Jakarta (ANTARA) - Widiarsi Agustina, atau akrab disapa Niniel telah malang melintang di dunia jurnalistik, khususnya media cetak dan digital dengan pengalamannya selama kurang lebih 24 tahun berkecimpung di media.
Ketertarikannya terhadap dunia jurnalistik itu agaknya linier dengan kuliahnya di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta (1988-1995) yang mengantarkannya meraih gelar sarjana komunikasi massa.
Berbagai media pernah dijajalnya, mulai Harian Berita Yudha di Jakarta pada Desember 1995-September 1996 dengan bidang peliputan masalah-masalah, politik, militer dan hukum.
Pada medio September 1996 hingga Februari 1997, Niniel pindah ke Harian Media Indonesia, masih berkutat dengan persoalan yang hampir sama, yakni isu politik dan militer, plus ekonomi.
Kurang dari setahun menjadi jurnalis di Harian Media Indonesia, mulai Maret 1997 Niniel pindah haluan ke majalah mingguan bernama Forum Keadilan, masih di Jakarta.
Di Majalah Forum Keadilan, Niniel tetap menjalankan tugas mewawancarai, melaporkan, dan menulis berita, ditambah meneliti dan membantu wartawan-wartawan senior melakukan laporan investigasi.
Kariernya sebagai jurnalis di Majalah Forum Keadilan dijalaninya hampir dua tahun, hingga Desember 1999.
Pada rentang Januari-November 2000, Niniel sempat menjadi editor di portal berita Astaga.com, sebelum akhirnya berlabuh selama 18 tahun berkarier di Tempo Inti Media yang menaungi harian dan majalah Tempo, televisi, serta "online".
Kariernya di Tempo diawali dari Asisten Editor Harian Koran Tempo, yang fokus menangani berita-berita bidang politik, ekonomi, dan metropolitan. Posisi editor junior ini dilakoninya kurang lebih tiga tahun, yakni 2000-2003.
Pada 2003, Niniel menjadi Asisten Editor Politik dan Investigasi di Majalah Tempo. Tugasnya, melakukan pelaporan, penulisan, dan pengeditan yang bertanggung jawab untuk kolom wawancara di Tempo setiap minggu yang dilakoni hingga 2007.
Pada 2004-2005, Niniel sempat menjadi bagian dari tim Tempo yang bertugas melakukan investigasi untuk pemberitaan mingguan.
Niniel juga pernah menjadi Kepala Biro Tempo untuk wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang membawahi empat provinsi, termasuk Banten selama dua tahun, yakni 2008-2010,
Pada 2010-2012, Niniel menjadi bagian dari editor Tempo di Tempo.co, yang ketika itu sedang melakukan penyesuaian portal baru, dari TempoInteraktif.com ke Tempo.co.
Kemudian, mulai Juni 2012 hingga Juli 2017, Niniel menjadi redaktur pelaksana Majalah Tempo yang bertugas membantu pemimpin redaksi dalam merencanakan tema dan arah peliputan setiap minggunya untuk majalah.
Setelah itu, Niniel diangkat sebagai Deputi Kepala Superdesk Tempo yang menjadi inti ruang pemberitaan Tempo, dengan tanggung jawab yang lebih kompleks, bukan sekadar pemberitaan.
Bahkan, dengan jabatan yang diembannya pada medio Juli 2017 - Mei 2018 itu, Niniel bertanggung jawab terhadap semua wartawan dan kontributor, terutama memastikan transisi ke platform digital berlangsung lancar dalam budaya produksi dan alur kerja.
Dengan latar belakangnya dan pengalamannya di bidang jurnalistik, Niniel kemudian ditarik ke Istana, dan dipercaya menjadi Kepala Tim Newsroom di Kantor Sekretariat Presiden (KSP) pada Mei 2018 hingga Oktober 2019.
Tugasnya, memimpin tim untuk menganalisis, merencanakan, dan mengevaluasi, serta strategi komunikasi yang akan dilakukan digunakan oleh KSP, termasuk pengaturan agenda, penyebaran narasi program pemerintah dan prestasi kepada publik.
Masih di KSP, sejak Oktober 2019, Niniel yang diangkat sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian Bidang Informasi dan Komunikasi Politik kembali dipercaya menjadi Penasihat Senior.
Selain itu, Niniel juga tercatat sebagai penulis buku "Massa misterius Malari: Rusuh Politik Pertama dalam Sejarah Orde Baru", dan terlibat pula dalam penulisan dan penyuntingan berbagai buku.
Kini, jebolan Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu dipercaya masuk dalam jajaran Dewan Pengawas Perum LKBN ANTARA.
Prof. Dr. Widodo Muktiyo dilantik sebagai Ketua Dewas Perum LKBN ANTARA, sementara Niniel, Mayong Suryo Laksono, dan Monang Sinaga menjadi anggota Dewas.
Mereka menggantikan Dewan Pengawas Perum LKBN ANTARA sebelumnya yakni Sutrimo (Ketua Dewas LKBN ANTARA), Santoso dan Deddy Hermawan sebagai anggota Dewas LKBN ANTARA.
