Jakarta (ANTARA) - Perusahaan layanan transportasi dan wisata Traveloka menemukan indikasi pengubahan jadwal (reschedule) dan pembatalan (cancellation) perjalanan untuk libur akhir tahun 2020 ini, menyusul adanya persyaratan ketat untuk keluar-masuk daerah seperti Bali dan Jakarta.
"Indikasi pembatalan dan reschedule ada, dan kami sudah antisipasi bahwa akan ada pembatalan dan rescheduling. Kami tidak melihat ini akan jadi isu yang besar seperti beberapa bulan lalu (ketika awal pandemi)," kata Head of Corpcomm Traveloka, Reza Amirul Juniarshah melalui diskusi virtual, Kamis.
Lebih lanjut, Reza mengatakan bahwa pihaknya menilai kebijakan pemerintah adalah baik, karena bertujuan untuk mengurangi dan menekan penyebaran virus corona.
"Menyangkut Bali, kami melihat bahwa pemerintah melalui kebijakan ini baik untuk mengurangi tingkat penyebaran virus," kata Reza.
"Syarat yang diberikan pemerintah solusinya sudah ada. Kami melihatnya optimis, di satu sisi ini kebijakan bagus untuk mengurangi penyebaran, tapi kami juga melihat kalau pengguna jauh lebih mawas diri dan mereka ingin berpergian dengan aman," ujarnya menambahkan.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Menurut data yang dibagikan Reza, pengguna di Traveloka kini memprioritaskan tiga hal sebelum akhirnya memilih untuk melancong.
Pertama adalah soal penerapan protokol kesehatan, promosi harga, dan fleksibilitas pemesanan. Ia menambahkan, Traveloka juga meluncurkan kampanye "Traveloka Clean Partners" yang merupakan salah satu dukungan untuk protokol kesehatan dari pemerintah.
Selain itu, Reza mengatakan bahwa minat (demand) pengguna untuk melakukan tes cepat (rapid test) dan tes usap (swab test) kian meningkat di platform-nya.
"Traveloka menyediakan fitur rapid dan swab test. Sejauh ini sudah 150 ribu booking di Traveloka. Ini membuat kami cukup optimistis ke pengguna. Kami melihat bahwa kesadaran dan kewaspadaan itu sudah baik dari para pengguna kami," ujar Reza.
Ketika ditanya mengenai tren perjalanan di tahun 2020, Reza mengungkapkan bahwa "staycation" dan "road trip" menjadi pilihan melancong beberapa waktu belakangan.
"Ada beberapa kerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dari pemerintah memang mendorong staycation dan road trip sebagai cara mengurangi dan membatasi kerumunan," kata Reza.
"Trennya tinggi di staycation dan road trip. Untuk staycation kebanyakan di Jakarta dan Surabaya. Sementara untuk road trip banyak yang menuju ke Yogyakarta dan Bandung," pungkasnya.
"Indikasi pembatalan dan reschedule ada, dan kami sudah antisipasi bahwa akan ada pembatalan dan rescheduling. Kami tidak melihat ini akan jadi isu yang besar seperti beberapa bulan lalu (ketika awal pandemi)," kata Head of Corpcomm Traveloka, Reza Amirul Juniarshah melalui diskusi virtual, Kamis.
Lebih lanjut, Reza mengatakan bahwa pihaknya menilai kebijakan pemerintah adalah baik, karena bertujuan untuk mengurangi dan menekan penyebaran virus corona.
"Menyangkut Bali, kami melihat bahwa pemerintah melalui kebijakan ini baik untuk mengurangi tingkat penyebaran virus," kata Reza.
"Syarat yang diberikan pemerintah solusinya sudah ada. Kami melihatnya optimis, di satu sisi ini kebijakan bagus untuk mengurangi penyebaran, tapi kami juga melihat kalau pengguna jauh lebih mawas diri dan mereka ingin berpergian dengan aman," ujarnya menambahkan.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Menurut data yang dibagikan Reza, pengguna di Traveloka kini memprioritaskan tiga hal sebelum akhirnya memilih untuk melancong.
Pertama adalah soal penerapan protokol kesehatan, promosi harga, dan fleksibilitas pemesanan. Ia menambahkan, Traveloka juga meluncurkan kampanye "Traveloka Clean Partners" yang merupakan salah satu dukungan untuk protokol kesehatan dari pemerintah.
Selain itu, Reza mengatakan bahwa minat (demand) pengguna untuk melakukan tes cepat (rapid test) dan tes usap (swab test) kian meningkat di platform-nya.
"Traveloka menyediakan fitur rapid dan swab test. Sejauh ini sudah 150 ribu booking di Traveloka. Ini membuat kami cukup optimistis ke pengguna. Kami melihat bahwa kesadaran dan kewaspadaan itu sudah baik dari para pengguna kami," ujar Reza.
Ketika ditanya mengenai tren perjalanan di tahun 2020, Reza mengungkapkan bahwa "staycation" dan "road trip" menjadi pilihan melancong beberapa waktu belakangan.
"Ada beberapa kerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dari pemerintah memang mendorong staycation dan road trip sebagai cara mengurangi dan membatasi kerumunan," kata Reza.
"Trennya tinggi di staycation dan road trip. Untuk staycation kebanyakan di Jakarta dan Surabaya. Sementara untuk road trip banyak yang menuju ke Yogyakarta dan Bandung," pungkasnya.