Nanga Bulik (ANTARA) - Bunda PAUD Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah Rusdiyanti Hendra Lesmana membuka secara resmi lomba mewarnai topeng Babukung dalam rangka Festival Babukung 2019 di kawasan Bundaran Rusa, Nanga Bulik.
Lomba yang diikuti puluhan peserta dari TK tersebut sebagai upaya menanamkan nilai dan kecintaan terhadap seni dan budaya sejak dini.
"Saya secara pribadi mengapresiasi dan merasa bangga, dalam kegiatan Festival Babukung tahun 2019 ini, karena panitia juga mengadakan kegiatan khusus untuk anak-anak," ucapnya di Nanga Bulik, Minggu.
Menurut istri Bupati Lamandau itu, pelibatan anak-anak dalam lomba mewarnai, juga dapat dijadikan sebagai wahana mengenalkan budaya setempat.
Apalagi festival daerah itu berhasil masul dalam kalender pariwisata nasional Kementerian Pariwisata RI tahun 2019, serta telah dinyatakan sebagai salah satu budaya asli Lamandau.
Sehingga dengan keikutsertaan anak-anak dalam kegiatan budaya itu, akan menumbuhkan rasa memiliki dan kedepannya mereka akan mempunyai tanggung jawab untuk ikut melestarikan budaya daerah.
"Ini penting untuk meningkatkan dan melatih kemampuan maupun keterampilan anak-anak. Saya juga meminta agar kegiatan serupa pada tahun mendatang lebih ditingkatkan lagi, yakni porsi untuk anak-anak diperbanyak," jelasnya.
Sementara itu, salah satu dewan juri lomba dari Dinas Pariwisata Lamandau Heliyana menjelaskan, lomba mewarnai topeng Babukung digelar sebagai rangkaian Festival Babukung 2019 dan diikuti sebanyak 81 peserta dari 28 sekolah TK di sejumlah kecamatan.
"Diantaranya dari Kecamatan Bulik, Menthobi Raya, Sematu Jaya, Kudangan, Bulik Timur dan Lamandau," terangnya.
Ada beberapa kriteria penilaian yang dijadikan acuan untuk mencari juara dalam lomba mewarnai topeng itu, yaitu kerapian dalam mewarnai, keserasian, kebersihan saat menggambar serta keindahan.
Kemudian ada empat karakter topeng atau luha yang diwarnai anak-anak, seperti Luha Bamba (Kupu - kupu), Luha Pangua, Luha Tingang dan Luha Balanda.
Lomba yang diikuti puluhan peserta dari TK tersebut sebagai upaya menanamkan nilai dan kecintaan terhadap seni dan budaya sejak dini.
"Saya secara pribadi mengapresiasi dan merasa bangga, dalam kegiatan Festival Babukung tahun 2019 ini, karena panitia juga mengadakan kegiatan khusus untuk anak-anak," ucapnya di Nanga Bulik, Minggu.
Menurut istri Bupati Lamandau itu, pelibatan anak-anak dalam lomba mewarnai, juga dapat dijadikan sebagai wahana mengenalkan budaya setempat.
Apalagi festival daerah itu berhasil masul dalam kalender pariwisata nasional Kementerian Pariwisata RI tahun 2019, serta telah dinyatakan sebagai salah satu budaya asli Lamandau.
Sehingga dengan keikutsertaan anak-anak dalam kegiatan budaya itu, akan menumbuhkan rasa memiliki dan kedepannya mereka akan mempunyai tanggung jawab untuk ikut melestarikan budaya daerah.
"Ini penting untuk meningkatkan dan melatih kemampuan maupun keterampilan anak-anak. Saya juga meminta agar kegiatan serupa pada tahun mendatang lebih ditingkatkan lagi, yakni porsi untuk anak-anak diperbanyak," jelasnya.
Sementara itu, salah satu dewan juri lomba dari Dinas Pariwisata Lamandau Heliyana menjelaskan, lomba mewarnai topeng Babukung digelar sebagai rangkaian Festival Babukung 2019 dan diikuti sebanyak 81 peserta dari 28 sekolah TK di sejumlah kecamatan.
"Diantaranya dari Kecamatan Bulik, Menthobi Raya, Sematu Jaya, Kudangan, Bulik Timur dan Lamandau," terangnya.
Ada beberapa kriteria penilaian yang dijadikan acuan untuk mencari juara dalam lomba mewarnai topeng itu, yaitu kerapian dalam mewarnai, keserasian, kebersihan saat menggambar serta keindahan.
Kemudian ada empat karakter topeng atau luha yang diwarnai anak-anak, seperti Luha Bamba (Kupu - kupu), Luha Pangua, Luha Tingang dan Luha Balanda.