Palangka Raya (ANTARA) - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Kalimantan Tengah diseminasikan hidroponik Sawi Samhong King, melalui kegiatan panen yang dilakukan baru-baru ini.
Kepala BPTP Kalteng Dr Syamsuddin di Palangka Raya, Senin mengatakan, pihaknya melakukan panen pakchoy dan sawi jenis Samhong King di modul hidroponik yang ada di area perkantorannya.
"Panen kali ini menonjolkan serta mendiseminasikan Sawi Samhong King yang sering disebut juga sawi keriting, karena bentuk daunnya agak lebih keriting dibandingkan jenis sawi lainnya," katanya.
Berbeda dengan saudara se-familinya Sawi Caisim dan pakcoy, ciri lain dari Sawi Samhong yang lain adalah daunnya sangat lebar dan batangnya panjang berwarna putih. Sawi jenis ini memiliki kandungan nutrisi yaitu kalsium, besi, magnesium, fosfor, kalium, sodium, zinc dan tembaga.
Menurutnya pemenuhan sayuran di saat penyebaran COVID-19 cukup tinggi. Selain organik, pemeliharaannya juga tidak sulit, sehingga teknologi hidroponik menjadi solusi bagi masyarakat di Palangka Raya maupun Kalteng untuk mengembangkannya.
Sistem tanaman hidroponik adalah tanaman relatif lebih cepat tumbuh kembang, sebab unsur hara dalam larutan dapat secara optimal dimanfaatkan sepenuhnya oleh tanaman.
“Hingga pada akhirnya daun lebih lebar dan daging buah lebih besar. Panen juga bisa dilakukan sekitar satu pekan sekali dan sekali panen di media tanamnya bisa menghasilkan sekitar 40 kilogram sayuran," ungkapnya.
Usia tanaman juga beragam, misalnya pagoda sekitar 40 hari baru panen, kangkung 28 hari baru panen, serta pakchoy usia 35 hari baru bisa dipanen. Namun menurutnya, kekurangaanya juga ada karena perlu modal yang relatif cukup besar untuk awal pembuatan modulnya.
Selain itu kegiatan ini sejalan dengan upaya Kementerian Pertanian dalam menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL). RPL merujuk pada usaha pekarangan secara intensif di permukiman penduduk.
"RPL memanfaatkan berbagai sumber daya lokal secara bijaksana, guna menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas serta beragam," jelasnya.
Telah diinformasikan sebelumnya, sistem teknologi hidroponik BPTP Kalteng sendiri telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan informasi teknologi mengenai tren prospek pemanfaatan lahan sempit.
Penanggung Jawab Hidroponik BPTP Kalteng, Andriansyah memaparkan, budidaya sistem hidroponik memiliki banyak kelebihan, diantaranya penggunaan lahan yang lebih efisien, efisien lingkungan, pemberian nutrisi (pupuk) dapat diatur, tanpa media tanah, tidak ada gulma, hingga tidak ada risiko penanaman terus-menerus sepanjang tahun.
"Selain itu, kuantitas dan kualitas produksi juga lebih tinggi, lebih bersih, bebas dari racun pestisida, penggunaan pupuk dan air yang lebih efisien, serta periode tanam lebih pendek," terangnya.
Tanaman lainnya yang dibudidayakan pada modul hidroponik BPTP Kalteng yaitu selada, sawi pahit morakot dan sawi pagoda dengan kandungan serat, vitamin dan nutrisi yang tak kalah penting, seperti vitamin A, vitamin E, vitamin K, asam folat dan asam glukosinolat.
Kepala BPTP Kalteng Dr Syamsuddin di Palangka Raya, Senin mengatakan, pihaknya melakukan panen pakchoy dan sawi jenis Samhong King di modul hidroponik yang ada di area perkantorannya.
"Panen kali ini menonjolkan serta mendiseminasikan Sawi Samhong King yang sering disebut juga sawi keriting, karena bentuk daunnya agak lebih keriting dibandingkan jenis sawi lainnya," katanya.
Berbeda dengan saudara se-familinya Sawi Caisim dan pakcoy, ciri lain dari Sawi Samhong yang lain adalah daunnya sangat lebar dan batangnya panjang berwarna putih. Sawi jenis ini memiliki kandungan nutrisi yaitu kalsium, besi, magnesium, fosfor, kalium, sodium, zinc dan tembaga.
Menurutnya pemenuhan sayuran di saat penyebaran COVID-19 cukup tinggi. Selain organik, pemeliharaannya juga tidak sulit, sehingga teknologi hidroponik menjadi solusi bagi masyarakat di Palangka Raya maupun Kalteng untuk mengembangkannya.
Sistem tanaman hidroponik adalah tanaman relatif lebih cepat tumbuh kembang, sebab unsur hara dalam larutan dapat secara optimal dimanfaatkan sepenuhnya oleh tanaman.
“Hingga pada akhirnya daun lebih lebar dan daging buah lebih besar. Panen juga bisa dilakukan sekitar satu pekan sekali dan sekali panen di media tanamnya bisa menghasilkan sekitar 40 kilogram sayuran," ungkapnya.
Usia tanaman juga beragam, misalnya pagoda sekitar 40 hari baru panen, kangkung 28 hari baru panen, serta pakchoy usia 35 hari baru bisa dipanen. Namun menurutnya, kekurangaanya juga ada karena perlu modal yang relatif cukup besar untuk awal pembuatan modulnya.
Selain itu kegiatan ini sejalan dengan upaya Kementerian Pertanian dalam menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL). RPL merujuk pada usaha pekarangan secara intensif di permukiman penduduk.
"RPL memanfaatkan berbagai sumber daya lokal secara bijaksana, guna menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas serta beragam," jelasnya.
Telah diinformasikan sebelumnya, sistem teknologi hidroponik BPTP Kalteng sendiri telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan informasi teknologi mengenai tren prospek pemanfaatan lahan sempit.
Penanggung Jawab Hidroponik BPTP Kalteng, Andriansyah memaparkan, budidaya sistem hidroponik memiliki banyak kelebihan, diantaranya penggunaan lahan yang lebih efisien, efisien lingkungan, pemberian nutrisi (pupuk) dapat diatur, tanpa media tanah, tidak ada gulma, hingga tidak ada risiko penanaman terus-menerus sepanjang tahun.
"Selain itu, kuantitas dan kualitas produksi juga lebih tinggi, lebih bersih, bebas dari racun pestisida, penggunaan pupuk dan air yang lebih efisien, serta periode tanam lebih pendek," terangnya.
Tanaman lainnya yang dibudidayakan pada modul hidroponik BPTP Kalteng yaitu selada, sawi pahit morakot dan sawi pagoda dengan kandungan serat, vitamin dan nutrisi yang tak kalah penting, seperti vitamin A, vitamin E, vitamin K, asam folat dan asam glukosinolat.