Muara Teweh (ANTARA) - Sempat menjalani rawat inap di RSUD Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, untuk kesekian kalinya, Endang (38) mengaku sangat merasakan manfaat dari program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
"Beruntungnya kita punya KIS, iuran yang dipotong dari gaji setiap bulan jika dihitung-hitung masih tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan biaya pengobatan saya, apalagi untuk dua orang anak saya yang juga pernah dirawat inap dengan sakit yang berbeda. Jika tidak ada JKN-KIS, tidak bisa beli garam saya," kata Endang di Muara Teweh, Jumat.
Dia yang terdaftar sebagai segmen Peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) Swasta sejak 2017 lalu, Endang merasa beruntung karena iuran yang telah dibayarkan 4 persen dari perusahaan ditambah 1 persen dipotong dari gajinya tiap bulan dapat mengcover seluruh anggota keluarganya, pengobatannya ditanggung sepenuhnya. Ia sadar iuran tersebut tentu tidak dapat menutupi biaya berobatnya yang telah ditanggung oleh program JKN-KIS selama ini.
Dengan gaji yang tak seberapa membuat Endang dan suami harus berjuang membiayai hidup dan pendidikan anaknya yang kini telah sampai di bangku SMA. Pantaslah JKN-KIS hadir ditengah keluarga Endang yang selalu bersyukur akan rasa kecukupan akan nikmat yang diberikan Tuhan.
Endang selalu berdoa agar diberikan kesembuhan atas segala penyakitnya sehingga iurannya tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi membantu yang lainnya.
"Semoga keluarga kami selalu diberikan kesehatan, jadi dapat membantu yang lain dengan terus rutin membayar iuran, sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada JKN-KIS," kata dia.
Dia mengakui beberapa bulan lalu sempat dirawat di RSUD Muara Teweh dengan diagnosa Cystitis atau yang dikenal dengan infeksi kandung kemih, membuat Endang harus bolak balik rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Penyakit yang lebih umum dialami wanita daripada pria ini dapat sangat membahayakan apalagi jika kronik (kambuhan) sehingga harus berkala dilakukan pemeriksaan
"Ini yang kesekian kalinya saya rawat inap, kalau lagi kambuh sakitnya bisa sampai berjam-jam, disertai dengan demam dan mual membuat saya tidak dapat bekerja dengan tenang. Saya bersyukur lagi-lagi telah mendapatkan pelayanan yang gratis dari JKN-KIS,” ucap Endang.
"Beruntungnya kita punya KIS, iuran yang dipotong dari gaji setiap bulan jika dihitung-hitung masih tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan biaya pengobatan saya, apalagi untuk dua orang anak saya yang juga pernah dirawat inap dengan sakit yang berbeda. Jika tidak ada JKN-KIS, tidak bisa beli garam saya," kata Endang di Muara Teweh, Jumat.
Dia yang terdaftar sebagai segmen Peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) Swasta sejak 2017 lalu, Endang merasa beruntung karena iuran yang telah dibayarkan 4 persen dari perusahaan ditambah 1 persen dipotong dari gajinya tiap bulan dapat mengcover seluruh anggota keluarganya, pengobatannya ditanggung sepenuhnya. Ia sadar iuran tersebut tentu tidak dapat menutupi biaya berobatnya yang telah ditanggung oleh program JKN-KIS selama ini.
Dengan gaji yang tak seberapa membuat Endang dan suami harus berjuang membiayai hidup dan pendidikan anaknya yang kini telah sampai di bangku SMA. Pantaslah JKN-KIS hadir ditengah keluarga Endang yang selalu bersyukur akan rasa kecukupan akan nikmat yang diberikan Tuhan.
Endang selalu berdoa agar diberikan kesembuhan atas segala penyakitnya sehingga iurannya tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi membantu yang lainnya.
"Semoga keluarga kami selalu diberikan kesehatan, jadi dapat membantu yang lain dengan terus rutin membayar iuran, sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada JKN-KIS," kata dia.
Dia mengakui beberapa bulan lalu sempat dirawat di RSUD Muara Teweh dengan diagnosa Cystitis atau yang dikenal dengan infeksi kandung kemih, membuat Endang harus bolak balik rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Penyakit yang lebih umum dialami wanita daripada pria ini dapat sangat membahayakan apalagi jika kronik (kambuhan) sehingga harus berkala dilakukan pemeriksaan
"Ini yang kesekian kalinya saya rawat inap, kalau lagi kambuh sakitnya bisa sampai berjam-jam, disertai dengan demam dan mual membuat saya tidak dapat bekerja dengan tenang. Saya bersyukur lagi-lagi telah mendapatkan pelayanan yang gratis dari JKN-KIS,” ucap Endang.