu dilakukan dengan intervensi mahkluk halus atau tidak, Lorraine (Vera Farmiga) mendapatkan penglihatan mengenai kematian suaminya, Ed (Patrick Wilson).
Setelah mendapatkan gambaran yang mengerikan tersebut, Lorraine menyatakan kepada suaminya untuk sebaiknya mereka berhenti guna melakukan penyelidikan terhadap aktivitas-aktivitas paranormal.
Sementara itu nun jauh di London, Inggris, satu keluarga yang terdiri atas seorang ibu dan empat anaknya juga tengah diteror oleh berbagai aktivitas yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
Sang ibu, Peggy Hodgson (Frances OConnor), hidup dalam kondisi pas-pasan dan mengalami kesukaran dalam membayar uang sewa rumahnya, sedangkan keempat anaknya juga memiliki masalahnya sendiri-sendiri.
Misalnya sang anak bungsu, Billy Hodgson (Benjamin Haigh), yang kerap diejek dan dihina oleh teman-teman di sekolahnya karena kegagapan yang dimilikinya.
Namun, masalah utama terletak pada sang anak kedua, Janet Hodgson (Madison Wolfe), yang memiliki kemampuan untuk melihat atau berkomunikasi dengan mahkluk gaib.
Janet, yang setiap hari tidur satu kamar dengan kakak terbesarnya, Margaret (Lauren Esposito), kerap ditemukan terbangun di tempat lain seperti di ruang keluarga.
Ketakutan akan gangguan-gangguan gaib membuat keluarga tersebut mengungsi ke rumah tetangganya.
Namun setelah sang tetangga mengecek sendiri rumah itu, ternyata tidak ditemukan apa-apa sehingga sang tetangga memanggil pihak kepolisian.
Saat petugas kepolisian menyelidiki, mereka juga mendengar bunyi aneh di dalam dinding serta kursi yang bergerak sendiri tanpa ada orang yang mendorong kursi itu.
Fenomena gaib di kediaman Hodgson akhirnya menjadi bahan pembicaraan dan media juga tertarik untuk meliputnya guna mendapatkan gambar roh halus tersebut.
Salah satu pihak yang tertarik guna menyelidiki fenomena itu adalah Maurice Grosse (Simon McBurney), penyelidik paranormal asal Inggris yang juga merupakan kolega dari pasangan Ed-Lorraine Warren.
Tertarik akan kasus tersebut, bahkan Maurice dengan bantuan media juga berhasil merekam sosok Janet yang sedang kerasukan oleh mahkluk halus yang pernah mendiami rumah itu sebelumnya.
Maurice kemudian memberitahukan hal ini kepada pihak gereja setempat yang juga meminta pertolongan kepada pasangan Warren guna menyelidikinya.
Meski awalnya enggan menerima kasus itu, Lorraine akhirnya menyetujuinya setelah dibujuk oleh sang suami dan mereka berdua terbang ke London untuk membantu Maurice.
Pasangan Warren seperti biasa, berupaya merekam aktivitas paranormal di dalam sejumlah media seperti alat perekam suara dan gambar, guna mendapatkan bukti bahwa kejadian itu bukan hanya sekadar bohong-bohongan.
Maurice juga menginginkan agar pasangan tersebut percaya kepada "leap of faith" (lompatan keimanan), agar mereka secara bersama-sama juga dapat membantu keluarga Hodgson untuk tidak lagi mendapatkan gangguan di rumah tersebut.
Secara keseluruhan, film berdurasi 134 menit itu banyak menampilkan "jump scare", atau adegan-adegan sport jantung yang sangat mengejutkan bagi para penonton.
Hal tersebut juga didukung oleh tata suara yang benar-benar dikemas dengan bagus sehingga dapat membawa emosi penonton menjadi tercekam dan terkesima dengan kemunculan beragam "setan" di film itu.
Namun masalahnya, dalam lintasan film horor, terutama pada abad ke-21 ini, semakin banyak film horor yang hanya mengandalkan teknik "jump scare", tetapi secara skenario tidak dibahas secara mendalam.
Dalam film Conjuring 2 ini misalnya, James Wan sebagai seorang sutradara sepertinya selain ingin menampilkan kengerian yang menjadi salah satu spesialisasinya, ingin juga menelaah romantika antara pasangan Warren.
Namun, karena telah berkali-kali mendapat serangan adegan sport jantung, emosi penonton juga lazimnya cepat habis dan tersedot akan kengerian sehingga tidak mendapatkan pesan yang diambil dari keharmonisan hubungan antara Ed dan Lorraine.
Selain itu, kisah mengenai rumah yang dihantui mahkluk halus dan di dalamnya diisi oleh keluarga dengan banyak anak juga sedikit banyak mengingatkan dengan film Conjuring pertama, namun perbedaanya kali ini terjadi di negara di luar Amerika Serikat, yaitu Inggris.
Sebagai sebuah kisah horor yang memang memiliki warna utama untuk menimbulkan sensasi kengerian penonton, film Conjuring 2 memang dikatakan sukses karena efektifnya penggunaan adegan yang membuat penonton sport jantung bahkan sampai mengangkat kakinya dari bangku penonton.
Namun sebagai sebuah film horor yang memiliki misteri yang mendalam dan tidak dangkal, Conjuring 2 masih di bawah film seperti Psycho dan Sixth Sense.