Palangka Raya (ANTARA) - Berdasarkan kajian risiko bencana Kalimantan Tengah pada 2020, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memiliki tingkat bahaya tinggi, kerentanan tinggi, serta kapasitas yang dianggap masih rendah sehingga tingkat risiko tinggi.
"Adapun desa rawan kebakaran di Kalteng terbagi menjadi beberapa kategori," kata Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng Darliansjah saat dihubungi dari Palangka Raya, Jumat.
Desa dengan tingkat kerawanan sangat tinggi sebanyak 263 desa, tingkat kerawanan tinggi sebanyak 222 desa, tingkat kerawanan sedang sebanyak 94 desa, serta tingkat kerawanan rendah sebanyak 1.033 desa.
Ia menjelaskan, untuk penanganan darurat bencana karhutla di Kalteng bila dilihat dari parameter titik panas pada 2018 sebanyak 7.088 titik dan terjadi peningkatan sebesar 706 persen pada 2019 menjadi 50.046 titik.
Sedangkan parameter luas areal yang terbakar pada 2018 adalah 7.107,88 hektare dan meningkat sebesar 186 persen pada 2019 menjadi 13.285,3 hektare.
Adapun lahan yang terbakar berupa tanah gambut pada 2018 yakni 2.353,8 hektare dan meningkat sebesar 322 persen pada 2019 menjadi 7.595,1 hektare. Sedangkan pada tanah mineral pada 2018 yakni 4.754,08 hektare dan meningkat sebesar 119 persen pada 2019 menjadi 5.690,2 hektare.
"Kami pun sudah melakukan evaluasi dan mendapati sejumlah permasalahan yang dihadapi pada karhutla 2019 lalu," ungkapnya.
Meliputi belum ada terbentuknya satuan tugas pencegahan dan kesiapsiagaan hingga tingkat kelurahan dan desa, terbatasnya sarana dan prasarana penanganan karhutla, serta kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang dampak karhutla.
Kemudian belum optimalnya sinergitas pemangku kepentingan dalam pencegahan dan penanganan karhutla, hingga belum memadai dan optimalnya anggaran yang fokus pada pencegahan dan kesiapsiagaan karhutla.
"Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam penanganan karhutla pada 2020, dimulai dari pencegahan, mitigasi, operasi darat, serta operasi udara," jelasnya.
"Adapun desa rawan kebakaran di Kalteng terbagi menjadi beberapa kategori," kata Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng Darliansjah saat dihubungi dari Palangka Raya, Jumat.
Desa dengan tingkat kerawanan sangat tinggi sebanyak 263 desa, tingkat kerawanan tinggi sebanyak 222 desa, tingkat kerawanan sedang sebanyak 94 desa, serta tingkat kerawanan rendah sebanyak 1.033 desa.
Ia menjelaskan, untuk penanganan darurat bencana karhutla di Kalteng bila dilihat dari parameter titik panas pada 2018 sebanyak 7.088 titik dan terjadi peningkatan sebesar 706 persen pada 2019 menjadi 50.046 titik.
Sedangkan parameter luas areal yang terbakar pada 2018 adalah 7.107,88 hektare dan meningkat sebesar 186 persen pada 2019 menjadi 13.285,3 hektare.
Adapun lahan yang terbakar berupa tanah gambut pada 2018 yakni 2.353,8 hektare dan meningkat sebesar 322 persen pada 2019 menjadi 7.595,1 hektare. Sedangkan pada tanah mineral pada 2018 yakni 4.754,08 hektare dan meningkat sebesar 119 persen pada 2019 menjadi 5.690,2 hektare.
"Kami pun sudah melakukan evaluasi dan mendapati sejumlah permasalahan yang dihadapi pada karhutla 2019 lalu," ungkapnya.
Meliputi belum ada terbentuknya satuan tugas pencegahan dan kesiapsiagaan hingga tingkat kelurahan dan desa, terbatasnya sarana dan prasarana penanganan karhutla, serta kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang dampak karhutla.
Kemudian belum optimalnya sinergitas pemangku kepentingan dalam pencegahan dan penanganan karhutla, hingga belum memadai dan optimalnya anggaran yang fokus pada pencegahan dan kesiapsiagaan karhutla.
"Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam penanganan karhutla pada 2020, dimulai dari pencegahan, mitigasi, operasi darat, serta operasi udara," jelasnya.