Palangka Raya (ANTARA) - Warga Jalan Camara Labat II Kota Palangka Raya, Kelurahan Pahandut Seberang, Kecamatan Pahandut, Provinsi Kalimantan Tengah, Ahmad Yani alias Memet (18) yang menderita kanker tulang, saat ini membutuhkan uluran tangan dari para dermawan yang ada di daerah itu, karena kesulitan dalam biaya berobat. 

"Saya berharap ada perhatian dan bantuan dari para dermawan untuk bisa membantu pembiayaan pengobatan penyakit kanker tulang di bagian kaki kiri saya ini mas," kata Memet di Palangka Raya, Rabu. 

Memet menceritakan awalnya penyakit yang menghampirinya itu, empat bulan yang lalu saat ia masih bekerja sebagai buruh di pengolahan kayu, di kawasan Kelurahan Pahandut Seberang.

Ketika menjalankan pekerjaannya itu, ia terjatuh dari atas truk yang sedang bermuatan kayu. Bagian kakinya sempat terbentur kayu yang ada di tempat kejadian dia jatuh. 

Meski sempat mengalami rasa nyeri yang tidak berlebihan, anak kelima dari tujuh saudara dari pasangan Anang dan Mutmainah tersebut, tidak mengeluh kesakitan. Dan dia tetap bekerja kembali seperti biasa meskipun saat itu dirinya sempat istirahat sejenak. 

Merasa jadi tulang punggung keluarganya, Memet setiap harinya tetap bekerja sesuai dengan jadwal yang sudah tertera di lokasi pekerjaannya itu. 

Pasca terjatuh dari truk bermuatan kayu, ia kembali mengalami kecelakaan sepeda motor dan kakinya yang pernah terbentur kayu itu kembali tertindih oleh sepeda motor yang digunakannya. 

"Namun saat kaki saya tertindih sepeda motor, tidak ada luka sedikit pun, dan hanya semacam keseleo saja," katanya. 

Karena keseleo, pria yang mengenyam pendidikan hanya sampai di kelas II SD tersebut sempat pergi ke tukang pijat tradisional untuk memijat kakinya. Namun, setelah dipijat beberapa kali, kakinya mengalami pembengkakan sebesar cangkir minuman. 

Memet juga berusaha mengobatinya ke puskesmas terdekat, namun bengkak dibagian kakinya terus membesar. Bahkan dokter pun memvonis penyakitnya kanker tulang. Sehingga membuat keluarga yang hanya hidup pas-pasan itu merasa sedih.

Untuk jalan satu-satunya agar kanker tulang yang bersarang dibagian lutut kiri Memet tersebut, dokter menyarankan harus diamputasi (pemotongan). 

Mendengar penjelasan dokter seperti itu, Memet yang kini tidak memiliki pekerjaan tetap serta hidupnya hanya makan dengan seadanya, harus berjuang dan bersikeras untuk tidak mau kakinya diamputasi, dikarenakan keterbatasan biaya operasi dan pengobatan serta lainnya. 

"Jujur mas, saya berkeyakinan ingin sembuh agar bisa membantu kedua orangtua dalam mencari nafkah. Sebab, bapak saya hanya bekerja sebagai seorang nelayan dan hasil pendapatannya hanya cukup untuk makan sehari-hari kami saja," ucapnya.

Memet juga tidak pernah berputus asa dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, bahkan orangtua, paman, tante dan neneknya yang tinggal satu rumah dengannya juga terus berusaha memberikan obat tradisional guna kesembuhan penyakit yang dideritanya.

"Setiap hari saya merasakan nyeri dibagian kaki kiri, hanya saja ketika mencoba meminum obat tradisional Bajakah, nyeri itu sempat hilang. Namun selang beberapa jam, nyeri di kaki mulai terasa kembali," kata Memet dengan nada sedih.

Sebelumnya berat badan Memet mencapai 65 Kg, namun saat terkena penyakit kanker tulang yang dideritanya kurang lebih empat bulan, berat badan Memet menurun drastis menjadi 50 Kg.

Berdasarkan pantauan, Memet hanya terbaring lesu ditempat tidurnya, hingga tak berdaya di atas kasur yang sudah lusuh dan kelambu yang banyak tambalannya. 

Bahkan saat ia buang air kecil, mandi serta ketempat tantenya yang bersebelahan rumah hanya dengan cara merangkak.

Tidak sedikit warga setempat menilai, bahwa Memet mempunyai kepribadian yang baik terhadap tetangga sekitarnya, hingga ikut berperan dalam membantu baik dalam kegiatan keagamaan maupun pada saat acara HUT 17 Agustus.

Pewarta : Adi Wibowo 
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024