Palangka Raya (ANTARA) - Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead memastikan bahwa sekat kanal yang telah dibangun di sekitar Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah sampai sekarang ini masih efektif meminimalisir kebakaran di lahan gambut.

Keberadaan sekat kanal tersebut membuat kelembapan di bawah lahan gambut tetap terjaga sekalipun di atasnya terbakar, kata Nazir usai membuka rapat roordinasi Restorasi Gambut Provinsi Kalteng tahun 2019 di Palangka Raya, Selasa.

"Kalau hujan tidak turun selama sebulan, tentu sekat kanal juga tetap kering. Tapi kekeringan di kanal lebih lama dibandingkan tidak dilakukan sekat. Sudah begitu, lahan gambut tidak terbakar, kecuali dibakar oknum tertentu," tambahnya.

Sekalipun keberadaan sekat kanal dianggap efektif, namun Nazir tetap mengingatkan bahwa harus dicegah dan ditindak secara tegas oknum-oknum tertentu yang mencoba ataupun membakar lahan. Sebab, sekarang ini ada indikasi kebakaran hutan maupun lahan di Kalteng cenderung dilakukan oknum-oknum tertentu.

Baca juga: Ancaman kebakaran lahan Kotim berpotensi sangat sulit dikendalikan

Dia mengatakan kemarau di tahun 2019 kondisi kekeringannya lebih parah dan panjang dibandingkan tahun 2018. Untuk itu, dibutuhkan kerjasama semua pihak melakukan pencegahan dan langsung menangani apabila terjadi karhutla di wilayahnya masing-masing.

"Faktor alam memang lebih parah. Tapi, tidak akan terbakar kalau tidak dibakar. Jadi, harus rutin patroli ke lahan-lahan yang dianggap rawan terbakar atau dibakar," kata Nazir.

Deputi Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan BRG Alue Dohong menambahkan bahwa pada tahun 2019 di Provinsi Kalteng akan dibangun sekitar 341 unit sekat kanal, 1555 sumur bor, dan revitalisasi lahan di lahan seluas 200 hektar. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah dan menangani karhutla di Kalteng.

"Kalau untuk membangun sekat kanal, sumur bor, dan revitalisasi lahan itu tersebar di empat kabupaten, yakni Katingan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, dan Sukamara," demikian Alue.

Baca juga: Bupati Kotim sebut kebakaran lahan di daerahnya disengaja

Baca juga: Pemerintah tak bisa pantau kualitas udara lantaran alat ukur ISPU rusak

Pewarta : Jaya Wirawana Manurung
Uploader : Admin 3
Copyright © ANTARA 2024