Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi yang juga Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan meminta sekitar delapan persen dana desa bisa dialokasikan untuk membeli alat deteksi COVID-19.
Hal itu dilakukan untuk bisa menekan angka kematian akibat COVID-19 serta bisa mencegah kasus kematian saat isolasi mandiri.
"Juga di sini pemanfaatan dana desa delapan persen untuk pembelian barang-barang yang diperlukan untuk deteksi secara dini. Jangan sampai ada yang meninggal lagi di kediaman atau isolasi mandiri," ujar Menko Luhut dalam konferensi pers virtual Evaluasi dan Penerapan PPKM, Senin malam.
Baca juga: Beberapa daerah perlu perhatian lebih karena kematian tinggi, kata Luhut
Menko Luhut menjelaskan pemerintah melakukan berbagai intervensi menyusul tingginya angka kematian akibat COVID-19. Intervensi itu mulai dari pembentukan satgas untuk menjemput pasien dan membawanya ke isolasi terpusat (isoter), mendorong 3T (Testing, Tracing dan Treatment) secara masif hingga memastikan pasokan oksigen dan obat-obatan.
"Pemerintah juga sudah melihat pemenuhan kebutuhan oksigen dan obat sudah semakin baik. Saya ulangi, kebutuhan oksigen dan obat sudah semakin baik. Dan kami juga berkoordinasi dengan Kementerian Perekonomian yang menangani di luar Jawa yang saat ini kelihatan naik agar (kebutuhan) oksigen itu juga bersama-sama kita bisa atasi tekanannya (pemenuhannya)," kata Menko Luhut.
Khusus untuk sejumlah daerah dengan kasus yang masih tinggi, Menko Luhut mengatakan kapasitas rumah sakit juga terus ditingkatkan.
Baca juga: Kabar baik, kasus COVID-19 di DKI-Jateng-Jatim mulai turun
Pemerintah juga terus memobilisasi pasien COVID-19 yang tadinya melakukan isolasi mandiri untuk dibawa ke isolasi terpusat guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Terlebih, fasilitas di isolasi terpusat dilengkapi dokter, perawat, obat-obatan, oksigen dan konsumsi untuk pasien.
"Sudah kami siapkan 49.000, saya ulangi 49.000 tempat tidur di Pulau Jawa dan Bali sehingga kita ingin dengan testing, tracing, ini harus bisa kita isi sebanyak mungkin sehingga kita bisa pastikan memisahkan orang-orang yang kena COVID-19 dari keluarganya sehingga klaster keluarga itu bisa kita kurangi," ujar Menko Luhut.
Perawatan di isoter juga dinilai dapat mengurangi kasus kematian karena saturasi oksigen yang menurun. Ia menyebut banyak kasus kematian terjadi karena pasien baru dibawa ke rumah sakit setelah saturasi pasien turun dan memburuk sehingga terlambat mendapatkan penanganan.
"Isolasi-isolasi terpusat di level desa, kecamatan, kabupaten, kota atau di level provinsi sangat penting untuk pasien pasien berisiko tinggi ataupun yang di rumahnya ada ibu hamil, orang tua, orang komorbid," ujar Menko Luhut.
Baca juga: Luhut pastikan kebijakan penanganan Covid libatkan banyak pihak
Baca juga: Luhut Binsar perintahkan Polri tindak tegas pelaku yang naikkan harga obat
Hal itu dilakukan untuk bisa menekan angka kematian akibat COVID-19 serta bisa mencegah kasus kematian saat isolasi mandiri.
"Juga di sini pemanfaatan dana desa delapan persen untuk pembelian barang-barang yang diperlukan untuk deteksi secara dini. Jangan sampai ada yang meninggal lagi di kediaman atau isolasi mandiri," ujar Menko Luhut dalam konferensi pers virtual Evaluasi dan Penerapan PPKM, Senin malam.
Baca juga: Beberapa daerah perlu perhatian lebih karena kematian tinggi, kata Luhut
Menko Luhut menjelaskan pemerintah melakukan berbagai intervensi menyusul tingginya angka kematian akibat COVID-19. Intervensi itu mulai dari pembentukan satgas untuk menjemput pasien dan membawanya ke isolasi terpusat (isoter), mendorong 3T (Testing, Tracing dan Treatment) secara masif hingga memastikan pasokan oksigen dan obat-obatan.
"Pemerintah juga sudah melihat pemenuhan kebutuhan oksigen dan obat sudah semakin baik. Saya ulangi, kebutuhan oksigen dan obat sudah semakin baik. Dan kami juga berkoordinasi dengan Kementerian Perekonomian yang menangani di luar Jawa yang saat ini kelihatan naik agar (kebutuhan) oksigen itu juga bersama-sama kita bisa atasi tekanannya (pemenuhannya)," kata Menko Luhut.
Khusus untuk sejumlah daerah dengan kasus yang masih tinggi, Menko Luhut mengatakan kapasitas rumah sakit juga terus ditingkatkan.
Baca juga: Kabar baik, kasus COVID-19 di DKI-Jateng-Jatim mulai turun
Pemerintah juga terus memobilisasi pasien COVID-19 yang tadinya melakukan isolasi mandiri untuk dibawa ke isolasi terpusat guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Terlebih, fasilitas di isolasi terpusat dilengkapi dokter, perawat, obat-obatan, oksigen dan konsumsi untuk pasien.
"Sudah kami siapkan 49.000, saya ulangi 49.000 tempat tidur di Pulau Jawa dan Bali sehingga kita ingin dengan testing, tracing, ini harus bisa kita isi sebanyak mungkin sehingga kita bisa pastikan memisahkan orang-orang yang kena COVID-19 dari keluarganya sehingga klaster keluarga itu bisa kita kurangi," ujar Menko Luhut.
Perawatan di isoter juga dinilai dapat mengurangi kasus kematian karena saturasi oksigen yang menurun. Ia menyebut banyak kasus kematian terjadi karena pasien baru dibawa ke rumah sakit setelah saturasi pasien turun dan memburuk sehingga terlambat mendapatkan penanganan.
"Isolasi-isolasi terpusat di level desa, kecamatan, kabupaten, kota atau di level provinsi sangat penting untuk pasien pasien berisiko tinggi ataupun yang di rumahnya ada ibu hamil, orang tua, orang komorbid," ujar Menko Luhut.
Baca juga: Luhut pastikan kebijakan penanganan Covid libatkan banyak pihak
Baca juga: Luhut Binsar perintahkan Polri tindak tegas pelaku yang naikkan harga obat