Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah mencatat nilai tukar petani gabungan dari lima subsektor di provinsi ini pada Januari 2021 sebesar 109,43, mengalami kenaikan 1,33 persen dibandingkan Desember 2020 yang berkisar 107,99 poin.
Terjadinya peningkatan NTP gabungan di provinsi ini karena didorong oleh meningkatnya nilai tukar di semua subsektor, kata Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, kemarin.
"Di mana subsektor hortikultura naik sekitar 2,19 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,54 persen, tanaman pangan 1,03 persen, perikanan 0,73 persen dan peternakan 0,55 persen," beber dia.
Meski NTP gabungan dari lima subsektor pertanian di Kalteng selama Januari 2021 alami kenaikan, namun tetap lebih rendah 1,41 poin dibandingkan nilai tukar usaha rumah
tangga pertanian (NTUP) pada periode yang sama.
Eko mengatakan selisih antara NTP dan NTUP tersebut, mencerminkan tingkat reduksi terhadap nilai tukar, sebagai dampak dari naiknya tingkat harga kebutuhan konsumsi rumah tangga petani produsen, termasuk peternak dan nelayan.
Dibanding Desember 2020, terjadi peningkatan NTP sebesar 1,33 persen. Peningkatan ini akibat kenaikan indeks harga yang diterima petani 1,46 persen, yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani 0,14 persen.
"Meningkatnya NTP secara keseluruhan juga dipengaruhi meningkatnya nilai tukar semua subsektor, yakni subsektor hortikultura 2,19 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,54 persen, tanaman pangan 1,03 persen, perikanan 0,73 persen dan peternakan 0,55 persen," ucapnya.
Baca juga: Cabai dan rokok kretek filter jadi penyumbang inflasi di Kalteng
Kepala BPS Kalteng itu mengatakan selama Januari 2021, terjadi peningkatan indeks harga yang diterima petani maupun indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani mencapai 117,28, lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 107,18.
"Selama periode tersebut, indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 1,46 persen dan indeks harga yang dibayar petani juga mengalami peningkatan sebesar 0,14 persen," kata Eko.
Peningkatan indeks harga yang diterima petani dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang diterima pada semua subsektor, yaitu hortikultura (2,35 persen), tanaman perkebunan rakyat (1,70 persen), tanaman pangan (1,15 persen), perikanan (0,87 persen) dan peternakan (0,58 persen).
Baca juga: Penduduk Kalteng bertambah 0,46 juta jiwa per September 2020
Baca juga: BPS catat NTP Gabungan Kalteng selama Desember 2020 naik 2,03 persen
Terjadinya peningkatan NTP gabungan di provinsi ini karena didorong oleh meningkatnya nilai tukar di semua subsektor, kata Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, kemarin.
"Di mana subsektor hortikultura naik sekitar 2,19 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,54 persen, tanaman pangan 1,03 persen, perikanan 0,73 persen dan peternakan 0,55 persen," beber dia.
Meski NTP gabungan dari lima subsektor pertanian di Kalteng selama Januari 2021 alami kenaikan, namun tetap lebih rendah 1,41 poin dibandingkan nilai tukar usaha rumah
tangga pertanian (NTUP) pada periode yang sama.
Eko mengatakan selisih antara NTP dan NTUP tersebut, mencerminkan tingkat reduksi terhadap nilai tukar, sebagai dampak dari naiknya tingkat harga kebutuhan konsumsi rumah tangga petani produsen, termasuk peternak dan nelayan.
Dibanding Desember 2020, terjadi peningkatan NTP sebesar 1,33 persen. Peningkatan ini akibat kenaikan indeks harga yang diterima petani 1,46 persen, yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani 0,14 persen.
"Meningkatnya NTP secara keseluruhan juga dipengaruhi meningkatnya nilai tukar semua subsektor, yakni subsektor hortikultura 2,19 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,54 persen, tanaman pangan 1,03 persen, perikanan 0,73 persen dan peternakan 0,55 persen," ucapnya.
Baca juga: Cabai dan rokok kretek filter jadi penyumbang inflasi di Kalteng
Kepala BPS Kalteng itu mengatakan selama Januari 2021, terjadi peningkatan indeks harga yang diterima petani maupun indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani mencapai 117,28, lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 107,18.
"Selama periode tersebut, indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 1,46 persen dan indeks harga yang dibayar petani juga mengalami peningkatan sebesar 0,14 persen," kata Eko.
Peningkatan indeks harga yang diterima petani dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang diterima pada semua subsektor, yaitu hortikultura (2,35 persen), tanaman perkebunan rakyat (1,70 persen), tanaman pangan (1,15 persen), perikanan (0,87 persen) dan peternakan (0,58 persen).
Baca juga: Penduduk Kalteng bertambah 0,46 juta jiwa per September 2020
Baca juga: BPS catat NTP Gabungan Kalteng selama Desember 2020 naik 2,03 persen