Washington (ANTARA) - Sekitar 10.000 tahanan ISIS beserta keluarganya di sejumlah kamp terdekat di Suriah timur laut menimbulkan risiko besar keamanan, menurut pejabat senior Departemen Luar Negeri pada Selasa, meskipun milisi Kurdi Suriah yang bersekutu dengan AS mampu menjaga mereka dengan aman.

"Itu bukan situasi yang sangat aman," kata pejabat itu kepada Reuters saat telekonpers. "Ini akan menjadi bom waktu untuk mendapatkan bagian yang lebih baik dari 10.000 tahanan, yang di antaranya banyak petempur asing," katanya dan mengulangi sikap Washington bahwa mereka harus dipulangkan ke negara asalnya.

Baca juga: Aksi bom bunuh diri di Polrestabes Medan diduga didalangi ISIS

ISIS kehilangan hampir semua wilayahnya di Irak dan Suriah. Mantan pemimpinnya Abu Bakr al-Baghdadi terbunuh dalam penyerbuan yang dilancarkan pasukan AS pada Oktober lalu. Para pemimpin dunia menyambut kematiannya, namun mereka dan para pakar keamanan memperingatkan bahwa kelompok itu, yang melakukan kekejaman terhadap minoritas sekaligus mengerikan sebagian besar Muslim, tetap menjadi ancaman di Suriah dan sekitarnya.

Para sekutu khawatir jika kelompok ISIS dapat melarikan diri akibat ofensif Turki terhadap milisi Kurdi Suriah, yang menahan ribuan petempur kelompok tersebut dan puluhan ribu anggota keluarga mereka.

"Kami sangat yakin soal kemampuan SDF untuk mengamankan semua fasilitas penahanan di kamp al-Hol, tetapi sekali lagi, kami tidak ingin menempatkan ini di bawah risiko apa pun seperti kemanusiaan, kontra terorisme dan alasan lainnya," katanya.

Sumber: Reuters

Baca juga: ISIS bersumpah membalas perbuatan AS atas kematian pemimpinnya

Baca juga: Pemimpin ISIS dimakamkan di laut dengan upacara Islam

Baca juga: Juru bicara ISIS dikabarkan tewas di Suriah

 

Pewarta : Asri Mayang Sari
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024