Palangka Raya (Antaranews Kalteng) - Emosi dan pikiran negatif biasanya gampang muncul saat Anda sedang merasa tertekan karena suatu hal.

Mudahnya begini. Anda merasa stres karena pekerjaan menumpuk dan baru saja dimarahi atasan. Semua masalah ini tentu membuat Anda jadi kepikiran sepanjang hari dan akhirnya bikin Anda jadi gampang marah ke semua orang. Padahal, Anda tentu tahu kalau orang-orang tersebut tidak salah.

Contoh lainnya, Anda sedang bertengkar dengan pasangan karena merasa dia tidak setia lagi karena punya selingkuhan. Pikiran negatif ini mungkin akan terbawa sepanjang hari. Anda pun jadi gampang stres, sedih, dan tidak bersemangat untuk beraktivitas.

Dari dua contoh tersebut terlihat jelas bahwa semua perasaan dan pikiran negatif akan membuat Anda jadi gampang stres. Jika tidak dikelola dengan baik, stres berkepanjangan ini bisa memicu gangguan mental.

Dikutip dari Psychology Today, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa semakin banyak tekanan emosi negatif yang dirasakan, semakin besar pula risiko depresi yang dapat terjadi. Ini karena stres maupun sedih yang berkepanjangan akan melepaskan banyak hormon kortisol alias hormon stres dalam tubuh.

Banyaknya hormon stres dalam tubuh dapat mengganggu keseimbangan hormon di otak. Lama-lama, hal ini dapat memicu gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, dan sebagainya.

Penelitian lain dari University of California, Berkeley, pun turut mendukung hal ini. Orang yang mengalami stres berat cenderung memiliki lebih banyak materi putih (white matter) daripada materi abu-abu (gray matter) pada otak. Semakin banyak materi putih pada otak, maka semakin sulit bagi Anda untuk menenangkan diri dan berisiko terkena depresi.

Pewarta : -
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024