Jakarta (ANTARA) - Tak semua orang mudah beradaptasi menghadapi kenormalan baru akibat pandemi COVID-19 yang mengubah rutinitas sehari-hari.
Dokter spesialis kedokteran jiwa Leonardi Goenawan mengatakan, orang yang mudah tertekan bisa merasakan dampak pandemi lebih berat.
Butuh usaha lebih besar untuk bisa mencapai tahap menerima kondisi yang baru.
Dokter yang praktik di RS Pondok Indah Bintaro Jaya ini berbagi kiat agar tidak stres dalam menghadapi kenormalan baru.
Pertama, istirahat sejenak dari semua informasi. Tak perlu membaca, mendengarkan, atau menonton berita, termasuk media sosial.
"Mendengar info pandemi berulang kali bisa membuat hanyut dalam kekhawatiran yang berlebihan," kata dia dalam siaran resmi, Rabu.
Baca juga: Waspada psoriasis bisa kambuh akibat stres hadapi pandemi
Kedua, jaga kesehatan tubuh. Meski tak bisa keluar rumah, olahraga ringan secara teratur bisa tetap dilakukan. Anda dapat melakukan meditasi, yoga, latihan napas hingga stretching. Barengi olahraga dengan makanan sehat dan bernutrisi.
"Hindari penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan yang tidak perlu," ia menambahkan.
Ketiga, luangkan waktu untuk bersantai. Cari kegiatan yang Anda sukai. Aktivitas fisik dapat mengusir stres, sebab berdasarkan penelitian ada hubungan terbalik antara stres dan aktivitas fisik.
"Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga terbukti penting dalam manajemen stres yang efektif karena dapat menurunkan kadar hormon-hormon stres seperti adrenalin dan kortisol dalam tubuh."
Baca juga: Hidroponik bisa obati stres selama pandemi COVID-19
Aktivitas fisik dapat memicu produksi endorfin, bahan kimia yang diproduksi oleh otak dan berfungsi sebagai pereda rasa sakit. Endorfin juga dapat menghasilkan perasaan relaks dan optimisme ketika Anda berolahraga rutin.
Keempat, bersosialisasi lewat sarana virtual. Bicaralah dengan orang yang Anda percayai mengenai kekhawatiran dan perasaan Anda. Beban di hati akan berkurang dengan menceritakannya kepada orang lain.
Kelima, pahami fakta akurat mengenai COVID-19 untuk menghindari stres yang berlebihan.
Ketika Anda sudah tenang dan terbiasa dengan kenormalan baru, Anda akan merasa nyaman dengan semua perubahan yang berhubungan dengan pandemi. Meski di rumah saja, Anda bisa tetap produktif.
Baca juga: Anak atau orangtua yang lebih stres selama pandemi?
Ketika sudah menerima keadaan normal baru, jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan fisik dan mental serta memelihara optimisme.
Anda juga didorong untuk terus belajar sesuatu yang baru dan fokus pada proses, bukan kesempurnaan.
Baca juga: Stres kerja dari rumah? Begini cara mengatasinya
"Kesehatan jiwa Anda pada masa pandemi COVID-19 perlu Anda perhatikan. Apabila tidak, dapat berdampak pada memburuknya relasi dengan sesama dan kesehatan fisik Anda," kata dia.
"Apabila Anda memerlukan pertolongan dari tenaga profesional untuk menjalani masa pandemi ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikolog."
Baca juga: Cara atasi stres yang menyebabkan mudah sakit
Baca juga: Cara cepat singkirkan stres akibat pandemi corona
Baca juga: WHO sarankan main game di tengah pandemi corona
Dokter spesialis kedokteran jiwa Leonardi Goenawan mengatakan, orang yang mudah tertekan bisa merasakan dampak pandemi lebih berat.
Butuh usaha lebih besar untuk bisa mencapai tahap menerima kondisi yang baru.
Dokter yang praktik di RS Pondok Indah Bintaro Jaya ini berbagi kiat agar tidak stres dalam menghadapi kenormalan baru.
Pertama, istirahat sejenak dari semua informasi. Tak perlu membaca, mendengarkan, atau menonton berita, termasuk media sosial.
"Mendengar info pandemi berulang kali bisa membuat hanyut dalam kekhawatiran yang berlebihan," kata dia dalam siaran resmi, Rabu.
Baca juga: Waspada psoriasis bisa kambuh akibat stres hadapi pandemi
Kedua, jaga kesehatan tubuh. Meski tak bisa keluar rumah, olahraga ringan secara teratur bisa tetap dilakukan. Anda dapat melakukan meditasi, yoga, latihan napas hingga stretching. Barengi olahraga dengan makanan sehat dan bernutrisi.
"Hindari penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan yang tidak perlu," ia menambahkan.
Ketiga, luangkan waktu untuk bersantai. Cari kegiatan yang Anda sukai. Aktivitas fisik dapat mengusir stres, sebab berdasarkan penelitian ada hubungan terbalik antara stres dan aktivitas fisik.
"Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga terbukti penting dalam manajemen stres yang efektif karena dapat menurunkan kadar hormon-hormon stres seperti adrenalin dan kortisol dalam tubuh."
Baca juga: Hidroponik bisa obati stres selama pandemi COVID-19
Aktivitas fisik dapat memicu produksi endorfin, bahan kimia yang diproduksi oleh otak dan berfungsi sebagai pereda rasa sakit. Endorfin juga dapat menghasilkan perasaan relaks dan optimisme ketika Anda berolahraga rutin.
Keempat, bersosialisasi lewat sarana virtual. Bicaralah dengan orang yang Anda percayai mengenai kekhawatiran dan perasaan Anda. Beban di hati akan berkurang dengan menceritakannya kepada orang lain.
Kelima, pahami fakta akurat mengenai COVID-19 untuk menghindari stres yang berlebihan.
Ketika Anda sudah tenang dan terbiasa dengan kenormalan baru, Anda akan merasa nyaman dengan semua perubahan yang berhubungan dengan pandemi. Meski di rumah saja, Anda bisa tetap produktif.
Baca juga: Anak atau orangtua yang lebih stres selama pandemi?
Ketika sudah menerima keadaan normal baru, jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan fisik dan mental serta memelihara optimisme.
Anda juga didorong untuk terus belajar sesuatu yang baru dan fokus pada proses, bukan kesempurnaan.
Baca juga: Stres kerja dari rumah? Begini cara mengatasinya
"Kesehatan jiwa Anda pada masa pandemi COVID-19 perlu Anda perhatikan. Apabila tidak, dapat berdampak pada memburuknya relasi dengan sesama dan kesehatan fisik Anda," kata dia.
"Apabila Anda memerlukan pertolongan dari tenaga profesional untuk menjalani masa pandemi ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikolog."
Baca juga: Cara atasi stres yang menyebabkan mudah sakit
Baca juga: Cara cepat singkirkan stres akibat pandemi corona
Baca juga: WHO sarankan main game di tengah pandemi corona