Sampit (ANTARA) - Tradisi bernuansa Islam yaitu 'Manuyang Anak' atau berarti mengayun anak, selalu dinanti masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah karena dinilai positif serta mengandung pesan agama dan moral yang kuat.
"Pemerintah daerah sangat bersyukur karena upaya kita melestarikan tradisi ini disambut antusias masyarakat. Terbukti dari tahun ke tahun, peserta Manuyang Anak terus meningkat," kata Wakil Bupati HM Taufiq Mukri saat kegiatan Manuyang Anak di Islamic Center, Minggu malam.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi yang digelar setiap bulan Rabiul Awal atau bulan Maulid dalam kalender Islam ini disambut antusias warga, terlebih mereka yang mempunyai anak kecil. Mereka berebut mendaftarkan anak mereka untuk mengikuti tradisi tersebut.
Tahun ini ada 115 peserta atau balita yang mengikuti Manuyang Anak. Dengan berat hati, panitia terpaksa membatasi jumlah peserta menyesuaikan kapasitas tempat acara agar balita dan orangtuanya tetap merasa nyaman saat kegiatan berlangsung.
Tradisi Manuyang Anak sudah ada sejak dulu. Tradisi ini melambangkan kecintaan dan kasih sayang orangtua terhadap anak mereka dengan menyiapkan ayunan yang cantik, menarik, sambil mengayun dengan disertai lantunan shalawat dan doa-doa terbaik untuk sang anak.
Ayunan yang digunakan biasanya diberi berbagai hiasan seperti rangkaian bunga, daun, hingga buah agar terlihat menarik dan anak yang diayun merasa senang. Pihak keluarga biasanya juga menyediakan sejumlah barang seperti beras, kelapa, gula merah, kue, buah dan lainnya yang ditaruh di dekat ayunan.
Sebuah ayunan berukuran besar disiapkan saat tradisi Manuyang Anak yang digelar di Islamic Center Sampit, Minggu (1/12/2019) malam. ANTARA/HO-Protokol KP Setda Kotim
Barang yang disebut 'piduduk' itu biasanya diberikan kepada bidan yang telah membantu kelahiran sebagai bentuk terima kasih dari pihak keluarga.
Masyarakat antusias mengikuti tradisi Manuyang Anak karena bangga bisa ikut terus melestarikan tradisi ini, apalagi berkaitan dengan agama. Terlebih, kini tradisi ini digelar secara meriah sehingga membawa kegembiraan dan menjadi kesan menyenangkan.
"Tradisi Manuyang Anak ini sudah dikemas menjadi event pariwisata sehingga semakin menarik perhatian orang untuk datang menyaksikannya. Ini akan terus kita pertahankan dan tingkatkan," kata Taufiq.
Sementara itu, acara lainnya yaitu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW digelar di Masjid Raya Wahyu Al Hadi yang lokasinya hanya berjarak beberapa meter dari lokasi digelarnya tradisi Manuyang Anak.
Bupati H Supian Hadi memberi sambutan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Raya Wahyu Al Hadi, Minggu (1/12/2019) malam. ANTARA/HO/Diskominfo Kotim
Ribuan umat Islam hadir mengikuti kegiatan tersebut. Sebagian jamaah rela bertahan di luar masjid karena di dalam sudah terisi penuh, termasuk di lantai dua.
Jamaah yang hadir tidak hanya dari dalam Kota Sampit, tetapi juga dari kecamatan di luar pusat kota seperti Kota Besi, Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Telawang, bahkan ada yang dari Parenggean dengan menempuh perjalanan dua jam lebih.
Bupati H Supian Hadi yang hadir dalam acara itu mengajak masyarakat Kotawaringin Timur meneladani sikap dan akhlak Rasulullah SAW. Sikap toleransi tanpa memandang suku, agama, ras dan antargolongan juga ditunjukkan Rasulullah SAW sebagai contoh bagi umatnya agar hidup rukun berdampingan dengan siapapun.
"Kalau kita meneladani sikap Rasulullah SAW, saya yakin Kotawaringin Timur ini akan semakin maju. Keamanan dan ketertiban juga akan selalu terjaga dengan baik," demikian Supian Hadi.
"Pemerintah daerah sangat bersyukur karena upaya kita melestarikan tradisi ini disambut antusias masyarakat. Terbukti dari tahun ke tahun, peserta Manuyang Anak terus meningkat," kata Wakil Bupati HM Taufiq Mukri saat kegiatan Manuyang Anak di Islamic Center, Minggu malam.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi yang digelar setiap bulan Rabiul Awal atau bulan Maulid dalam kalender Islam ini disambut antusias warga, terlebih mereka yang mempunyai anak kecil. Mereka berebut mendaftarkan anak mereka untuk mengikuti tradisi tersebut.
Tahun ini ada 115 peserta atau balita yang mengikuti Manuyang Anak. Dengan berat hati, panitia terpaksa membatasi jumlah peserta menyesuaikan kapasitas tempat acara agar balita dan orangtuanya tetap merasa nyaman saat kegiatan berlangsung.
Tradisi Manuyang Anak sudah ada sejak dulu. Tradisi ini melambangkan kecintaan dan kasih sayang orangtua terhadap anak mereka dengan menyiapkan ayunan yang cantik, menarik, sambil mengayun dengan disertai lantunan shalawat dan doa-doa terbaik untuk sang anak.
Ayunan yang digunakan biasanya diberi berbagai hiasan seperti rangkaian bunga, daun, hingga buah agar terlihat menarik dan anak yang diayun merasa senang. Pihak keluarga biasanya juga menyediakan sejumlah barang seperti beras, kelapa, gula merah, kue, buah dan lainnya yang ditaruh di dekat ayunan.
Barang yang disebut 'piduduk' itu biasanya diberikan kepada bidan yang telah membantu kelahiran sebagai bentuk terima kasih dari pihak keluarga.
Masyarakat antusias mengikuti tradisi Manuyang Anak karena bangga bisa ikut terus melestarikan tradisi ini, apalagi berkaitan dengan agama. Terlebih, kini tradisi ini digelar secara meriah sehingga membawa kegembiraan dan menjadi kesan menyenangkan.
"Tradisi Manuyang Anak ini sudah dikemas menjadi event pariwisata sehingga semakin menarik perhatian orang untuk datang menyaksikannya. Ini akan terus kita pertahankan dan tingkatkan," kata Taufiq.
Sementara itu, acara lainnya yaitu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW digelar di Masjid Raya Wahyu Al Hadi yang lokasinya hanya berjarak beberapa meter dari lokasi digelarnya tradisi Manuyang Anak.
Ribuan umat Islam hadir mengikuti kegiatan tersebut. Sebagian jamaah rela bertahan di luar masjid karena di dalam sudah terisi penuh, termasuk di lantai dua.
Jamaah yang hadir tidak hanya dari dalam Kota Sampit, tetapi juga dari kecamatan di luar pusat kota seperti Kota Besi, Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Telawang, bahkan ada yang dari Parenggean dengan menempuh perjalanan dua jam lebih.
Bupati H Supian Hadi yang hadir dalam acara itu mengajak masyarakat Kotawaringin Timur meneladani sikap dan akhlak Rasulullah SAW. Sikap toleransi tanpa memandang suku, agama, ras dan antargolongan juga ditunjukkan Rasulullah SAW sebagai contoh bagi umatnya agar hidup rukun berdampingan dengan siapapun.
"Kalau kita meneladani sikap Rasulullah SAW, saya yakin Kotawaringin Timur ini akan semakin maju. Keamanan dan ketertiban juga akan selalu terjaga dengan baik," demikian Supian Hadi.