Syaiful Hakim (ANTARA) - Jakarta - TNI Angkatan Udara akan membeli pesawat tempur canggih generasi 4.5, diantaranya Dassault Rafale buatan Perancis dan F-15 Ex buatan Amerika Serikat untuk rencana strategis hingga 2024.
Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Fadjar Prasetyo dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat, mengatakan, TNI AU juga akan membeli pesawat berupa multi role tanker transport dan pesawat angkut Hercules jenis C-130 J.
Selain itu, terdapat Radar GCI3, pesawat berkemampuan airborne early warning, UCAV berkemampuan MALE dan berbagai alutsista lainnya.
"Dari berbagai upaya tersebut, kini telah mulai menampakkan titik terang. Mulai tahun ini hingga 2024, kita akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap," kata Fadjar dalam Rapim TNI AU yang digelar di Mabes TNI AU, Jakarta, Kamis (18/2).
Fadjar mengatakan rencana pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan baik dari kondisi global maupun kapasitas negara.
"Meski memiliki pedoman postur, renstra, dan minimum essential force, namun implementasinya sangat bergantung pada berbagai faktor dan kondisi yang terus berubah secara dinamis," kata Fadjar.
Menurutnya, seluruh pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Pertahanan dan TNI AU, telah menganalisis dan membahas rencana penyelesaian masalah pengadaan alutsista tersebut.
"Kita juga akan melaksanakan modernisasi berbagai pesawat tempur TNI AU, yang pelaksanaannya akan dimulai pada tahun ini," kata Fadjar.
Dia menambahkan, proses pengadaan alutsista modern bertujuan untuk memperkuat kekuatan TNI di udara menjaga kedaulatan negara.
Selain itu, pengadaan alutsista juga memiliki kontribusi upaya diplomasi pertahanan dengan negara lain yang bernilai strategis terhadap konstelasi politik global.
"Esensi terpenting dari penambahan alutsista bukanlah pada penambahan jumlah platform-nya. Namun, yang jauh lebih esensial adalah pada peningkatan kemampuan secara signifikan yang dapat kita berdayagunakan dalam menjaga kedaulatan negara di udara," kata Fadjar.
Selain itu, melalui pembinaan kemampuan personel serta pemeliharaan dan perawatan alutsista, agar terus berada pada level tertinggi.
"Kita harus memastikan kesiapan personel dan satuan dalam mengoperasikan dan memelihara berbagai alutsista matra udara, serta
melaksanakan berbagai tugas TNI Angkatan Udara secara profesional dan dengan penuh rasa tanggung jawab," demikian Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.
Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Fadjar Prasetyo dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat, mengatakan, TNI AU juga akan membeli pesawat berupa multi role tanker transport dan pesawat angkut Hercules jenis C-130 J.
Selain itu, terdapat Radar GCI3, pesawat berkemampuan airborne early warning, UCAV berkemampuan MALE dan berbagai alutsista lainnya.
"Dari berbagai upaya tersebut, kini telah mulai menampakkan titik terang. Mulai tahun ini hingga 2024, kita akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap," kata Fadjar dalam Rapim TNI AU yang digelar di Mabes TNI AU, Jakarta, Kamis (18/2).
Fadjar mengatakan rencana pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan baik dari kondisi global maupun kapasitas negara.
"Meski memiliki pedoman postur, renstra, dan minimum essential force, namun implementasinya sangat bergantung pada berbagai faktor dan kondisi yang terus berubah secara dinamis," kata Fadjar.
Menurutnya, seluruh pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Pertahanan dan TNI AU, telah menganalisis dan membahas rencana penyelesaian masalah pengadaan alutsista tersebut.
"Kita juga akan melaksanakan modernisasi berbagai pesawat tempur TNI AU, yang pelaksanaannya akan dimulai pada tahun ini," kata Fadjar.
Dia menambahkan, proses pengadaan alutsista modern bertujuan untuk memperkuat kekuatan TNI di udara menjaga kedaulatan negara.
Selain itu, pengadaan alutsista juga memiliki kontribusi upaya diplomasi pertahanan dengan negara lain yang bernilai strategis terhadap konstelasi politik global.
"Esensi terpenting dari penambahan alutsista bukanlah pada penambahan jumlah platform-nya. Namun, yang jauh lebih esensial adalah pada peningkatan kemampuan secara signifikan yang dapat kita berdayagunakan dalam menjaga kedaulatan negara di udara," kata Fadjar.
Selain itu, melalui pembinaan kemampuan personel serta pemeliharaan dan perawatan alutsista, agar terus berada pada level tertinggi.
"Kita harus memastikan kesiapan personel dan satuan dalam mengoperasikan dan memelihara berbagai alutsista matra udara, serta
melaksanakan berbagai tugas TNI Angkatan Udara secara profesional dan dengan penuh rasa tanggung jawab," demikian Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.