Pulang Pisau (ANTARA) - Kepala Desa Desa Mekar Jaya Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau Mulyo Adi Sutrisno mengungkapkan melalui program Badan Restorsi Gambut (BRG) kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalimantan Tengah, desanya mempelopori pengembangan budidaya belut agar bisa menjadi nilai tambah ekonomi bagi masayarakat di desa setempat.
“Progam budidaya belut dipilih dari beberapa program yang ditawarkan. Ada sebanyak 35 kolam bioflok yang dikelola oleh Kelompok Swakelola Masyarakat (KSM) Hapakat Mulyo,” kata Sutrisno di Pulang Pisau, Senin.
Dikatakan Sutrisno, panen perdana belut ini telah dilakukan pada Sabtu (5/6) lalu. Hasilnya diharapkan bisa memberikan peluang usaha baru bagi kelompok dan masyarakat di Desa Mekar Jaya.
Meski masih terdapat kendala dan kekurangan yang dihadapi, namun dirinya optimis budidaya belut ini nantinya bisa menjadi ciri khas atau "branded" bagi desa setempat, selain tanaman lidah buaya yang juga sebelumnya dikembangkan.
Sutrisno mengakui sumber daya manusia (SDM) untuk pengembangan budidaya belut ini masih sangat terbatas. Pendampingan yang diberikan oleh instansi terkait masih di rasa masih sangat kurang. Ia berharap pendampingan kepada kelompok diberikan mulai dari pembibitan hingga panen belut.
“Untuk pemasaran, pemerintah desa setempat telah bekerjasama dengan penampung hasil panen yang ada di Kalimantan Selatan,” terang Sutrisno.
Menurut Sutrisno, pengembangan belut ini diharapkan bisa membantu pemulihan ekonomi bagi kelompok dan masyarakat di desa. Pemerintah desa setempat juga berusaha mengembangkan belut ini hingga menjadi sebuah produk olahan makanan ringan yang siap dipasarkan.
Untuk panen perdana, Sutrisno mengaku tidak ada target khusus, tetapi lebih menekankan kepada kelompok terus meningkatkan SDM dan menjadikan hasil panen lebih baik, karena dalam waktu tiga bulan, belum sudah siap untuk dipanen.
Ketua KSM Hapakat Mulyo Desa Mekar Jaya Sajak Sutrisno juga mengakui bahwa baru pertama kali menggeluti budidaya belut ini, sehingga masih banyak kendala yang dihadapi di lapangan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah air.
Baca juga: Napi kabur dari lapas Palangka Raya ditangkap di Pulang Pisau
“Kualitas air di desa setempat memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi sehingga perlu penyesuaian. Awalnya ada juga belut yang mati saat mencoba mengganti dengan air yang baru,” kata Sajak.
Sajak tetap optimis dan terus mengelola budidaya belut secara berkelanjutan. Untuk bibit belut, sebelumnya diperoleh dari Kalimantan Selatan sebanyak 160 kilogram untuk disebar di 35 kolam bioflok.
Anggota kelompok, kata dia, akan terus berusaha belajar bagaimana cara menghasilkan bibit hingga memelihara belut untuk memperoleh hasil panen yang maksimal.
Menurut Sajak, untuk makanan belut tidak menjadi masalah, bahan makanan tersedia di desa setempat. Hanya saja masalah air yang sangat mempengaruhi berkembangnya pertumbuhan belut. Namun dengan perlahan dan terus belajar, semua kendala pasti bisa dilalui.
Dirinya berkomitmen tetap mengembangkan budidaya belut ini serta bisa menjadi contoh dan mendorong masyarakat setempat memiliki tambahan penghasilan.
Baca juga: Bupati Pulang Pisau ingatkan implementasi Pancasila dalam kehidupan
“Progam budidaya belut dipilih dari beberapa program yang ditawarkan. Ada sebanyak 35 kolam bioflok yang dikelola oleh Kelompok Swakelola Masyarakat (KSM) Hapakat Mulyo,” kata Sutrisno di Pulang Pisau, Senin.
Dikatakan Sutrisno, panen perdana belut ini telah dilakukan pada Sabtu (5/6) lalu. Hasilnya diharapkan bisa memberikan peluang usaha baru bagi kelompok dan masyarakat di Desa Mekar Jaya.
Meski masih terdapat kendala dan kekurangan yang dihadapi, namun dirinya optimis budidaya belut ini nantinya bisa menjadi ciri khas atau "branded" bagi desa setempat, selain tanaman lidah buaya yang juga sebelumnya dikembangkan.
Sutrisno mengakui sumber daya manusia (SDM) untuk pengembangan budidaya belut ini masih sangat terbatas. Pendampingan yang diberikan oleh instansi terkait masih di rasa masih sangat kurang. Ia berharap pendampingan kepada kelompok diberikan mulai dari pembibitan hingga panen belut.
“Untuk pemasaran, pemerintah desa setempat telah bekerjasama dengan penampung hasil panen yang ada di Kalimantan Selatan,” terang Sutrisno.
Menurut Sutrisno, pengembangan belut ini diharapkan bisa membantu pemulihan ekonomi bagi kelompok dan masyarakat di desa. Pemerintah desa setempat juga berusaha mengembangkan belut ini hingga menjadi sebuah produk olahan makanan ringan yang siap dipasarkan.
Untuk panen perdana, Sutrisno mengaku tidak ada target khusus, tetapi lebih menekankan kepada kelompok terus meningkatkan SDM dan menjadikan hasil panen lebih baik, karena dalam waktu tiga bulan, belum sudah siap untuk dipanen.
Ketua KSM Hapakat Mulyo Desa Mekar Jaya Sajak Sutrisno juga mengakui bahwa baru pertama kali menggeluti budidaya belut ini, sehingga masih banyak kendala yang dihadapi di lapangan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah air.
Baca juga: Napi kabur dari lapas Palangka Raya ditangkap di Pulang Pisau
“Kualitas air di desa setempat memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi sehingga perlu penyesuaian. Awalnya ada juga belut yang mati saat mencoba mengganti dengan air yang baru,” kata Sajak.
Sajak tetap optimis dan terus mengelola budidaya belut secara berkelanjutan. Untuk bibit belut, sebelumnya diperoleh dari Kalimantan Selatan sebanyak 160 kilogram untuk disebar di 35 kolam bioflok.
Anggota kelompok, kata dia, akan terus berusaha belajar bagaimana cara menghasilkan bibit hingga memelihara belut untuk memperoleh hasil panen yang maksimal.
Menurut Sajak, untuk makanan belut tidak menjadi masalah, bahan makanan tersedia di desa setempat. Hanya saja masalah air yang sangat mempengaruhi berkembangnya pertumbuhan belut. Namun dengan perlahan dan terus belajar, semua kendala pasti bisa dilalui.
Dirinya berkomitmen tetap mengembangkan budidaya belut ini serta bisa menjadi contoh dan mendorong masyarakat setempat memiliki tambahan penghasilan.
Baca juga: Bupati Pulang Pisau ingatkan implementasi Pancasila dalam kehidupan