Mexico City (ANTARA) - Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador pada Rabu (25/11) kembali menolak memberi selamat kepada Joe Biden sebagai pemenang pemilihan presiden Amerika Serikat.
Sikap Lopez Obrador itu membuatnya semakin menonjol di antara para pemimpin dunia yang masih belum mau mengakui Biden sebagai presiden AS.
Ketika berbicara tak lama setelah Presiden China Xi Jinping memberi selamat kepada Biden atas kemenangannya, Lopez Obrador menegaskan kembali bahwa memberikan ucapan selamat saat proses pemilu belum resmi selesai adalah tindakan yang salah.
"Kami tidak setuju memberikan ucapan selamat terlebih dahulu," kata Lopez Obrador kepada wartawan pada konferensi pers berkala oleh pemerintah. "Apa yang paling baik? Menunggu."
Baca juga: Gedung Putih izinkan intelijen sampaikan laporan harian pada Biden
Presiden AS Donald Trump, seorang Republikan, telah meluncurkan langkah-langkah hukum dalam upaya untuk membatalkan hasil pemilihan. Ia menuduh kubu Biden, Partai Demokrat, mencoba mencurangi pemilihan.
Namun, tanpa mengakui kekalahan, Trump kini mengisyaratkan bahwa peralihan kekuasaan ke pemerintahan Biden dapat dilangsungkan.
Lopez Obrador, yang telah selama bertahun-tahun berulang kali menuduh saingan-saingannya dalam pemilu melakukan kecurangan, kembali merujuk pada pemilihan presiden Meksiko 2006 untuk membenarkan pendiriannya.
Lopez Obrador bersikeras bahwa ia dicurangi pada pemilihan 2006. Penggunaan contoh itu dalam mempertahankan pendiriannya soal pengakuan pada Biden telah mengecewakan beberapa pejabat AS, yang menganggap perbandingan tersebut tidak pantas.
Presiden Meksiko mengatakan dia tidak menentang kandidat atau partai politik mana pun dalam proses pemilihan AS.
Secara pribadi, beberapa pejabat Meksiko mengatakan sang presiden hati-hati untuk tidak terkesan menentang Trump, yang selama masa kepresidenannya mengancam akan merugikan Meksiko secara ekonomi jika tidak mengekang imigrasi ilegal.
Sumber: Reuters
Baca juga: Akhirnya Donald Trump beri lampu hijau untuk mulai transisi Biden
Baca juga: Akun medsos khusus Presiden akan jadi milik Biden pada 20 Januari
Baca juga: Donald Trump didesak kerja sama untuk lawan COVID-19 dengan tim Biden
Sikap Lopez Obrador itu membuatnya semakin menonjol di antara para pemimpin dunia yang masih belum mau mengakui Biden sebagai presiden AS.
Ketika berbicara tak lama setelah Presiden China Xi Jinping memberi selamat kepada Biden atas kemenangannya, Lopez Obrador menegaskan kembali bahwa memberikan ucapan selamat saat proses pemilu belum resmi selesai adalah tindakan yang salah.
"Kami tidak setuju memberikan ucapan selamat terlebih dahulu," kata Lopez Obrador kepada wartawan pada konferensi pers berkala oleh pemerintah. "Apa yang paling baik? Menunggu."
Baca juga: Gedung Putih izinkan intelijen sampaikan laporan harian pada Biden
Presiden AS Donald Trump, seorang Republikan, telah meluncurkan langkah-langkah hukum dalam upaya untuk membatalkan hasil pemilihan. Ia menuduh kubu Biden, Partai Demokrat, mencoba mencurangi pemilihan.
Namun, tanpa mengakui kekalahan, Trump kini mengisyaratkan bahwa peralihan kekuasaan ke pemerintahan Biden dapat dilangsungkan.
Lopez Obrador, yang telah selama bertahun-tahun berulang kali menuduh saingan-saingannya dalam pemilu melakukan kecurangan, kembali merujuk pada pemilihan presiden Meksiko 2006 untuk membenarkan pendiriannya.
Lopez Obrador bersikeras bahwa ia dicurangi pada pemilihan 2006. Penggunaan contoh itu dalam mempertahankan pendiriannya soal pengakuan pada Biden telah mengecewakan beberapa pejabat AS, yang menganggap perbandingan tersebut tidak pantas.
Presiden Meksiko mengatakan dia tidak menentang kandidat atau partai politik mana pun dalam proses pemilihan AS.
Secara pribadi, beberapa pejabat Meksiko mengatakan sang presiden hati-hati untuk tidak terkesan menentang Trump, yang selama masa kepresidenannya mengancam akan merugikan Meksiko secara ekonomi jika tidak mengekang imigrasi ilegal.
Sumber: Reuters
Baca juga: Akhirnya Donald Trump beri lampu hijau untuk mulai transisi Biden
Baca juga: Akun medsos khusus Presiden akan jadi milik Biden pada 20 Januari
Baca juga: Donald Trump didesak kerja sama untuk lawan COVID-19 dengan tim Biden