Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo meminta biaya perawatan pasien COVID-19 di Indonesia dievaluasi karena ada perbedaan signifikan dibandingkan dengan negara tetangga.
"Perbedaannya sangat signifikan. Makanya saya kira, ada baiknya pemerintah melalui gugus tugas melakukan evaluasi terhadap biaya tersebut. Apakah biaya yang mahal ini wajar dan sudah sesuai dengan fasilitas perawatan?," ujar Rahmad dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Rahmad menuturkan, di Indonesia, biaya perawatan seorang pasien berkisar antara Rp150 juta hingga Rp215 juta. Sedangkan di Singapura hanya Rp61 juta hingga Rp82 juta.
Baca juga: RS Darurat Wisma Atlet catat 2.472 pasien sembuh
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, pihaknya sangat setuju semua biaya perawatan pasien COVID-19 ditanggung oleh negara. Ia juga mengapresiasi tunjangan dan berbagai fasilitas yang diberikan negara kepada tenaga medis.
"Berapapun anggaran yang diperlukan memang harus dikucurkan oleh negara, karena keselamatan pasien adalah yang utama dan terpenting. Namun, perbedaan biaya yang besar itu membuat kita harus membuka mata. Perlu evaluasi dan mengedepankan efisiensi," kata Rahmad.
Meski demikian, lanjut Rahmad, berapapun pengeluaran untuk penanggulangan bencana COVID-19, harus bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan batas kewajaran.
"Apakah biaya perawatan terlalu mahal atau tidak, ini yang perlu dievaluasi," ujarnya.
Baca juga: RSD Pulau Galang sebut tiga pasien sembuh dari COVID-19
Rahmad mengungkapkan, sempat mendengar suara-suara yang menyatakan beberapa pihak rumah sakit merasa penanganan pasien COVID-19 cukup menggiurkan.
"Menggiurkan dalam tanda petik ya. Makanya sekali lagi saya tanya, apakah biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan fasilitas dan perawatan yang diberikan kepada pasien," ujar Rahmad.
Rahmad mengatakan, ia bisa memaklumi biaya perawatan pasien COVID-19 bertambah mahal karena para pasien yang sudah cukup sehat pun harus tertahan di rumah sakit karena menunggu hasil diagnosa polymerase chain reaction (PCR).
"Menunggu hasil tes PCR itu kan beberapa hari, sedangkan pasien itu sudah cukup sembuh. Kondisi ini tentunya menambah biaya. Mungkin kondisi seperti ini perlu disiasati," ujar Rahmad.
Rumah sakit di Singapura yang mengharuskan orang asing membayar biaya perawatan, mematok biaya perawatan antara 6.000-8.000 dolar Singapura, atau setara dengan Rp61 juta hingga Rp82 juta. Bahkan di China dan Thailand biaya perawatan hanya Rp48 juta.
Sementara itu di Indonesia, biaya perawatan COVID-19, paling murah Rp105 juta. Sedangkan yang ada penyakit tambahan bisa mencapai Rp215 juta.
"Perbedaannya sangat signifikan. Makanya saya kira, ada baiknya pemerintah melalui gugus tugas melakukan evaluasi terhadap biaya tersebut. Apakah biaya yang mahal ini wajar dan sudah sesuai dengan fasilitas perawatan?," ujar Rahmad dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Rahmad menuturkan, di Indonesia, biaya perawatan seorang pasien berkisar antara Rp150 juta hingga Rp215 juta. Sedangkan di Singapura hanya Rp61 juta hingga Rp82 juta.
Baca juga: RS Darurat Wisma Atlet catat 2.472 pasien sembuh
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, pihaknya sangat setuju semua biaya perawatan pasien COVID-19 ditanggung oleh negara. Ia juga mengapresiasi tunjangan dan berbagai fasilitas yang diberikan negara kepada tenaga medis.
"Berapapun anggaran yang diperlukan memang harus dikucurkan oleh negara, karena keselamatan pasien adalah yang utama dan terpenting. Namun, perbedaan biaya yang besar itu membuat kita harus membuka mata. Perlu evaluasi dan mengedepankan efisiensi," kata Rahmad.
Meski demikian, lanjut Rahmad, berapapun pengeluaran untuk penanggulangan bencana COVID-19, harus bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan batas kewajaran.
"Apakah biaya perawatan terlalu mahal atau tidak, ini yang perlu dievaluasi," ujarnya.
Baca juga: RSD Pulau Galang sebut tiga pasien sembuh dari COVID-19
Rahmad mengungkapkan, sempat mendengar suara-suara yang menyatakan beberapa pihak rumah sakit merasa penanganan pasien COVID-19 cukup menggiurkan.
"Menggiurkan dalam tanda petik ya. Makanya sekali lagi saya tanya, apakah biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan fasilitas dan perawatan yang diberikan kepada pasien," ujar Rahmad.
Rahmad mengatakan, ia bisa memaklumi biaya perawatan pasien COVID-19 bertambah mahal karena para pasien yang sudah cukup sehat pun harus tertahan di rumah sakit karena menunggu hasil diagnosa polymerase chain reaction (PCR).
"Menunggu hasil tes PCR itu kan beberapa hari, sedangkan pasien itu sudah cukup sembuh. Kondisi ini tentunya menambah biaya. Mungkin kondisi seperti ini perlu disiasati," ujar Rahmad.
Rumah sakit di Singapura yang mengharuskan orang asing membayar biaya perawatan, mematok biaya perawatan antara 6.000-8.000 dolar Singapura, atau setara dengan Rp61 juta hingga Rp82 juta. Bahkan di China dan Thailand biaya perawatan hanya Rp48 juta.
Sementara itu di Indonesia, biaya perawatan COVID-19, paling murah Rp105 juta. Sedangkan yang ada penyakit tambahan bisa mencapai Rp215 juta.