Jakarta (Antara Kalteng) - Sutradara Nia Dinata berpendapat Indonesia masih kekurangan penulis skenario berbakat yang bisa menghasilkan karya cemerlang.
"Penulisan naskah di perfilman Indonesia jadi titik yang paling lemah," kata Nia dalam konferensi pers Viu Female Story Festival di Jakarta, Jumat.
Penulisan skenario film-film Indonesia dinilai masih terjebak pada formula yang itu-itu saja. Kata Nia, hal itu dikeluhkan oleh para mentor dari Hollywood maupun Eropa yang datang untuk membimbing para sineas dalam beberapa tahun terakhir.
"Saat workshop, keluhan mentor adalah ide bagus, tapi penulisan skenario terbuai dalam format sinetron, terlalu melodrama. Harusnya storytelling bisa kreatif dengan berbagai cara," papar dia.
Jumlah penulis naskah film yang berkualitas, kata Nia, tidak sebanding dengan sumber daya manusia di produksi film yang jauh lebih maju.
"Padahal skenario itu blueprint film," katanya. Nia berpendapat membuat skenario adalah salah satu hal yang sulit dalam memproduksi film. Naskah yang harus dikerjakan berbulan-bulan saat praproduksi menuntut proses yang menantang.
"Sementara orang yang baru masuk dunia film mungkin ingin merasakan langsung syuting," katanya.
Bisa juga para penulis naskah tidak punya referensi lain di luar tayangan televisi sehingga karya yang tercipta tak jauh dari standar sinetron atau FTV.
Demi meningkatkan kualitas skenario, penting untuk membangun selera seni baru sehingga masyarakat bisa menikmati tontonan mencerdaskan.
"Penulisan naskah di perfilman Indonesia jadi titik yang paling lemah," kata Nia dalam konferensi pers Viu Female Story Festival di Jakarta, Jumat.
Penulisan skenario film-film Indonesia dinilai masih terjebak pada formula yang itu-itu saja. Kata Nia, hal itu dikeluhkan oleh para mentor dari Hollywood maupun Eropa yang datang untuk membimbing para sineas dalam beberapa tahun terakhir.
"Saat workshop, keluhan mentor adalah ide bagus, tapi penulisan skenario terbuai dalam format sinetron, terlalu melodrama. Harusnya storytelling bisa kreatif dengan berbagai cara," papar dia.
Jumlah penulis naskah film yang berkualitas, kata Nia, tidak sebanding dengan sumber daya manusia di produksi film yang jauh lebih maju.
"Padahal skenario itu blueprint film," katanya. Nia berpendapat membuat skenario adalah salah satu hal yang sulit dalam memproduksi film. Naskah yang harus dikerjakan berbulan-bulan saat praproduksi menuntut proses yang menantang.
"Sementara orang yang baru masuk dunia film mungkin ingin merasakan langsung syuting," katanya.
Bisa juga para penulis naskah tidak punya referensi lain di luar tayangan televisi sehingga karya yang tercipta tak jauh dari standar sinetron atau FTV.
Demi meningkatkan kualitas skenario, penting untuk membangun selera seni baru sehingga masyarakat bisa menikmati tontonan mencerdaskan.