Palangka Raya (ANTARA) - Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Edy Pratowo mengatakan, aset infrastruktur digital pemerintah provinsi tercatat lebih dari 80 sistem elektronik dan 34 kilometer fiber optik tersambung antar kantor perangkat daerah, serta terintegrasi ke pusat data daerah TIR II yang dikelola Diskominfosantik setempat.
Kondisi ini adalah kerawanan dari sistem elektronik jika tidak dilengkapi sistem pengamanan yang handal dan ditangani sumber daya manusia yang memadai, katanya di Palangka Raya, Jumat.
"Untuk itu dengan peluncuran Tim Tanggap Insiden Siber Kalteng, kami harapkan dapat berjalan maksimal, utamanya dalam mengamankan sistem elektronik pemprov," katanya usai peluncuran Tim Tanggap Insiden Siber Kalteng atau Kaltengprov-CSIRT.
Diakuinya kemajuan teknologi berdampak besar terhadap peradaban manusia, tetapi di lain sisi juga berdampak negatif. Kemajuan teknologi membuka peluang tindak kejahatan baru di dunia maya.
Seperti pengumpulan data yang masif melalui sistem elektronik adalah peluang dan kesempatan berbagai pihak yang tidak berhak untuk mencuri dan memperjualbelikannya untuk sebuah keuntungan, baik pribadi, kelompok, lembaga, bahkan negara lain.
Oleh karenanya keberadaan Tim Tanggap Insiden Siber Kalteng atau Kaltengprov-CSIRT yang baru saja diluncurkan sangatlah penting sebagai upaya pengamanan sistem elektronik yang maksimal.
"Seperti yang pernah disampaikan Presiden Joko Widodo, data adalah jenis kekayaan baru dan merupakan 'new oil', data bahkan lebih berharga dari minyak. Harus ada upaya untuk melindunginya (data dan sistem) dari berbagai bentuk kejahatan baru di dunia maya," jelasnya.
Sementara itu Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letnan Jendral TNI (purn) Hinsa Siburian mengatakan, semakin banyak pemanfaatan digital akan berbanding lurus dengan banyaknya kemungkinan kerawanan serta ancaman yang bisa ditemui.
"Saat kita membangun digitalisasi, maka kita juga harus membangun pengamanannya, sehingga berjalan sesuai harapan," ungkapnya.
Terutama mengenai sumber daya manusia yang memadai, hal ini menjadi fokus dari pihaknya bersama pemerintah daerah. Usai peluncuran ini, nantinya juga akan disiapkan pelatihan-pelatihan yang diperlukan.
Pelaksana Tugas Kepala Diskominfosantik Kalteng Agus Siswadi menambahkan, pembentukan tim ini sebagai bagian dari fungsi Badan Siber dan Sandi Negara melalui tim yang dibentuk di daerah.
"Tujuannya setidaknya menekan insiden siber yang merupakan model kejahatan baru di dunia maya di era digital," terangnya.
Tim Tanggap Insiden Siber Kalteng memiliki sejumlah layanan, diantaranya layanan reaktif, proaktif, hingga manajemen kualitas keamanan.
Kondisi ini adalah kerawanan dari sistem elektronik jika tidak dilengkapi sistem pengamanan yang handal dan ditangani sumber daya manusia yang memadai, katanya di Palangka Raya, Jumat.
"Untuk itu dengan peluncuran Tim Tanggap Insiden Siber Kalteng, kami harapkan dapat berjalan maksimal, utamanya dalam mengamankan sistem elektronik pemprov," katanya usai peluncuran Tim Tanggap Insiden Siber Kalteng atau Kaltengprov-CSIRT.
Diakuinya kemajuan teknologi berdampak besar terhadap peradaban manusia, tetapi di lain sisi juga berdampak negatif. Kemajuan teknologi membuka peluang tindak kejahatan baru di dunia maya.
Seperti pengumpulan data yang masif melalui sistem elektronik adalah peluang dan kesempatan berbagai pihak yang tidak berhak untuk mencuri dan memperjualbelikannya untuk sebuah keuntungan, baik pribadi, kelompok, lembaga, bahkan negara lain.
Oleh karenanya keberadaan Tim Tanggap Insiden Siber Kalteng atau Kaltengprov-CSIRT yang baru saja diluncurkan sangatlah penting sebagai upaya pengamanan sistem elektronik yang maksimal.
"Seperti yang pernah disampaikan Presiden Joko Widodo, data adalah jenis kekayaan baru dan merupakan 'new oil', data bahkan lebih berharga dari minyak. Harus ada upaya untuk melindunginya (data dan sistem) dari berbagai bentuk kejahatan baru di dunia maya," jelasnya.
Sementara itu Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letnan Jendral TNI (purn) Hinsa Siburian mengatakan, semakin banyak pemanfaatan digital akan berbanding lurus dengan banyaknya kemungkinan kerawanan serta ancaman yang bisa ditemui.
"Saat kita membangun digitalisasi, maka kita juga harus membangun pengamanannya, sehingga berjalan sesuai harapan," ungkapnya.
Terutama mengenai sumber daya manusia yang memadai, hal ini menjadi fokus dari pihaknya bersama pemerintah daerah. Usai peluncuran ini, nantinya juga akan disiapkan pelatihan-pelatihan yang diperlukan.
Pelaksana Tugas Kepala Diskominfosantik Kalteng Agus Siswadi menambahkan, pembentukan tim ini sebagai bagian dari fungsi Badan Siber dan Sandi Negara melalui tim yang dibentuk di daerah.
"Tujuannya setidaknya menekan insiden siber yang merupakan model kejahatan baru di dunia maya di era digital," terangnya.
Tim Tanggap Insiden Siber Kalteng memiliki sejumlah layanan, diantaranya layanan reaktif, proaktif, hingga manajemen kualitas keamanan.