Jakarta (ANTARA) - Dokter kandungan Ardiansjah Dara Sjahruddin SpOG mengatakan bahwa usia ibu hamil bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan kromosom atau pun genetik pada janin.
Menurut dokter dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) ini, semakin tua usia ibu saat mengalami kehamilan, maka semakin besar juga kemungkinan kehamilannya tidak optimal, salah satunya berpotensi mengalami kelainan kromosom.
"Kita tahu era sekarang banyak wanita yang akhirnya menunda kehamilan meski sudah menikah karena aturan perusahaan. Nah akhirnya pas mau program hamil untuk punya anak sering kali mereka berada di usia yang sudah kurang optimal khususnya di atas usia 35 tahun, kehamilan di usia itu berisiko lebih tinggi mengalami kelainan pada janinnya, salah satunya kelainan kromosom," kata pria yang juga anggota dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam webinar daring "Mengenal anak Down Syndrome Lebih Dekat", Sabtu.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 belum dianjurkan untuk ibu hamil
Ia mencontohkan untuk kasus anak yang lahir dengan kelainan kromosom trisomi 21 atau Down Syndrome memiliki peluang yang cukup tinggi untuk ibu yang hamil di usia 35 tahun dibandingkan dengan ibu yang hamil di usia 20 tahun.
Sebagai gambaran trisomi 21 adalah kondisi kelainan kromosom pada seseorang yang memiliki 47 kromosom karena adanya satu kromosom tambahan di kromosom nomor 21, kondisi yang membedakan dengan kelahiran normal adalah jumlah kromosom yang harusnya 46.
Bagi bayi yang lahir dengan trisomi 21 dapat mengalami perubahan pada muka dan juga fungsi otot yang lebih lemas.
"Kelainan kromosom ini memiliki peluang lebih tinggi pada ibu yang hamil di usia 35 ke atas. Sebagai gambaran untuk yang hamil di usia optimal perbandingan trisomi 21 dapat terjadi 1:1500. Sementara untuk yang hamil di usia optimal kemungkinan terjadinya janin mengalami trisomi 21 meningkat menjadi 1:300," ujar dokter Dara.
Baca juga: Amankah vaksin COVID-19 untuk ibu hamil dan menyusui?
Berkaca dari hal itu, dokter Ardiansjah menyarankan bagi ibu yang merencanakan kehamilan di atas usia 35 tahun lebih baik mulai menjaga pola hidup.
Pola hidup sehat sangat dianjurkan terutama dari segi asupan gizi untuk menekan potensi kelainan- kelainan yang terjadi pada janin.
"Asupan gizi harus yang sehat, konsumsi asam folat yang banyak. Jangan lupa juga untuk periksakan diri ke dokter kandungan agar tetap terpantau," katanya.
Ia juga berpesan, jika nantinya ditemukan kondisi janin mengalami kelainan seperti kelainan kromosom trisonomi 21 maka ibu yang hamil dan calon orang tua tidak boleh berkecil hati.
Baca juga: Berikut faktor keungkinan kehamilan kembar
Meski terjadi kelainan, anak- anak yang lahir dengan kasus down syndrome dapat tetap tumbuh dengan dukungan terapi dan stimulasi yang diberikan orang tua serta lingkungan.
"Mereka ini angka kehidupannya tinggi jika dibandingkan dengan janin hang mengalami kelainan trisomi lainnya. Mereka tetap dapat lahir dan bisa hidup dengan normal seperti anak pada umumnya namun dengan catatan perlu adanya latihan-latihan sehingga mereka tetap dapat beraktivitas secara normal," ujar dokter Ardiansjah.
Terakhir ia berpesan dukungan dari lingkungan dan komunitas yang menguatkan dapat membantu sang ibu untuk tetap semangat menjaga tumbuh dan kembang anak yang mengalami kelainan kromosom.
