Washington (ANTARA) - Kamala Harris membuat sejarah pada Rabu, ketika ia dilantik sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), mendampingi Presiden ke-46 AS Joe Biden.
Harris menjadi perempuan pertama, orang kulit hitam pertama Amerika dan orang Amerika pertama keturunan Asia yang memegang jabatan tertinggi kedua di AS.
Ke depan, Harris, 56 tahun, dipandang sebagai pesaing untuk pencalonan presiden Partai Demokrat 2024 jika Biden, 78 tahun, memutuskan untuk tidak mengejar masa jabatan kedua.
Harris menjabat sebagai senator AS dari California selama empat tahun terakhir.
Ia telah mendobrak banyak tradisi, dengan menjabat sebagai perempuan pertama sebagai jaksa wilayah di San Francisco serta perempuan kulit berwarna pertama yang terpilih sebagai Jaksa Agung California.
Harris telah mengundurkan diri dari keanggotaan di Senat, namun ia masih akan memainkan peran penting di majelis tersebut.
Di AS, wakil presiden menjabat sebagai ketua Senat--memiliki andil pada setiap pemungutan suara di majelis beranggotakan 100 orang itu.
Dengan jumlah yang merata antara anggota dari Demokrat dan Republik, Harris membuat partainya--Demokrat--mendapatkan kendali di Senat.
Dengan latar belakang yang dimilikinya dalam peradilan pidana, Harris dapat membantu Pemerintahan Biden menangani masalah kesetaraan dan penegakan hukum rasial, setelah negara itu dilanda gelombang protes tahun lalu.
Harris adalah putri pasangan imigran. Ibunya berasal dari India dan ayahnya dari Jamaika.
Harris sebelumnya mengincar posisi sebagai perempuan pertama yang menjadi presiden AS ketika ia bersaing dengan Biden dan kandidat-kandidat lainnya di Partai Demokrat pada 2020.
Dalam proses pencalonan itu, Harris keluar dari persaingan terkait pandangannya yang goyah tentang perawatan kesehatan dan keraguan menyangkut masa lalunya sebagai jaksa.
Biden tidak terpaku pada pernyataan-pernyataan keras yang dilancarkan padanya oleh Harris, dan justru akhirnya pada Agustus lalu memilih Harris sebagai pasangannya.
Harris telah terbukti menjadi tangan kanannya yang berharga dan bersinar. Ia merupakan sosok menarik terutama bagi pemilih dari kalangan perempuan, liberal dan warga kulit berwarna.
Harris mengembangkan jaringan penggalangan dana yang mendalam. Ia berperan penting dalam mengumpulkan dana dengan jumlah mencapai rekor pada bulan-bulan terakhir kampanye Biden melawan petahana dari Partai Republik, Donald Trump.
Kalangan pemilih Demokrat serta penyumbang partai itu senang bahwa ia dipilih sebagai Wakil Presiden untuk mendampingi Presiden AS ke-46 Joe Biden, demikian Reuters.
Harris menjadi perempuan pertama, orang kulit hitam pertama Amerika dan orang Amerika pertama keturunan Asia yang memegang jabatan tertinggi kedua di AS.
Ke depan, Harris, 56 tahun, dipandang sebagai pesaing untuk pencalonan presiden Partai Demokrat 2024 jika Biden, 78 tahun, memutuskan untuk tidak mengejar masa jabatan kedua.
Harris menjabat sebagai senator AS dari California selama empat tahun terakhir.
Ia telah mendobrak banyak tradisi, dengan menjabat sebagai perempuan pertama sebagai jaksa wilayah di San Francisco serta perempuan kulit berwarna pertama yang terpilih sebagai Jaksa Agung California.
Harris telah mengundurkan diri dari keanggotaan di Senat, namun ia masih akan memainkan peran penting di majelis tersebut.
Di AS, wakil presiden menjabat sebagai ketua Senat--memiliki andil pada setiap pemungutan suara di majelis beranggotakan 100 orang itu.
Dengan jumlah yang merata antara anggota dari Demokrat dan Republik, Harris membuat partainya--Demokrat--mendapatkan kendali di Senat.
Dengan latar belakang yang dimilikinya dalam peradilan pidana, Harris dapat membantu Pemerintahan Biden menangani masalah kesetaraan dan penegakan hukum rasial, setelah negara itu dilanda gelombang protes tahun lalu.
Harris adalah putri pasangan imigran. Ibunya berasal dari India dan ayahnya dari Jamaika.
Harris sebelumnya mengincar posisi sebagai perempuan pertama yang menjadi presiden AS ketika ia bersaing dengan Biden dan kandidat-kandidat lainnya di Partai Demokrat pada 2020.
Dalam proses pencalonan itu, Harris keluar dari persaingan terkait pandangannya yang goyah tentang perawatan kesehatan dan keraguan menyangkut masa lalunya sebagai jaksa.
Biden tidak terpaku pada pernyataan-pernyataan keras yang dilancarkan padanya oleh Harris, dan justru akhirnya pada Agustus lalu memilih Harris sebagai pasangannya.
Harris telah terbukti menjadi tangan kanannya yang berharga dan bersinar. Ia merupakan sosok menarik terutama bagi pemilih dari kalangan perempuan, liberal dan warga kulit berwarna.
Harris mengembangkan jaringan penggalangan dana yang mendalam. Ia berperan penting dalam mengumpulkan dana dengan jumlah mencapai rekor pada bulan-bulan terakhir kampanye Biden melawan petahana dari Partai Republik, Donald Trump.
Kalangan pemilih Demokrat serta penyumbang partai itu senang bahwa ia dipilih sebagai Wakil Presiden untuk mendampingi Presiden AS ke-46 Joe Biden, demikian Reuters.