Palangka Raya (ANTARA) - Untuk menyukseskan pelaksanaan pembelajaran digital atau online, termasuk di saat pandemi COVID-19 yang masih melanda hingga saat ini, ada sejumlah strategi yang dapat diterapkan.
"Pertama adalah 'ice breaker' dan 'opener' yang diperlukan dalam pembelajaran digital," kata seorang tenaga pengajar Muhammad Nur Ismail saat menjadi narasumber Webinar Indonesia Makin Cakap Digital wilayah Lamandau, Kalimantan Tengah, Rabu.
'Ice breaker' dan 'opener' bertujuan mengkondisikan pelajar untuk fokus yang disebabkan jenuh, tidak perhatian, tidak fokus atau tidak bergairah dalam pembelajaran.
Kemudian 'student expedition' yakni sebelum belajar menggunakan web, tujuan yang akan dicapai dan materi pembelajaran sudah disajikan terlebih dulu, pada bagian ini disajikan kegunaan dan cara-cara menggunakan web maupun daftar aktivitas yang akan dilakukan.
'Purposive creative thinking' yakni mengidentifikasi masalah-masalah dalam kegiatan belajar, kemudian dipecahkan secara mandiri melalui fasilitas yang ada misalnya diskusi.
'Peer to peer interaction' yaitu penggunaan metode kooperatif dalam pembelajaran menggunakan web sebagai upaya mengatasi masalah yang dihadapi dan dicarikan solusinya melalui forum diskusi.
Selanjutnya 'streaming expert' yakni pembelajar dapat mencari permasalahan yang dihadapi melalui diskusi dengan teman lain, namun diperlukan juga pendapat dari para ahli melalui konferensi video atau video pembelajaran digital.
"Pada kegiatan ini dimungkinkan terjadi diskusi antara pembelajar dan ahli, apalagi jika web menggunakan sistem 'syncronus'," terangnya.
Lebih lanjut dijelaskannya yang juga perlu diperhatikan adalah komponen desain pembelajaran digital meliputi silabus, orientasi pembelajaran, materi pembelajaran, kalender, peta situs serta penilaian.
Selain Muhammad Nur Ismail, turut hadir narasumber lainnya seperti seorang entertainer Juliet Georgina Marlyn membahas tentang keamanan digital, publik figur Regina Ivanova membahas tentang etika digital, serta Manajer Pendidikan dan Pelatihan ENTER Pangkalan Bun Fenny Aryanti membahas tentang budaya digital.
"Pertama adalah 'ice breaker' dan 'opener' yang diperlukan dalam pembelajaran digital," kata seorang tenaga pengajar Muhammad Nur Ismail saat menjadi narasumber Webinar Indonesia Makin Cakap Digital wilayah Lamandau, Kalimantan Tengah, Rabu.
'Ice breaker' dan 'opener' bertujuan mengkondisikan pelajar untuk fokus yang disebabkan jenuh, tidak perhatian, tidak fokus atau tidak bergairah dalam pembelajaran.
Kemudian 'student expedition' yakni sebelum belajar menggunakan web, tujuan yang akan dicapai dan materi pembelajaran sudah disajikan terlebih dulu, pada bagian ini disajikan kegunaan dan cara-cara menggunakan web maupun daftar aktivitas yang akan dilakukan.
'Purposive creative thinking' yakni mengidentifikasi masalah-masalah dalam kegiatan belajar, kemudian dipecahkan secara mandiri melalui fasilitas yang ada misalnya diskusi.
'Peer to peer interaction' yaitu penggunaan metode kooperatif dalam pembelajaran menggunakan web sebagai upaya mengatasi masalah yang dihadapi dan dicarikan solusinya melalui forum diskusi.
Selanjutnya 'streaming expert' yakni pembelajar dapat mencari permasalahan yang dihadapi melalui diskusi dengan teman lain, namun diperlukan juga pendapat dari para ahli melalui konferensi video atau video pembelajaran digital.
"Pada kegiatan ini dimungkinkan terjadi diskusi antara pembelajar dan ahli, apalagi jika web menggunakan sistem 'syncronus'," terangnya.
Lebih lanjut dijelaskannya yang juga perlu diperhatikan adalah komponen desain pembelajaran digital meliputi silabus, orientasi pembelajaran, materi pembelajaran, kalender, peta situs serta penilaian.
Selain Muhammad Nur Ismail, turut hadir narasumber lainnya seperti seorang entertainer Juliet Georgina Marlyn membahas tentang keamanan digital, publik figur Regina Ivanova membahas tentang etika digital, serta Manajer Pendidikan dan Pelatihan ENTER Pangkalan Bun Fenny Aryanti membahas tentang budaya digital.