Pangkalan Bun (ANTARA) - Muhammad Fachrurrozy Eza Anly atau yang akrab disapa Eza, sukses menjadi juara 1 kategori gitar solo pada ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2019 Kalimantan Tengah yang digelar pada 8-10 Juli 2019 di Palangka Raya.
"Usai menjadi juara di Palangka Raya, saya dipercaya mewakili Kalteng pada ajang serupa di tingkat nasional pada September 2019, di Kota Bandar Lampung, Lampung," kata Eza di Pangkalan Bun, Minggu.
Untuk itu, saat ini ia pun terus mempersiapkan diri agar nantinya bisa menampilkan kemampuan terbaiknya dan mengharumkan nama daerah pada ajang tersebut. Secara rutin ia terus mengasah teknik bergitarnya, agar bisa terus bermain secara konsisten tanpa melakukan kesalahan sedikit pun.
Jika melihat perjalanan Eza selama ini, sangatlah wajar jika ia bisa menjadi yang terbaik pada FLS2N tingkat provinsi kategori gitar solo. Bermula pada FLS2N 2017 Kabupaten Lamandau, ia dipilih sebagai perwakilan SMP Negeri 1 Bulik pada kategori yang sama, hingga akhirnya berhasil menjadi juara 2 pada waktu itu.
Kemudian setelah melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat sekolah menengah atas, Eza memilih untuk bersekolah di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, tepatnya di SMA Negeri 1 Pangkalan Bun. Berbekal pengalaman serta prestasi yang diraih sebelumnya, ia pun kembali mengikuti FLS2N tingkat kabupaten untuk SMA/SMK.
"Pada saat FLS2N di Kotawaringin Barat itu, saya berhasil menjadi yang terbaik. Hingga akhirnya mewakili daerah pada ajang serupa di tingkat provinsi dan meraih juara 1 pada kategori solo gitar serta juara 2 vokal grup. Pada vokal grup saya menjadi pemain gitar yang bertugas mengiringi penyanyi," jelasnya.
Sementara itu, Hadli sang ayah menuturkan, awalnya sempat kesal karena mendengar laporan dan cerita dari keluarga di Pangkalan Bun, sebab dalam beberapa waktu terakhir Eza sering terlambat pulang kerumah.
Setelah dicari tahu penyebabnya, ternyata Eza harus sering berlatih dan mengaransemen ulang musik yang akan dibawakannya pada saat tampil dalam perlombaan. Pihak keluarga pun langsung tenang dan memberikan dukungan kepadanya agar bisa menampilkan yang terbaik.
"Selaku orang tua, saya terus mendukung pengembangan kemampuan dan bakat anak, selama itu merupakan hal yang positif. Namun kami tetap menyepakati, bahwa sekolah tetap menjadi nomor satu dan jangan sampai gara-gara asik bermain gitar, nilai akademisnya terabaikan," harapnya.
"Usai menjadi juara di Palangka Raya, saya dipercaya mewakili Kalteng pada ajang serupa di tingkat nasional pada September 2019, di Kota Bandar Lampung, Lampung," kata Eza di Pangkalan Bun, Minggu.
Untuk itu, saat ini ia pun terus mempersiapkan diri agar nantinya bisa menampilkan kemampuan terbaiknya dan mengharumkan nama daerah pada ajang tersebut. Secara rutin ia terus mengasah teknik bergitarnya, agar bisa terus bermain secara konsisten tanpa melakukan kesalahan sedikit pun.
Jika melihat perjalanan Eza selama ini, sangatlah wajar jika ia bisa menjadi yang terbaik pada FLS2N tingkat provinsi kategori gitar solo. Bermula pada FLS2N 2017 Kabupaten Lamandau, ia dipilih sebagai perwakilan SMP Negeri 1 Bulik pada kategori yang sama, hingga akhirnya berhasil menjadi juara 2 pada waktu itu.
Kemudian setelah melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat sekolah menengah atas, Eza memilih untuk bersekolah di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, tepatnya di SMA Negeri 1 Pangkalan Bun. Berbekal pengalaman serta prestasi yang diraih sebelumnya, ia pun kembali mengikuti FLS2N tingkat kabupaten untuk SMA/SMK.
"Pada saat FLS2N di Kotawaringin Barat itu, saya berhasil menjadi yang terbaik. Hingga akhirnya mewakili daerah pada ajang serupa di tingkat provinsi dan meraih juara 1 pada kategori solo gitar serta juara 2 vokal grup. Pada vokal grup saya menjadi pemain gitar yang bertugas mengiringi penyanyi," jelasnya.
Sementara itu, Hadli sang ayah menuturkan, awalnya sempat kesal karena mendengar laporan dan cerita dari keluarga di Pangkalan Bun, sebab dalam beberapa waktu terakhir Eza sering terlambat pulang kerumah.
Setelah dicari tahu penyebabnya, ternyata Eza harus sering berlatih dan mengaransemen ulang musik yang akan dibawakannya pada saat tampil dalam perlombaan. Pihak keluarga pun langsung tenang dan memberikan dukungan kepadanya agar bisa menampilkan yang terbaik.
"Selaku orang tua, saya terus mendukung pengembangan kemampuan dan bakat anak, selama itu merupakan hal yang positif. Namun kami tetap menyepakati, bahwa sekolah tetap menjadi nomor satu dan jangan sampai gara-gara asik bermain gitar, nilai akademisnya terabaikan," harapnya.