Kiev (ANTARA) - Pengadilan Belarusia, psfs Kamis (18/2), menjatuhkan hukuman penjara selama dua tahun kepada dua orang jurnalis atas dakwaan mendalangi aksi protes terhadap Presiden Alexander Lukashenko.

Keduanya, yakni Katsiaryna Andreyeva (27) dan Darya Chultsova (23), ditangkap pada November 2020 di sebuah apartemen yang mereka gunakan sebagai titik strategis untuk meliput demonstrasi, tentang kematian seorang peserta aksi beberapa hari sebelumnya.

Kedua jurnalis perempuan tersebut, yang bekerja untuk Belsat--kanal televisi satelit berbasis di Warsawa Polandia, mengatakan diri mereka tidak bersalah.

Mereka terlihat dalam sidang pada Kamis, bersama-sama menunjukkan simbol jari V--sebagai simbol kemenangan (victory). Pengacara mereka menyebut akan mengajukan banding.

Menteri Informasi Belarusia Igor Lutsky, ketika ditanya mengenai putusan itu, mengatakan bahwa pengadilan tidak akan memutuskan sesuatu kecuali telah sesuai peradilan.

Lebih dari 33.000 orang telah ditahan terkait dengan aksi protes massa terhadap Presiden Lukashenko, menyusul pemilihan umum pada Agustus tahun lalu yang disebut oleh oposisi sebagai kecurangan. Lukashenko telah menjabat sejak 1994.

Menanggapi situasi tersebut, Amerika Serikat (AS), pada hari yang sama, mengumumkan pembatasan visa bagi 43 orang Belarusia, termasuk pejabat penegak hukum yang dituding menangkapi pada peserta aksi protes damai dan juga para hakim serta jaksa yang diduga terlibat dalam memutuskan hukuman bagi pendemo dan jurnalis.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa AS terganggu dengan penyikapan disertai kekerasan yang dilakukan oleh pemerintahan Lukashenko terhadap para peserta aksi protes, aktivis, dan jurnalis.

"Kami bersama dengan rakyat Belarusia yang berani, serta mendukung hak mereka dan pemilu yang adil," kata Blinken dalam sebuah pernyataan.

Tokoh oposisi Belarusia yang berada di pengasingan, Sviatlana Tsikhanuskaya, memuji semangat kedua jurnalis dengan menuliskannya dalam sebuah cuitan di Twitter.

"Lihatlah Darya dan Katsiaryna: kuat, tersenyum, dan mengucapkan perpisahan kepada orang yang mereka cintai dari dalam jeruji. Lukashenko tidak dapat menghancurkan kita," kata Tsikhanouskaya.

Sementara itu, Lithuania, negara tetangga Belarusia yang juga tempat Tsikhanouskaya berlindung, mendesak agar Pemerintah Belarusia mengakhiri "represi terus-menerus". Dan Polandia menyebutnya akan memunculkan "konsekuensi yang amat serius."

Sedangkan juru bicara urusan luar negeri Uni Eropa, Peter Stano, mengutuk "perlakukan memalukan terhadap media" tersebut.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Suwanti

Pewarta : -
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024