Jakarta (Antaranews Kalteng) - Foodborne disease atau penyakit imbas mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, parasit berbahaya, serta kandungan bahan kimia, ternyata bisa menyebabkan 200 jenis penyakit, termasuk diare.
Dokter Spesialis Gizi Klinis RSPI dr. Juwalita Surapsari, M. Gizi, Sp.GK mengatakan di Jakarta, Rabu, bahwa anak berusia di bawah lima tahun berisiko besar terjangkit penyakit yang berhubungan dengan foodborne disease.
"Menurut data badan kesehatan dunia (WHO) terdapat 60 juta anak di bawah lima tahun itu terkena foodborne disease dan 50 ribu di antaranya meninggal setiap tahun di kawasan Asia Tenggara,” ungkap dr Juwalita.
Ia melanjutkan, prevalensi diare pada balita yang terjadi di Indonesia itu adalah 18,5 persen pada tahun 2013 dan tahun ini angka prevalensi tersebut menurun menjadi 12,3 persen berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
“Foodborne disease dapat dicegah dengan memerhatikan keamanan pangan, yakni menghindari kontaminasi bakteri dan mendapatkan manfaat zat gizi yang optimal dari makanan,” jelas dr. Lita.
Lima langkah
Ia mengatakan terdapat lima langkah penting dalam menyajikan makanan agar makanan tersebut aman dari penyakit.
“Pertama, perhatikan kebersihan. Coba cek kuku Ibu dan anak karena kuku adalah tempat tersembunyi bagi kuman. Sehingga perhatikan sela-sela kuku. Cucilah tangan sebelum mengolah makanan,” sebut dr. Lita.
Kemudian pisahkan makanan yang mentah dan matang.
“Masaklah makanan hingga benar-benar matang. Suhu makanan adalah 70 derajat,” imbuhnya.
Keempat, perhatikan suhu makanan yang aman. “Dua jam adalah batas maksimal menyajikan makanan setelah dimasak. Sebab, suhu di bawah 50 hingga 60 derajat itu memudahkan bakteri berkembang dalam makanan. Jadi, bila tidak dimakan dalam waktu dua jam, segera masukkan ke kulkas,” jelas dr. Lita.
Terakhir, sambungnya, gunakan material makanan yang telah dibersihkan dengan benar.
Dokter Spesialis Gizi Klinis RSPI dr. Juwalita Surapsari, M. Gizi, Sp.GK mengatakan di Jakarta, Rabu, bahwa anak berusia di bawah lima tahun berisiko besar terjangkit penyakit yang berhubungan dengan foodborne disease.
"Menurut data badan kesehatan dunia (WHO) terdapat 60 juta anak di bawah lima tahun itu terkena foodborne disease dan 50 ribu di antaranya meninggal setiap tahun di kawasan Asia Tenggara,” ungkap dr Juwalita.
Ia melanjutkan, prevalensi diare pada balita yang terjadi di Indonesia itu adalah 18,5 persen pada tahun 2013 dan tahun ini angka prevalensi tersebut menurun menjadi 12,3 persen berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
“Foodborne disease dapat dicegah dengan memerhatikan keamanan pangan, yakni menghindari kontaminasi bakteri dan mendapatkan manfaat zat gizi yang optimal dari makanan,” jelas dr. Lita.
Lima langkah
Ia mengatakan terdapat lima langkah penting dalam menyajikan makanan agar makanan tersebut aman dari penyakit.
“Pertama, perhatikan kebersihan. Coba cek kuku Ibu dan anak karena kuku adalah tempat tersembunyi bagi kuman. Sehingga perhatikan sela-sela kuku. Cucilah tangan sebelum mengolah makanan,” sebut dr. Lita.
Kemudian pisahkan makanan yang mentah dan matang.
“Masaklah makanan hingga benar-benar matang. Suhu makanan adalah 70 derajat,” imbuhnya.
Keempat, perhatikan suhu makanan yang aman. “Dua jam adalah batas maksimal menyajikan makanan setelah dimasak. Sebab, suhu di bawah 50 hingga 60 derajat itu memudahkan bakteri berkembang dalam makanan. Jadi, bila tidak dimakan dalam waktu dua jam, segera masukkan ke kulkas,” jelas dr. Lita.
Terakhir, sambungnya, gunakan material makanan yang telah dibersihkan dengan benar.