Delirium gejala baru COVID-19 adalah hoaks

Jumat, 11 Desember 2020 14:01 WIB

Jakarta (ANTARA) - Sebuah unggahan infografik yang mencatut logo Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 beredar di Twitter sejak Rabu (9/12) yang menyebut delirium sebagai gejala baru penyakit yang diakibatkan virus SARS-CoV-2 itu.

Infografik yang menampilkan visualisasi perempuan bermasker itu mencantumkan delapan gejala delirium, di antaranya suka melamun, lamban bereaksi, mudah tersinggung dan suasana hati mendadak berubah.

Logo slogan "Ingat Pesan Ibu" dari Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) juga disematkan, seakan menegaskan informasi itu resmi berasal dari Satgas COVID-19.

Namun, benarkah Satgas Penanganan COVID-19 membuat dan menyebarkan infografik tentang delirium itu?
 
Infografik hoaks yang mencatut Satgas Penanganan COVID-19 tentanggg delirium sebagai gejala baru COVID-19. (Twitter)
Penjelasan

Dalam balasan pesan singkat kepada ANTARA di Jakarta, Kamis (10/12), Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito membantah informasi dalam infografik itu berasal dari pihaknya.

"Sedang dicari siapa yang membuat info itu. Bukan kami," kata Wiku.

Penelusuran ANTARA, kajian terkait delirium pada pasien COVID-19 itu salah satunya merujuk pada hasil penelitian yang dimuat di Perpustakaan Obat-obatan Institut Kesehatan Nasional AS.

Penelitian berjudul "Delirium pada COVID-19: Korelasi epidemologi dan klinis pada sekelompok besar pasien yang dirawat di rumah sakit akademis" menyatakan delirium menjadi komplikasi umum rawat inap pada pasien-pasien dengan dugaan pneumonia COVID-19 yang dirawat di rumah sakit saat puncak pandemi.

Komplikasi itu terkait usia pasien yang lebih tua, komobid neurologis, serta kandungan urea dalam darah dan dehidrogenase laktat yang tinggi.

Dalam situsnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan delirium merupakan salah satu gejala komplikasi neurologis yang jarang terjadi tapi menyebabkan sakit parah.

Selain delirium, komplikasi neurologis lain adalah stroke, radang otak, dan kerusakan saraf.

Dalam penjelasan lain, WHO menyatakan COVID-19 dapat menyebabkan komplikasi penyakit mental dan neurologis.

"Orang dengan gangguan mental, neurologis, atau penyalahgunaan zat juga lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2. Mereka mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk sakit yang lebih parah, bahkan kematian," kata WHO.

Klaim: Satgas sebut delirium merupakan gejala baru COVID-19
Rating: Salah/disinformasi

Baca juga: Benarkah sakit mata jadi gejala baru COVID-19?

Baca juga: Ini perbedaan gejala demam dengue dengan COVID-19

Baca juga: Kelelahan terus menerus jadi gejala COVID-19?

Pewarta : Tim JACX
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Berikut gejala lupus yang harus diketahui

12 December 2024 13:51 Wib

Tanda-tanda diabetes melitus pada anak dan cara penanganan

10 December 2024 9:36 Wib

Kesibukan bisa bantu kurangi keparahan gejala ADHD pada remaja

17 November 2024 23:27 Wib

Awas! Gejala kanker payudara seringkali tidak terasa pada wanita

13 October 2024 11:47 Wib

Ini gejala kanker paru yang perlu diwaspadai dan perlu deteksi dini

14 August 2024 16:44 Wib
Terpopuler

APBN 2025 terbanyak di Pusat, Teras Narang sebut kepala daerah dituntut inovatif

Kabar Daerah - 14 December 2024 18:23 Wib

Disarpustaka Kapuas sambut siswa SD Islam Azza dalam kegiatan literasi

Kabar Daerah - 17 December 2024 10:52 Wib

Waket DPRD Bartim jadi dewan pakar Pemuda Katolik Pusat

Kabar Daerah - 17 jam lalu

DPUPR Perkim: Proyek peningkatan jalan lingkar timur berlanjut 2025

Kabar Daerah - 15 December 2024 6:52 Wib

DPRD Palangka Raya sepakat bahas raperda Penyelenggaraan Ketenagakerjaan

Kabar Daerah - 17 December 2024 11:56 Wib