Jakarta (ANTARA) - Berkaca dari lonjakan kasus positif COVID-19 di Inggris padahal cakupan vaksinasi telah melebihi 70 persen dari populasi penduduk, pemerintah kembali mengingatkan masyarakat waspada dan mempertahankan disiplin protokol kesehatan seiring dengan program vaksinasi yang terus digencarkan.
“Hal ini pengingat bagi kita semua ancaman COVID-19 masih ada dan kita tidak boleh lengah, meski saat ini kondisi pandemi di Indonesia tertangani baik,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dalam siaran persnya, Jumat malam.
Saat ini, tercatat lebih dari 50 ribu orang terinfeksi COVID-19 di Inggris. Namun, menurut pemerintah setempat, kasus rawat inap dan kematian tetap rendah berkat dukungan program vaksinasi yang cukup tinggi.
Berdasarkan data dari Our World Data, hingga 19 oktober 2021, cakupan vaksinasi di Inggris sudah mencapai 73,7 persen untuk dosis pertama dan 67,6 persen untuk dosis kedua.
“Lonjakan kasus baik di Inggris maupun Rusia adalah bukti nyata bahwa pandemi belum usai. Vaksinasi terbukti menjadi faktor penting untuk menekan risiko kematian. Oleh karena itu segerakan vaksinasi dan tetap gunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan,” kata Johnny.
Terkait penyebab lonjakan kasus, epidemiolog sekaligus peneliti senior Kamaluddin Latief menjelaskan beberapa kemungkinan antara lain pelonggaran protokol kesehatan, pembukaan perbatasan, hingga kemungkinan penurunan kekebalan vaksin.
Selain itu, mutasi varian baru juga bisa menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus.
Dia mengatakan, lonjakan kasus yang terjadi di Inggris dan di Israel harus menjadi pembelajaran penting untuk masyarakat Indonesia agar selalu waspada dan tidak boleh lengah.
Penanganan pandemi yang terkendali tidak boleh menjadi alasan untuk menurunkan tingkat kewaspadaan dan disiplin protokol kesehatan.
“Justru momentum jeda seperti yang sekarang dialami Indonesia, adalah kesempatan baik bagi kita untuk mempelajari, mengevaluasi, mempertahankan apa yang sudah baik,” ujar Kamal.
Dia mengatakan, meski Indonesia masuk 10 negara terbaik dalam akselerasi vaksinasi, masyarakat di tanah air harus tetap mengingat hingga saat ini cakupan vaksinasi nasional belum meraih angka 70 persen yakni batas untuk kekebalan komunal.
Oleh karena itu, menurut dia, penting bagi seluruh masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan vaksin untuk menyegerakan vaksinasi.
“Jadi selain terus disiplin protokol kesehatan dan pengetatan pintu masuk negara, vaksinasi harus terus kita kejar agar warga terhindar dari akibat buruk COVID-19. Pemerataan vaksinasi juga harus terus didorong, terutama untuk meraih kelompok rentan seperti lansia, orang dengan komorbid, ibu hamil, anak dan remaja,” demikian ujar dia.
“Hal ini pengingat bagi kita semua ancaman COVID-19 masih ada dan kita tidak boleh lengah, meski saat ini kondisi pandemi di Indonesia tertangani baik,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dalam siaran persnya, Jumat malam.
Saat ini, tercatat lebih dari 50 ribu orang terinfeksi COVID-19 di Inggris. Namun, menurut pemerintah setempat, kasus rawat inap dan kematian tetap rendah berkat dukungan program vaksinasi yang cukup tinggi.
Berdasarkan data dari Our World Data, hingga 19 oktober 2021, cakupan vaksinasi di Inggris sudah mencapai 73,7 persen untuk dosis pertama dan 67,6 persen untuk dosis kedua.
“Lonjakan kasus baik di Inggris maupun Rusia adalah bukti nyata bahwa pandemi belum usai. Vaksinasi terbukti menjadi faktor penting untuk menekan risiko kematian. Oleh karena itu segerakan vaksinasi dan tetap gunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan,” kata Johnny.
Terkait penyebab lonjakan kasus, epidemiolog sekaligus peneliti senior Kamaluddin Latief menjelaskan beberapa kemungkinan antara lain pelonggaran protokol kesehatan, pembukaan perbatasan, hingga kemungkinan penurunan kekebalan vaksin.
Selain itu, mutasi varian baru juga bisa menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus.
Dia mengatakan, lonjakan kasus yang terjadi di Inggris dan di Israel harus menjadi pembelajaran penting untuk masyarakat Indonesia agar selalu waspada dan tidak boleh lengah.
Penanganan pandemi yang terkendali tidak boleh menjadi alasan untuk menurunkan tingkat kewaspadaan dan disiplin protokol kesehatan.
“Justru momentum jeda seperti yang sekarang dialami Indonesia, adalah kesempatan baik bagi kita untuk mempelajari, mengevaluasi, mempertahankan apa yang sudah baik,” ujar Kamal.
Dia mengatakan, meski Indonesia masuk 10 negara terbaik dalam akselerasi vaksinasi, masyarakat di tanah air harus tetap mengingat hingga saat ini cakupan vaksinasi nasional belum meraih angka 70 persen yakni batas untuk kekebalan komunal.
Oleh karena itu, menurut dia, penting bagi seluruh masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan vaksin untuk menyegerakan vaksinasi.
“Jadi selain terus disiplin protokol kesehatan dan pengetatan pintu masuk negara, vaksinasi harus terus kita kejar agar warga terhindar dari akibat buruk COVID-19. Pemerataan vaksinasi juga harus terus didorong, terutama untuk meraih kelompok rentan seperti lansia, orang dengan komorbid, ibu hamil, anak dan remaja,” demikian ujar dia.