Jakarta (ANTARA) - Film terbaru karya Todd Phillips, "Joker" dipastikan tidak akan tayang di bioskop di Aurora, Colorado, Amerika Serikat, lantaran korban penembakan Aurora pada 2012 silam menuntut penolakan tersebut kepada Warner Bros.
"Kami menyerukan kepada Warner Bros untuk menjadi bagian yang memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab sosial untuk menjaga kita semua aman," tulis surat itu dilansir dari The Hollywood Reporter, Rabu.
Pada 20 Juli 2012, James Holmes, yang mengenakan baju besi di tubuhnya dan membawa beberapa senjata, meneror teater Aurora Cinemark yang tengah memutar film "Batman: The Dark Night Rises" karya Christopher Nolan. Dari teror tersebut, setidaknya 12 orang tewas dan 70 orang terluka.
Menurut salah satu keluarga korban penembakan, Sandy Phillips, pemutaran film pemenang ajang Festival Film Venesia itu dapat memancing seseorang untuk melakukan penembakan lagi di tempat yang sama. Terlebih, film tersebut mendapatkan rating R karena kekerasannya yang realistis.
"Kekhawatiran saya adalah bahwa satu orang yang mungkin ada di luar sana, yang ingin menjadi penembak massal, dapat didorong oleh film ini. Dan itu menakutkan bagi saya," kata Sandy Phillips.
Sejauh ini, bioskop yang tampaknya tidak akan menampilkan "Joker" adalah Century Aurora dan XD, tempat yang direnovasi di mana penembakan terjadi.
Tidak ada waktu tayang yang terdaftar secara online untuk "Joker" di Aurora multiplex, dan seorang karyawan teater mengatakan kepada THR bahwa pembelian tiket presale tidak tersedia karena film tidak akan ditampilkan di venue.
Masih belum ada konfirmasi resmi dari pihak bioskop terkait film yang rencananya akan tayang di Amerika Serikat 4 Oktober itu.
Sementara itu, Warner Bros merilis pernyataan balasan dari surat penolakan dari kelompok korban penembakan itu pada pukul 13.00 waktu setempat.
"Kekerasan senjata di masyarakat kita adalah masalah kritis, dan kami memperluas simpati terdalam kami untuk semua korban dan keluarga yang terkena dampak tragedi ini," kata pernyataan itu.
“Perusahaan kami memiliki sejarah panjang dalam memberikan donasi kepada para korban kekerasan, termasuk Aurora, (...). Pada saat yang sama, Warner Bros percaya bahwa salah satu fungsi dari film adalah sebagai wadah diskusi tentang masalah-masalah kompleks," tutupnya.
"Kami menyerukan kepada Warner Bros untuk menjadi bagian yang memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab sosial untuk menjaga kita semua aman," tulis surat itu dilansir dari The Hollywood Reporter, Rabu.
Pada 20 Juli 2012, James Holmes, yang mengenakan baju besi di tubuhnya dan membawa beberapa senjata, meneror teater Aurora Cinemark yang tengah memutar film "Batman: The Dark Night Rises" karya Christopher Nolan. Dari teror tersebut, setidaknya 12 orang tewas dan 70 orang terluka.
Menurut salah satu keluarga korban penembakan, Sandy Phillips, pemutaran film pemenang ajang Festival Film Venesia itu dapat memancing seseorang untuk melakukan penembakan lagi di tempat yang sama. Terlebih, film tersebut mendapatkan rating R karena kekerasannya yang realistis.
"Kekhawatiran saya adalah bahwa satu orang yang mungkin ada di luar sana, yang ingin menjadi penembak massal, dapat didorong oleh film ini. Dan itu menakutkan bagi saya," kata Sandy Phillips.
Sejauh ini, bioskop yang tampaknya tidak akan menampilkan "Joker" adalah Century Aurora dan XD, tempat yang direnovasi di mana penembakan terjadi.
Tidak ada waktu tayang yang terdaftar secara online untuk "Joker" di Aurora multiplex, dan seorang karyawan teater mengatakan kepada THR bahwa pembelian tiket presale tidak tersedia karena film tidak akan ditampilkan di venue.
Masih belum ada konfirmasi resmi dari pihak bioskop terkait film yang rencananya akan tayang di Amerika Serikat 4 Oktober itu.
Sementara itu, Warner Bros merilis pernyataan balasan dari surat penolakan dari kelompok korban penembakan itu pada pukul 13.00 waktu setempat.
"Kekerasan senjata di masyarakat kita adalah masalah kritis, dan kami memperluas simpati terdalam kami untuk semua korban dan keluarga yang terkena dampak tragedi ini," kata pernyataan itu.
“Perusahaan kami memiliki sejarah panjang dalam memberikan donasi kepada para korban kekerasan, termasuk Aurora, (...). Pada saat yang sama, Warner Bros percaya bahwa salah satu fungsi dari film adalah sebagai wadah diskusi tentang masalah-masalah kompleks," tutupnya.