Baca juga: Kiat merawat kulit selama hamil dan usai melahirkan
Baca juga: Adidas hadirkan busana olahraga untuk ibu hamil
Baca juga: Ibu hamil disarankan diet rendah garam untuk cegah pre-eklampsia
Menurut dokter dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) ini, semakin tua usia ibu saat mengalami kehamilan, maka semakin besar juga kemungkinan kehamilannya tidak optimal, salah satunya berpotensi mengalami kelainan kromosom.
"Kita tahu era sekarang banyak wanita yang akhirnya menunda kehamilan meski sudah menikah karena aturan perusahaan. Nah akhirnya pas mau program hamil untuk punya anak sering kali mereka berada di usia yang sudah kurang optimal khususnya di atas usia 35 tahun, kehamilan di usia itu berisiko lebih tinggi mengalami kelainan pada janinnya, salah satunya kelainan kromosom," kata pria yang juga anggota dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam webinar daring "Mengenal anak Down Syndrome Lebih Dekat", Sabtu.
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 belum dianjurkan untuk ibu hamil
Ia mencontohkan untuk kasus anak yang lahir dengan kelainan kromosom trisomi 21 atau Down Syndrome memiliki peluang yang cukup tinggi untuk ibu yang hamil di usia 35 tahun dibandingkan dengan ibu yang hamil di usia 20 tahun.
Sebagai gambaran trisomi 21 adalah kondisi kelainan kromosom pada seseorang yang memiliki 47 kromosom karena adanya satu kromosom tambahan di kromosom nomor 21, kondisi yang membedakan dengan kelahiran normal adalah jumlah kromosom yang harusnya 46.
Bagi bayi yang lahir dengan trisomi 21 dapat mengalami perubahan pada muka dan juga fungsi otot yang lebih lemas.
"Kelainan kromosom ini memiliki peluang lebih tinggi pada ibu yang hamil di usia 35 ke atas. Sebagai gambaran untuk yang hamil di usia optimal perbandingan trisomi 21 dapat terjadi 1:1500. Sementara untuk yang hamil di usia optimal kemungkinan terjadinya janin mengalami trisomi 21 meningkat menjadi 1:300," ujar dokter Dara.
Baca juga: Amankah vaksin COVID-19 untuk ibu hamil dan menyusui?
Berkaca dari hal itu, dokter Ardiansjah menyarankan bagi ibu yang merencanakan kehamilan di atas usia 35 tahun lebih baik mulai menjaga pola hidup.
Pola hidup sehat sangat dianjurkan terutama dari segi asupan gizi untuk menekan potensi kelainan- kelainan yang terjadi pada janin.
"Asupan gizi harus yang sehat, konsumsi asam folat yang banyak. Jangan lupa juga untuk periksakan diri ke dokter kandungan agar tetap terpantau," katanya.
Ia juga berpesan, jika nantinya ditemukan kondisi janin mengalami kelainan seperti kelainan kromosom trisonomi 21 maka ibu yang hamil dan calon orang tua tidak boleh berkecil hati.
Baca juga: Berikut faktor keungkinan kehamilan kembar
Meski terjadi kelainan, anak- anak yang lahir dengan kasus down syndrome dapat tetap tumbuh dengan dukungan terapi dan stimulasi yang diberikan orang tua serta lingkungan.
"Mereka ini angka kehidupannya tinggi jika dibandingkan dengan janin hang mengalami kelainan trisomi lainnya. Mereka tetap dapat lahir dan bisa hidup dengan normal seperti anak pada umumnya namun dengan catatan perlu adanya latihan-latihan sehingga mereka tetap dapat beraktivitas secara normal," ujar dokter Ardiansjah.
Terakhir ia berpesan dukungan dari lingkungan dan komunitas yang menguatkan dapat membantu sang ibu untuk tetap semangat menjaga tumbuh dan kembang anak yang mengalami kelainan kromosom.
Baca juga: Kiat merawat kulit selama hamil dan usai melahirkan
Baca juga: Adidas hadirkan busana olahraga untuk ibu hamil
Baca juga: Ibu hamil disarankan diet rendah garam untuk cegah pre-eklampsia