Baca juga: Sosok Ketua Dewas LKBN ANTARA di era revolusi industri 4.0
Ketertarikannya terhadap dunia jurnalistik itu agaknya linier dengan kuliahnya di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta (1988-1995) yang mengantarkannya meraih gelar sarjana komunikasi massa.
Berbagai media pernah dijajalnya, mulai Harian Berita Yudha di Jakarta pada Desember 1995-September 1996 dengan bidang peliputan masalah-masalah, politik, militer dan hukum.
Pada medio September 1996 hingga Februari 1997, Niniel pindah ke Harian Media Indonesia, masih berkutat dengan persoalan yang hampir sama, yakni isu politik dan militer, plus ekonomi.
Kurang dari setahun menjadi jurnalis di Harian Media Indonesia, mulai Maret 1997 Niniel pindah haluan ke majalah mingguan bernama Forum Keadilan, masih di Jakarta.
Di Majalah Forum Keadilan, Niniel tetap menjalankan tugas mewawancarai, melaporkan, dan menulis berita, ditambah meneliti dan membantu wartawan-wartawan senior melakukan laporan investigasi.
Kariernya sebagai jurnalis di Majalah Forum Keadilan dijalaninya hampir dua tahun, hingga Desember 1999.
Pada rentang Januari-November 2000, Niniel sempat menjadi editor di portal berita Astaga.com, sebelum akhirnya berlabuh selama 18 tahun berkarier di Tempo Inti Media yang menaungi harian dan majalah Tempo, televisi, serta "online".
Kariernya di Tempo diawali dari Asisten Editor Harian Koran Tempo, yang fokus menangani berita-berita bidang politik, ekonomi, dan metropolitan. Posisi editor junior ini dilakoninya kurang lebih tiga tahun, yakni 2000-2003.
Pada 2003, Niniel menjadi Asisten Editor Politik dan Investigasi di Majalah Tempo. Tugasnya, melakukan pelaporan, penulisan, dan pengeditan yang bertanggung jawab untuk kolom wawancara di Tempo setiap minggu yang dilakoni hingga 2007.
Pada 2004-2005, Niniel sempat menjadi bagian dari tim Tempo yang bertugas melakukan investigasi untuk pemberitaan mingguan.
Niniel juga pernah menjadi Kepala Biro Tempo untuk wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang membawahi empat provinsi, termasuk Banten selama dua tahun, yakni 2008-2010,
Pada 2010-2012, Niniel menjadi bagian dari editor Tempo di Tempo.co, yang ketika itu sedang melakukan penyesuaian portal baru, dari TempoInteraktif.com ke Tempo.co.
Kemudian, mulai Juni 2012 hingga Juli 2017, Niniel menjadi redaktur pelaksana Majalah Tempo yang bertugas membantu pemimpin redaksi dalam merencanakan tema dan arah peliputan setiap minggunya untuk majalah.
Setelah itu, Niniel diangkat sebagai Deputi Kepala Superdesk Tempo yang menjadi inti ruang pemberitaan Tempo, dengan tanggung jawab yang lebih kompleks, bukan sekadar pemberitaan.
Bahkan, dengan jabatan yang diembannya pada medio Juli 2017 - Mei 2018 itu, Niniel bertanggung jawab terhadap semua wartawan dan kontributor, terutama memastikan transisi ke platform digital berlangsung lancar dalam budaya produksi dan alur kerja.
Dengan latar belakangnya dan pengalamannya di bidang jurnalistik, Niniel kemudian ditarik ke Istana, dan dipercaya menjadi Kepala Tim Newsroom di Kantor Sekretariat Presiden (KSP) pada Mei 2018 hingga Oktober 2019.
Tugasnya, memimpin tim untuk menganalisis, merencanakan, dan mengevaluasi, serta strategi komunikasi yang akan dilakukan digunakan oleh KSP, termasuk pengaturan agenda, penyebaran narasi program pemerintah dan prestasi kepada publik.
Masih di KSP, sejak Oktober 2019, Niniel yang diangkat sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian Bidang Informasi dan Komunikasi Politik kembali dipercaya menjadi Penasihat Senior.
Selain itu, Niniel juga tercatat sebagai penulis buku "Massa misterius Malari: Rusuh Politik Pertama dalam Sejarah Orde Baru", dan terlibat pula dalam penulisan dan penyuntingan berbagai buku.
Kini, jebolan Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu dipercaya masuk dalam jajaran Dewan Pengawas Perum LKBN ANTARA.
Prof. Dr. Widodo Muktiyo dilantik sebagai Ketua Dewas Perum LKBN ANTARA, sementara Niniel, Mayong Suryo Laksono, dan Monang Sinaga menjadi anggota Dewas.
Mereka menggantikan Dewan Pengawas Perum LKBN ANTARA sebelumnya yakni Sutrimo (Ketua Dewas LKBN ANTARA), Santoso dan Deddy Hermawan sebagai anggota Dewas LKBN ANTARA.
Baca juga: Sosok Ketua Dewas LKBN ANTARA di era revolusi industri 4.0