Jakarta (ANTARA) - Head Solutions Architect, ASEAN, Amazon Web Services (AWS), Paul Chen, melihat kecenderungan adopsi teknologi komputasi awan atau cloud computing meluas ke perusahaan rintisan atau startup di berbagai sektor pada 2021.
"Adopsi cloud tidak hanya pada industri terkemuka, seperti perbankan, namun juga meluas ke industri berskala kecil, termasuk ritel dan pertanian. Perusahaan seperti Halodoc yang menawarkan di bidang kesehatan juga mengadopsi, jadi saya pikir gelombang berikutnya benar-benar masuk," ujar Paul dalam temu media secara virtual, Kamis.
Baca juga: Amazon dikabarkan sedang negosiasi pembelian 'startup' podcast
Meski begitu, Paul mengatakan perusahaan masih harus terus diedukasi untuk adopsi layanan komputasi awan agar mengetahui tantangan yang dihadapi saat ini.
Terlebih, dalam masa pandemi saat ini, bisnis dihadapkan pada karyawan yang bekerja dari rumah dan menjangkau pelanggan secara virtual, hingga pengelolaan biaya yang efektif, bahkan kemungkinan untuk pivot dalam hal operasi.
Dengan terlebih dahulu melakukan persiapan untuk kemungkinan terburuk, menurut Paul, dapat mengantisipasi jika situasi berubah, daripada hanya memprediksi apa yang akan terjadi.
"Jadi 2021 akan seperti apa, mengingat kondisi kita saat ini, pepatah "kita tidak bisa mengendalikan masa depan," sangat benar. Tapi yang bisa kita kendalikan adalah, kita bisa mengontrol kemampuan untuk bereaksi terhadap situasi ini," ujar Paul.
"Kebutuhan untuk bersiap-siap sambil menghemat biaya operasional untuk kepentingan cloud sebenarnya berjalan dengan baik untuk pelanggan," dia menambahkan.
Terlepas dari hal itu, secara keseluruhan, Paul melihat, saat ini banyak perusahaan rintisan telah menyadari perlunya meningkatkan kapabilitas, sehingga potensi adopsi cloud computing juga meningkat.
Baca juga: Facebook akan membeli startup layanan pelanggan 'Kustomer'
Sementara itu, dari segi keamanan, perusahaan keamanan siber Palo Alto Networks, dalam prediksinya belum lama ini menyebutkan bahwa tim keamanan perlu bekerja lebih cepat dan mampu beradaptasi dengan kecepatan yang dihadirkan oleh cloud.
Tahun ini, para peneliti Palo Alto Networks Unit 42 mengamati bahwa satu kesalahan konfigurasi IAM dapat memungkinkan penyerang menyusup hingga ke seluruh lingkungan cloud dan menembus hampir ke semua kontrol keamanan.
Kesalahan dalam konfigurasi identitas ini ditemukan di banyak akun cloud, yang menunjukkan adanya risiko keamanan yang tidak kecil bagi organisasi, bahkan berpotensi mempengaruhi seluruh lingkungan dalam waktu singkat.
"Apabila mereka lambat mengantisipasi hal ini di 2021, jumlah kerentanan yang muncul dikhawatirkan akan jauh lebih banyak dari apa yang mereka perkirakan," sebut Palo Alto Networks.
Baca juga: Startup kuliner Kaesang dan Gibran terima suntikan dana Rp29 miliar
Baca juga: 'Startup' Indonesia yang tumbuh di tengah pandemi
Baca juga: Cara siasati startup agar bertahan saat pandemi
Baca juga: UU Cipta Kerja jadi angin segar bagi startup digital
"Adopsi cloud tidak hanya pada industri terkemuka, seperti perbankan, namun juga meluas ke industri berskala kecil, termasuk ritel dan pertanian. Perusahaan seperti Halodoc yang menawarkan di bidang kesehatan juga mengadopsi, jadi saya pikir gelombang berikutnya benar-benar masuk," ujar Paul dalam temu media secara virtual, Kamis.
Baca juga: Amazon dikabarkan sedang negosiasi pembelian 'startup' podcast
Meski begitu, Paul mengatakan perusahaan masih harus terus diedukasi untuk adopsi layanan komputasi awan agar mengetahui tantangan yang dihadapi saat ini.
Terlebih, dalam masa pandemi saat ini, bisnis dihadapkan pada karyawan yang bekerja dari rumah dan menjangkau pelanggan secara virtual, hingga pengelolaan biaya yang efektif, bahkan kemungkinan untuk pivot dalam hal operasi.
Dengan terlebih dahulu melakukan persiapan untuk kemungkinan terburuk, menurut Paul, dapat mengantisipasi jika situasi berubah, daripada hanya memprediksi apa yang akan terjadi.
"Jadi 2021 akan seperti apa, mengingat kondisi kita saat ini, pepatah "kita tidak bisa mengendalikan masa depan," sangat benar. Tapi yang bisa kita kendalikan adalah, kita bisa mengontrol kemampuan untuk bereaksi terhadap situasi ini," ujar Paul.
"Kebutuhan untuk bersiap-siap sambil menghemat biaya operasional untuk kepentingan cloud sebenarnya berjalan dengan baik untuk pelanggan," dia menambahkan.
Terlepas dari hal itu, secara keseluruhan, Paul melihat, saat ini banyak perusahaan rintisan telah menyadari perlunya meningkatkan kapabilitas, sehingga potensi adopsi cloud computing juga meningkat.
Baca juga: Facebook akan membeli startup layanan pelanggan 'Kustomer'
Sementara itu, dari segi keamanan, perusahaan keamanan siber Palo Alto Networks, dalam prediksinya belum lama ini menyebutkan bahwa tim keamanan perlu bekerja lebih cepat dan mampu beradaptasi dengan kecepatan yang dihadirkan oleh cloud.
Tahun ini, para peneliti Palo Alto Networks Unit 42 mengamati bahwa satu kesalahan konfigurasi IAM dapat memungkinkan penyerang menyusup hingga ke seluruh lingkungan cloud dan menembus hampir ke semua kontrol keamanan.
Kesalahan dalam konfigurasi identitas ini ditemukan di banyak akun cloud, yang menunjukkan adanya risiko keamanan yang tidak kecil bagi organisasi, bahkan berpotensi mempengaruhi seluruh lingkungan dalam waktu singkat.
"Apabila mereka lambat mengantisipasi hal ini di 2021, jumlah kerentanan yang muncul dikhawatirkan akan jauh lebih banyak dari apa yang mereka perkirakan," sebut Palo Alto Networks.
Baca juga: Startup kuliner Kaesang dan Gibran terima suntikan dana Rp29 miliar
Baca juga: 'Startup' Indonesia yang tumbuh di tengah pandemi
Baca juga: Cara siasati startup agar bertahan saat pandemi
Baca juga: UU Cipta Kerja jadi angin segar bagi startup digital