Nanga Bulik (ANTARA) - Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan penyebaran COVID-19 di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah adalah melalui pendekatan kearifan lokal dalam bentuk ritual adat tolak bala.
Salah satu rangkaiannya adalah larangan Pantang Pamali atau tidak boleh melanggar aturan, yakni masyarakat di Lamandau tidak boleh beraktivitas apapun di luar rumah selama satu hari penuh, terhitung pukul 06.00-18.00 WIB pada Kamis (8/7).
"Setelah kemarin dilaksanakan ritual adat tulak bala, maka hari ini tidak ada yang boleh melanggar Pantang Pamali dengan beraktivitas di luar rumah," kata Bupati Lamandau Hendra Lesmana yang juga merupakan Ketua Dewan Adat Dayak kabupaten setempat.
Ia menjelaskan, hal ini disamping penghargaan serta toleransi antar umat beragama dan budaya di Lamandau, juga sebagai bentuk usaha dalam menekan laju penyebaran COVID-19.
Hendra terus memantau situasi yang berkembang dari waktu ke waktu dan ia pun mengapresiasi tingkat kepatuhan masyarakat yang dinilainya sangat kompak.
Pihaknya berharap jika pembatasan aktivitas masyarakat tidak hanya dilaksanakan saat berlakunya Pantang Pamali dari rangkaian tolak bala, tetapi juga menjadi kebiasaan dalam upaya mencegah penularan penyakit di masa pandemi saat ini.
Adapun Pantang Pamali ini nyatanya mendapat respon positif dari berbagai pihak di Lamandau dan masyarakat benar-benar mendukung dengan mengikuti aturan yang diberlakukan.
Salah satunya dapat dilihat dari suasana Ibu Kota Lamandau yakni Nanga Bulik. Tampak ruang publik sepi dan jalan-jalan protokol di wilayah setempat begitu lengang.
Salah satu warga setempat bernama Santoso mengaku tak keberatan mengikuti arahan tersebut, apalagi tujuannya untuk kebaikan bersama.
"Saya menghormati dan menaati ketentuan yang ada," ungkap Santoso yang merupakan warga RT 12 Nanga Bulik.
Dirinya meyakini jika upaya ini memiliki tujuan baik dan semata-mata demi kemaslahatan bersama, sebagai bagian dari upaya mencegah penyebaran COVID-19 beserta berbagai varian lainnya.
Sementara itu Putri Lestari seorang warga yang kesehariannya berusaha di sektor kuliner ini juga mengaku tak keberatan mengikuti imbauan untuk tidak beraktivitas.
"Yang berlaku inikan tujuannya untuk kebaikan semua, tentu harus kita patuhi, " ucapnya.
Salah satu rangkaiannya adalah larangan Pantang Pamali atau tidak boleh melanggar aturan, yakni masyarakat di Lamandau tidak boleh beraktivitas apapun di luar rumah selama satu hari penuh, terhitung pukul 06.00-18.00 WIB pada Kamis (8/7).
"Setelah kemarin dilaksanakan ritual adat tulak bala, maka hari ini tidak ada yang boleh melanggar Pantang Pamali dengan beraktivitas di luar rumah," kata Bupati Lamandau Hendra Lesmana yang juga merupakan Ketua Dewan Adat Dayak kabupaten setempat.
Ia menjelaskan, hal ini disamping penghargaan serta toleransi antar umat beragama dan budaya di Lamandau, juga sebagai bentuk usaha dalam menekan laju penyebaran COVID-19.
Hendra terus memantau situasi yang berkembang dari waktu ke waktu dan ia pun mengapresiasi tingkat kepatuhan masyarakat yang dinilainya sangat kompak.
Pihaknya berharap jika pembatasan aktivitas masyarakat tidak hanya dilaksanakan saat berlakunya Pantang Pamali dari rangkaian tolak bala, tetapi juga menjadi kebiasaan dalam upaya mencegah penularan penyakit di masa pandemi saat ini.
Adapun Pantang Pamali ini nyatanya mendapat respon positif dari berbagai pihak di Lamandau dan masyarakat benar-benar mendukung dengan mengikuti aturan yang diberlakukan.
Salah satunya dapat dilihat dari suasana Ibu Kota Lamandau yakni Nanga Bulik. Tampak ruang publik sepi dan jalan-jalan protokol di wilayah setempat begitu lengang.
Salah satu warga setempat bernama Santoso mengaku tak keberatan mengikuti arahan tersebut, apalagi tujuannya untuk kebaikan bersama.
"Saya menghormati dan menaati ketentuan yang ada," ungkap Santoso yang merupakan warga RT 12 Nanga Bulik.
Dirinya meyakini jika upaya ini memiliki tujuan baik dan semata-mata demi kemaslahatan bersama, sebagai bagian dari upaya mencegah penyebaran COVID-19 beserta berbagai varian lainnya.
Sementara itu Putri Lestari seorang warga yang kesehariannya berusaha di sektor kuliner ini juga mengaku tak keberatan mengikuti imbauan untuk tidak beraktivitas.
"Yang berlaku inikan tujuannya untuk kebaikan semua, tentu harus kita patuhi, " ucapnya.