Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut industri kesehatan menjadi salah satu sektor prioritas investasi menyusul kondisi pandemi yang melanda dunia.

"Belajar dari pengalaman penanganan Pandemi Covid-19, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada impor sehingga industri kesehatan adalah salah satu area prioritas untuk Investasi," katanya dalam Health Business Gathering 2021, di Bali, Jumat (3/12), dikutip dari keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.

Dalam acara itu, disebutkan bahwa tren kesehatan global akan memacu pertumbuhan industri perawatan kesehatan.

Pasalnya, ada perubahan permintaan konsumen, pertumbuhan kelas menengah, penemuan terapi baru, konsentrasi penyakit dan peningkatan pandemi, fokus pada pengendalian biaya, inovasi digital dan telemedis.

Baca juga: Mulai 2022, vaksinasi 'booster' akan berjalan di Tanah Air

"Industri kesehatan di Indonesia memiliki potensi besar yakni naiknya pendapatan rumah tangga kelas menengah, dan kampanye perawatan kesehatan universal," katanya.

Pemerintah membuka peluang untuk investasi di bidang kesehatan lantaran tidak ingin terus tergantung dari produk impor.

Menurut Luhut, dengan dukungan untuk pengembangan industri kesehatan, dia yakin bahwa ragam ekspor akan meningkat dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Koordinator PPKM Jaw-Bali itu memaparkan bahwa defisit perdagangan alat kesehatan Indonesia terus meningkat dengan defisit perdagangan yang naik hampir 4 kali lipat dari 161 juta dolar AS pada tahun 2013 menjadi 531 juta dolar AS pada tahun 2020.

Meningkatnya defisit perdagangan disebabkan impor alat kesehatan yang terus meningkat sejak tahun 2015. Selama dua tahun terakhir impor tumbuh dua digit lebih dari 10 persen dan mencapai 703 juta dolar AS pada tahun 2020.

Baca juga: Empat poin utama kebijakan pemeritah terkait varian baru Omicron

Sementara itu, pertumbuhan ekspor terbatas, hanya sekitar 3 persen-5 persen dalam tiga tahun terakhir dan hanya mencapai 171 juta dolar AS pada tahun 2020.

"Indonesia mengandalkan produk impor sebagian besar untuk alat kesehatan kompleks, sedangkan produk ekspor sangat terbatas. Kita punya segalanya di negara ini. Tapi, hampir seluruh impor alat kesehatan Indonesia terus meningkat, dengan urutan dari tertinggi adalah Electrodiagnosis Devices (87 juta dolar AS), Ultrasonic Scanning Devices (70 juta dolar AS), dan Needles, catheters, cannula & more (43 juta dolar AS)," jelasnya.

Baca juga: Masa karantina pelaku perjalanan luar negeri diperpanjang

Komitmen Rp110 miliar

Dalam acara tersebut juga dilaksanakan penandatanganan tiga Letter of Intent (LoI) antara Deputi Koordinasi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto dengan tiga perusahaan alat kesehatan senilai sekitar Rp110 miliar.

Komitmen diberikan oleh PT Tawada Healthcare mengenai kerja sama di bidang pengadaan dan pemanfaatan lahan untuk sarana produksi alat kesehatan dalam negeri; PT Siemens Healthineers tentang kerja sama di bidang pendidikan dan alih teknologi alat kesehatan; serta PT Binabakti Niagaperkasa tentang kerja sama di bidang alih teknologi alat kesehatan.

Baca juga: Indonesia-Inggris berencana bangun rantai suplai baterai EV

Penandatanganan LoI itu merupakan tindak lanjut dari kegiatan klarifikasi dan konfirmasi investasi alat kesehatan di Indonesia pada tanggal 22-23 November 2021 dalam rangka mewujudkan kemandirian alat kesehatan di Indonesia.

Ketiga perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang telah nyata menjalankan produksi alat kesehatan di Indonesia.

Selain perusahaan-perusahaan tersebut, diharapkan masih ada sekitar 30-an perusahaan lagi yang segera menyusul untuk berinvestasi dan melaksanakan produksi alat kesehatannya di Indonesia.

Baca juga: Sirkuit Mandalika akan dibuat lebih bagus untuk MotoGP

Pewarta : Ade irma Junida
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024