Sampit (ANTARA) - Khairul Anwar, salah satu mahasiswa asal Kalimantan Tengah yang sedang kuliah di China mengabarkan bahwa dirinya dan rekan-rekannya dalam kondisi sehat meski penularan virus corona baru di 'Negeri Tirai Bambu' itu semakin meluas bahkan hingga belasan negara lain.
"Alhamdulillah sampai saat ini kami dalam keadaan sehat wa Afiat. Koordinasi juga terus kami lakukan dengan rekan sesama mahasiswa asal Kalteng," kata Khairul dihubungi dari Sampit, Kamis.
Khairul Anwar adalah mahasiswa asal Kecamatan Parenggean Kabupaten Kotawaringin Timur. Alumni Pondok Pesantren Modern Darul Hijrah Martapura angkatan 23 reagalizre ini merupakan mahasiswa semester enam Nanjing University Finance and Economics
Jurusan International Trade.
Khairul menyebutkan, berdasarkan data sementara yang mereka himpun, saat ini ada 11 mahasiswa asal Kalimantan Tengah yang menimba ilmu di sejumlah perguruan tinggi yang ada di China.
Mereka adalah Khairul Anwar, Aji Setiawan dan Cindy Maulitika Yunifa dari Kotawaringin Timur, Wahyu, Hafiz, Ibrahim dan Yudia NR dari Palangka Raya, Fauzan dan Azwari dari Kapuas, Panji dari Barito Selatan dan Ahmadi dari Barito Utara.
Khairul menggambarkan suasana di Nanjing memang lebih sepi dari biasanya. Selain karena masih suasana libur Imlek dan musim dingin, penduduk juga memilih lebih banyak berdiam diri di rumah agar tidak tertular virus corona baru.
Baca juga: Waspada virus corona, mahasiswa Kalteng di China perlu masker dan makanan
Khairul dan rekan-rekannya biasanya keluar untuk berbelanja bahan makanan setiap tiga atau empat hari sekali. Saat ini di Nanjing masih ada mal dan pasar yang buka meski jumlah barang yang dijual tidak sebanyak biasanya.
"Kami di sini baik baik saja, hanya saja kami kekurangan masker," kata Khairul.
Khairul juga meluruskan pernyataannya tentang adanya penduduk yang menggunakan pembalut sebagai masker. Namun menurutnya, pembalut tersebut bukan pembalut wanita, tetap sejenis kapas yang biasa digunakan untuk ditempel di wajah anak-anak.
Menurutnya, hal itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan karena mahal dan sulitnya mendapatkan masker. Aksi itu pun, menurutnya, bukan dilakukan mahasiswa Indonesia, tetapi warga dari negara lain.
Khairul berharap wabah virus corona baru ini bisa segera diatasi. Dia juga memohon doa dari seluruh masyarakat agar mereka selalu dilindungi, selalu sehat dan terhindar dari penyakit mematikan tersebut.
Baca juga: Legislator ini menilai pelaksanaan integrasi sapi-sawit di Kotim setengah hati
Baca juga: RSUD Murjani Sampit siap tangani pasien 'suspect' virus corona
"Alhamdulillah sampai saat ini kami dalam keadaan sehat wa Afiat. Koordinasi juga terus kami lakukan dengan rekan sesama mahasiswa asal Kalteng," kata Khairul dihubungi dari Sampit, Kamis.
Khairul Anwar adalah mahasiswa asal Kecamatan Parenggean Kabupaten Kotawaringin Timur. Alumni Pondok Pesantren Modern Darul Hijrah Martapura angkatan 23 reagalizre ini merupakan mahasiswa semester enam Nanjing University Finance and Economics
Jurusan International Trade.
Khairul menyebutkan, berdasarkan data sementara yang mereka himpun, saat ini ada 11 mahasiswa asal Kalimantan Tengah yang menimba ilmu di sejumlah perguruan tinggi yang ada di China.
Mereka adalah Khairul Anwar, Aji Setiawan dan Cindy Maulitika Yunifa dari Kotawaringin Timur, Wahyu, Hafiz, Ibrahim dan Yudia NR dari Palangka Raya, Fauzan dan Azwari dari Kapuas, Panji dari Barito Selatan dan Ahmadi dari Barito Utara.
Khairul menggambarkan suasana di Nanjing memang lebih sepi dari biasanya. Selain karena masih suasana libur Imlek dan musim dingin, penduduk juga memilih lebih banyak berdiam diri di rumah agar tidak tertular virus corona baru.
Baca juga: Waspada virus corona, mahasiswa Kalteng di China perlu masker dan makanan
Khairul dan rekan-rekannya biasanya keluar untuk berbelanja bahan makanan setiap tiga atau empat hari sekali. Saat ini di Nanjing masih ada mal dan pasar yang buka meski jumlah barang yang dijual tidak sebanyak biasanya.
"Kami di sini baik baik saja, hanya saja kami kekurangan masker," kata Khairul.
Khairul juga meluruskan pernyataannya tentang adanya penduduk yang menggunakan pembalut sebagai masker. Namun menurutnya, pembalut tersebut bukan pembalut wanita, tetap sejenis kapas yang biasa digunakan untuk ditempel di wajah anak-anak.
Menurutnya, hal itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan karena mahal dan sulitnya mendapatkan masker. Aksi itu pun, menurutnya, bukan dilakukan mahasiswa Indonesia, tetapi warga dari negara lain.
Khairul berharap wabah virus corona baru ini bisa segera diatasi. Dia juga memohon doa dari seluruh masyarakat agar mereka selalu dilindungi, selalu sehat dan terhindar dari penyakit mematikan tersebut.
Baca juga: Legislator ini menilai pelaksanaan integrasi sapi-sawit di Kotim setengah hati
Baca juga: RSUD Murjani Sampit siap tangani pasien 'suspect' virus corona