Jakarta (ANTARA) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan LIPI terlibat uji klinis vaksin di Indonesia dengan Kalbe Farma dan Korea Selatan.
"Khususnya teman-teman LIPI terlibat dengan Kalbe Farma dan Korea, kalau dengan Tiongkok kami belum pastikan," kata Handoko dalam pertemuan dengan media secara virtual, Jakarta, Jumat.
Handoko menuturkan Kalbe Farma dan Genexine Korea Selatan berkerja sama untuk uji klinis vaksin DNA untuk COVID-19.
"Kita melibatkan diri dan terlibat di uji klinis fase 2 dan 3 dari kandidat vaksin yang sudah dikembangkan oleh berbagai mitra di luar negeri," tutur Handoko.
Handoko menuturkan Genexine Korea Selatan saat ini sedang dalam proses persetujuan untuk uji klinis fase 1 di Korea, fase 1 untuk beberapa orang saja. Sementara fase 2 dan 3 uji klinis akan dilakukan di Indonesia.
Sementara PT Bio Farma dan perusahaan biofarmasi asal China yakni Sinovac bekerja sama di uji klinis vaksin dari virus yang dilemahkan atau dimatikan.
Sedangkan Indonesia secara mandiri sedang membuat vaksin berbasis protein rekombinan. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang memimpin pengembangan vaksin mandiri itu, dan uji vaksin di hewan akan dilakukan fasilitas laboratorium biosafety level 3 (BSL-3) LIPI di Cibinong, Jawa Barat.
Handoko menuturkan ada 135 kandidiat vaksin yang terdaftar di Badan Kesehatan Dunia (WHO), tetapu yang sudah masuk uji klinis baru 10 kandidat vaksin.
"Tidak ada seorang pun yang bisa menjamin mana yang akan berhasil," ujarnya.
Jika terlibat dalam pengembangan vaksin luar negeri, maka Indonesia memiliki hasl istimewa untuk akses mendapat formula untuk bisa diproduksi di Indonesia, harga dan prioritas.
Kebutuhan vaksin COVID-19 di Indonesia terbilang besar karena jumlah penduduk Indonesia yang banyak. Jika melakukan vaksin pada 100 juta penduduk Indonesia, maka untuk dua kali suntikan vaksin berarti dibutuhkan 200 juta ampul.
"Kalau kita menunggu harus impor dari luar negeri belum tentu kita bisa mendapatkan itu karena semua negara ingin dapatkan itu," ujarnya.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 LIPI sekaligus Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Puspita Lisdiyanti mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Universitas Indonesia dalam keterlibatan untuk uji klinis vaksin tersebut.
"Bagian kita nanti pas tes-tesnya nanti di BSL-3 karena perlu uji reaksi vaksin terhadap virusnya harus di BSL-3," ujar Lisdiyanti.
Lisdiyanti mengatakan saat ini sedang dijajaki kemungkinan produksi 500 liter vaksin yang akan menggunakan fasilitas di Pusat Pemanfaatan dan Inovasi Iptek LIPI.
"Jadi kita nanti kemandirian vaksin di Indonesia bisa dicapai karena memang produksi juga di Indonesia," ujarnya.
"Khususnya teman-teman LIPI terlibat dengan Kalbe Farma dan Korea, kalau dengan Tiongkok kami belum pastikan," kata Handoko dalam pertemuan dengan media secara virtual, Jakarta, Jumat.
Handoko menuturkan Kalbe Farma dan Genexine Korea Selatan berkerja sama untuk uji klinis vaksin DNA untuk COVID-19.
"Kita melibatkan diri dan terlibat di uji klinis fase 2 dan 3 dari kandidat vaksin yang sudah dikembangkan oleh berbagai mitra di luar negeri," tutur Handoko.
Handoko menuturkan Genexine Korea Selatan saat ini sedang dalam proses persetujuan untuk uji klinis fase 1 di Korea, fase 1 untuk beberapa orang saja. Sementara fase 2 dan 3 uji klinis akan dilakukan di Indonesia.
Sementara PT Bio Farma dan perusahaan biofarmasi asal China yakni Sinovac bekerja sama di uji klinis vaksin dari virus yang dilemahkan atau dimatikan.
Sedangkan Indonesia secara mandiri sedang membuat vaksin berbasis protein rekombinan. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang memimpin pengembangan vaksin mandiri itu, dan uji vaksin di hewan akan dilakukan fasilitas laboratorium biosafety level 3 (BSL-3) LIPI di Cibinong, Jawa Barat.
Handoko menuturkan ada 135 kandidiat vaksin yang terdaftar di Badan Kesehatan Dunia (WHO), tetapu yang sudah masuk uji klinis baru 10 kandidat vaksin.
"Tidak ada seorang pun yang bisa menjamin mana yang akan berhasil," ujarnya.
Jika terlibat dalam pengembangan vaksin luar negeri, maka Indonesia memiliki hasl istimewa untuk akses mendapat formula untuk bisa diproduksi di Indonesia, harga dan prioritas.
Kebutuhan vaksin COVID-19 di Indonesia terbilang besar karena jumlah penduduk Indonesia yang banyak. Jika melakukan vaksin pada 100 juta penduduk Indonesia, maka untuk dua kali suntikan vaksin berarti dibutuhkan 200 juta ampul.
"Kalau kita menunggu harus impor dari luar negeri belum tentu kita bisa mendapatkan itu karena semua negara ingin dapatkan itu," ujarnya.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 LIPI sekaligus Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Puspita Lisdiyanti mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Universitas Indonesia dalam keterlibatan untuk uji klinis vaksin tersebut.
"Bagian kita nanti pas tes-tesnya nanti di BSL-3 karena perlu uji reaksi vaksin terhadap virusnya harus di BSL-3," ujar Lisdiyanti.
Lisdiyanti mengatakan saat ini sedang dijajaki kemungkinan produksi 500 liter vaksin yang akan menggunakan fasilitas di Pusat Pemanfaatan dan Inovasi Iptek LIPI.
"Jadi kita nanti kemandirian vaksin di Indonesia bisa dicapai karena memang produksi juga di Indonesia," ujarnya.