Jakarta (ANTARA) - Renault SA mengatakan bahwa ia menarik diri dari bisnis yang dijalankan bersama dengan Dongfeng Motor Group karena penjualan yang buruk akibat pandemik virus corona yang melanda China dan juga dunia.
Dalam hal ini, pembuat mobil asal Prancis menjadi pembuat mobil global kedua yang keluar dari perusahaan besar di China dalam beberapa tahun terakhir.
Meski sudah berpisah dengan Dongfeng, Renault berjanji akan tetap eksis di China dengan perusahaan lain. Dalam bisnis patungannya bersama dengan Dongfeng di pasar terbesar kedua di dunia, Renault berfokus kepada kendaraan penumpang.
Sebagai informasi, usaha itu hanya berhasil menjual sekitar 18.607 unit pada tahun 2019. Angka itu jauh di bawah kapasitas tahunan yang mencapai 110.000 dan mereka melaporkan menelan kerugian hingga 212 juta dolar Amerika Serikat.
"Dongfeng yang akan memperoleh 50 persen saham Renault dalam usaha mereka, berencana untuk memperbaiki dan meningkatkan pabrik mobil yang sudah ada dari usaha itu yang tidak lagi membuat mobil bermerek Renault," kata seorang jurubicara pembuat mobil Cina yang dikutip dari Reutes, Selasa.
"Dongfeng akan mengatur posisi untuk staf di ventura dalam operasi grup yang lebih luas," tambahnya.
Perlambatan dalam penjualan otomotif China, yang diperkirakan akan memburuk tahun ini karena virus corona, telah meningkatkan tekanan pada pembuat mobil yang belum berhasil membangun kehadiran besar di pasar Cina.
Pada tahun 2018, produsen mobil Jepang Suzuki Motor Corp menjual sahamnya dalam usaha bersama Changan Automobile.
Renault mengatakan akan fokus pada bisnis kendaraan komersial ringannya dengan Brilliance China Automotive Holdings. Perusahaan itu berencana untuk meluncurkan lima model baru sebelum 2023 dan berencana mengekspor mobil ke pasar lain.
Selain itu, Renalut juga memiliki fokus lain yaitu kendaraan listrik yang akan dibangun oleh perusahaannya dengan Jiangling Motors Corporation Group.
Renault dan Dongfeng juga mengatakan mereka akan terus bekerja sama pada "kendaraan yang terhubung" dan bekerja dengan mitra umum Nissan Motor Co Ltd pada mesin generasi baru.
"Kami membuka babak baru di China. Kami akan berkonsentrasi pada kendaraan listrik dan kendaraan komersial ringan, dua pendorong utama untuk mobilitas bersih di masa depan dan lebih efisien meningkatkan hubungan kami dengan Nissan," kata Ketua Wilayah China untuk Renault, Francois Provost dalam sebuah pernyataan.
Dalam hal ini, pembuat mobil asal Prancis menjadi pembuat mobil global kedua yang keluar dari perusahaan besar di China dalam beberapa tahun terakhir.
Meski sudah berpisah dengan Dongfeng, Renault berjanji akan tetap eksis di China dengan perusahaan lain. Dalam bisnis patungannya bersama dengan Dongfeng di pasar terbesar kedua di dunia, Renault berfokus kepada kendaraan penumpang.
Sebagai informasi, usaha itu hanya berhasil menjual sekitar 18.607 unit pada tahun 2019. Angka itu jauh di bawah kapasitas tahunan yang mencapai 110.000 dan mereka melaporkan menelan kerugian hingga 212 juta dolar Amerika Serikat.
"Dongfeng yang akan memperoleh 50 persen saham Renault dalam usaha mereka, berencana untuk memperbaiki dan meningkatkan pabrik mobil yang sudah ada dari usaha itu yang tidak lagi membuat mobil bermerek Renault," kata seorang jurubicara pembuat mobil Cina yang dikutip dari Reutes, Selasa.
"Dongfeng akan mengatur posisi untuk staf di ventura dalam operasi grup yang lebih luas," tambahnya.
Perlambatan dalam penjualan otomotif China, yang diperkirakan akan memburuk tahun ini karena virus corona, telah meningkatkan tekanan pada pembuat mobil yang belum berhasil membangun kehadiran besar di pasar Cina.
Pada tahun 2018, produsen mobil Jepang Suzuki Motor Corp menjual sahamnya dalam usaha bersama Changan Automobile.
Renault mengatakan akan fokus pada bisnis kendaraan komersial ringannya dengan Brilliance China Automotive Holdings. Perusahaan itu berencana untuk meluncurkan lima model baru sebelum 2023 dan berencana mengekspor mobil ke pasar lain.
Selain itu, Renalut juga memiliki fokus lain yaitu kendaraan listrik yang akan dibangun oleh perusahaannya dengan Jiangling Motors Corporation Group.
Renault dan Dongfeng juga mengatakan mereka akan terus bekerja sama pada "kendaraan yang terhubung" dan bekerja dengan mitra umum Nissan Motor Co Ltd pada mesin generasi baru.
"Kami membuka babak baru di China. Kami akan berkonsentrasi pada kendaraan listrik dan kendaraan komersial ringan, dua pendorong utama untuk mobilitas bersih di masa depan dan lebih efisien meningkatkan hubungan kami dengan Nissan," kata Ketua Wilayah China untuk Renault, Francois Provost dalam sebuah pernyataan.