Jakarta (Antaranews Kalteng) - The New York Times pada akhir pekan lalu memuat sebuah laporan mengenai dugaan Arab Saudi menggunakan Twitter untuk melawan aktivitas orang-orang yang mereka anggap pembangkang, salah satunya jurnalis Jamal Khashoggi.
Khashoggi, menurut Times, menjadi subjek perundungan di dunia maya sebelum dia mati. Petugas intelijen barat dikabarkan mengontak Twitter untuk memberi tahu bahwa Arab Saudi menggunakan salah seorang pegawainya, Ali Alzabarah untuk “memata-matai akun pembangkang dan yang lainnnya”.
Alzabarah, seorang teknisi di Twitter, disebut dibujuk oleh Saudi untuk memantau sejumlah akun. Twitter dikabarkan memberikan sanksi administratif kepada Alzabarah sementara mereka menyelidiki dugaan ini.
Dia dipecat pada akhir 2015 lalu meski pun Twitter tidak dapat menemukan bukti bahwa Alzabarah memberikan data kepada pemerintah Arab Saudi. Twitter kemudian memberitahukan sejumlah akun bahwa mereka mungkin menjadi target.
Sementara itu, Alzabarah kembali ke Saudi.
Twitter, dikutip dari laman The Verge menyatakan “tidak ada yang perlu ditambahkan saat ini” ketika disinggung mengenai temuan The New York Times ini. Menurut laporan Times, pemilik akun yang mendapat pemberitahuan tersebut antara lain akademisi, peneliti keamanan, jurnalis dan sejumlah orang yang bekerja untuk proyek bernama Tor.
Laporan Times tidak menyebutkan secara spesifik akun Khashoggi menjadi salah satu yang dipantau Alzabarah, namun, Khashoggi menjadi subjek dari para troll yang dirancang oleh pemerintah Saudi untuk membungkan kritik.
Grup troll tersebut dikabarkan dipimpin oleh Saud al-Qahtani, salah seorang penasihat Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman yang baru-baru ini dipecat terkait kematian Khashoggi.
Troll tersebut menggunakan aplikasi berkirim pesan untuk mengirim daftar nama orang yang akan dilecehkan, topik yang harus dipantau dan isu pro-pemerintah yang harus diangkat.
Mereka akan melaporkan cuitan-cuitan dari akun target supaya Twitter menyembunyikan cuitan tersebut.
Pekan lalu, NBC News melaporkan Twitter menangguhkan akun bot yang digunakan untuk mendongkrak propaganda pro-Saudi di waktu yang sama dengan kematian Khashoggi.
Akun-akun ini dibuat antara 2011-2017 menggunakan siasat yang rumit agar tidak terdeteksi Twitter, yang memiliki kebijakan baru untuk memerangi akun bot.
Khashoggi, menurut Times, menjadi subjek perundungan di dunia maya sebelum dia mati. Petugas intelijen barat dikabarkan mengontak Twitter untuk memberi tahu bahwa Arab Saudi menggunakan salah seorang pegawainya, Ali Alzabarah untuk “memata-matai akun pembangkang dan yang lainnnya”.
Alzabarah, seorang teknisi di Twitter, disebut dibujuk oleh Saudi untuk memantau sejumlah akun. Twitter dikabarkan memberikan sanksi administratif kepada Alzabarah sementara mereka menyelidiki dugaan ini.
Dia dipecat pada akhir 2015 lalu meski pun Twitter tidak dapat menemukan bukti bahwa Alzabarah memberikan data kepada pemerintah Arab Saudi. Twitter kemudian memberitahukan sejumlah akun bahwa mereka mungkin menjadi target.
Sementara itu, Alzabarah kembali ke Saudi.
Twitter, dikutip dari laman The Verge menyatakan “tidak ada yang perlu ditambahkan saat ini” ketika disinggung mengenai temuan The New York Times ini. Menurut laporan Times, pemilik akun yang mendapat pemberitahuan tersebut antara lain akademisi, peneliti keamanan, jurnalis dan sejumlah orang yang bekerja untuk proyek bernama Tor.
Laporan Times tidak menyebutkan secara spesifik akun Khashoggi menjadi salah satu yang dipantau Alzabarah, namun, Khashoggi menjadi subjek dari para troll yang dirancang oleh pemerintah Saudi untuk membungkan kritik.
Grup troll tersebut dikabarkan dipimpin oleh Saud al-Qahtani, salah seorang penasihat Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman yang baru-baru ini dipecat terkait kematian Khashoggi.
Troll tersebut menggunakan aplikasi berkirim pesan untuk mengirim daftar nama orang yang akan dilecehkan, topik yang harus dipantau dan isu pro-pemerintah yang harus diangkat.
Mereka akan melaporkan cuitan-cuitan dari akun target supaya Twitter menyembunyikan cuitan tersebut.
Pekan lalu, NBC News melaporkan Twitter menangguhkan akun bot yang digunakan untuk mendongkrak propaganda pro-Saudi di waktu yang sama dengan kematian Khashoggi.
Akun-akun ini dibuat antara 2011-2017 menggunakan siasat yang rumit agar tidak terdeteksi Twitter, yang memiliki kebijakan baru untuk memerangi akun bot.