Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah mencatat, nilai tukar petani gabungan dari lima subsektor pertanian di provinsi setempat selama Desember 2021, sebesar 131,07 persen, meningkat sekitar 2,22 dibandingkan November 2021 yang berkisar 128,22 persen.
Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Senin, mengatakan peningkatan itu disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga, termasuk biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM).
"Peningkatan NTP selama Desember 2021 itu, dipengaruhi naiknya tiga subsektor pertanian, yakni Hortikultura 9,56 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 2,69 persen dan Tanaman Pangan 1,22 persen," beber dia.
Dikatakan, secara umum, NTP Kalteng selama tahun 2021, terus mengalami peningkatan. Hal itu terlihat dari NTP Kalteng pada bulan Januari 2021 berkisar 109,43 persen, menjadi menjadi 131,07 di Desember 2021.
Baca juga: Frekuensi penerbangan di Kalteng alami kenaikan 48,24 persen
Eko mengatakan, peningkatan ini tidak lepas dari pengaruh NTP di Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat. Di mana nilai tukar subsektor ini selalu meningkat setiap bulannya. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat juga merupakan subsektor dengan nilai tukar tertinggi di Kalteng sebesar 155,99 pada Desember 2021.
"Diikuti oleh Subsektor Hortikultura (109,06), Subsektor Peternakan (106,34), Subsektor Perikanan (102,36) dan Subsektor Tanaman Pangan (96,16)," ucapnya.
Selain NTP Gabungan, indeks harga diterima petani Kalteng selama Desember 2021 juga mengalami kenaikan sebesar sebesar 2,66 persen dibanding November 2021, yaitu dari 141,06 menjadi 144,81.
Kepala BPS itu menyebut, kenaikan indeks harga diterima petani itu disebabkan oleh naiknya Subsektor Hortikultura 9,92 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 3,13 persen dan Tanaman Pangan 1,68 persen.
"Ada dua dua subsektor indeks harga diterima petani yang alami penurunan, yakni Subsektor Peternakan 1,79 persen dan Subsektor Perikanan 0,23persen," demikian Eko.
Baca juga: IHK Kalteng selama November 2021 terjadi inflasi 0,28 persen
Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Senin, mengatakan peningkatan itu disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga, termasuk biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM).
"Peningkatan NTP selama Desember 2021 itu, dipengaruhi naiknya tiga subsektor pertanian, yakni Hortikultura 9,56 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 2,69 persen dan Tanaman Pangan 1,22 persen," beber dia.
Dikatakan, secara umum, NTP Kalteng selama tahun 2021, terus mengalami peningkatan. Hal itu terlihat dari NTP Kalteng pada bulan Januari 2021 berkisar 109,43 persen, menjadi menjadi 131,07 di Desember 2021.
Baca juga: Frekuensi penerbangan di Kalteng alami kenaikan 48,24 persen
Eko mengatakan, peningkatan ini tidak lepas dari pengaruh NTP di Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat. Di mana nilai tukar subsektor ini selalu meningkat setiap bulannya. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat juga merupakan subsektor dengan nilai tukar tertinggi di Kalteng sebesar 155,99 pada Desember 2021.
"Diikuti oleh Subsektor Hortikultura (109,06), Subsektor Peternakan (106,34), Subsektor Perikanan (102,36) dan Subsektor Tanaman Pangan (96,16)," ucapnya.
Selain NTP Gabungan, indeks harga diterima petani Kalteng selama Desember 2021 juga mengalami kenaikan sebesar sebesar 2,66 persen dibanding November 2021, yaitu dari 141,06 menjadi 144,81.
Kepala BPS itu menyebut, kenaikan indeks harga diterima petani itu disebabkan oleh naiknya Subsektor Hortikultura 9,92 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 3,13 persen dan Tanaman Pangan 1,68 persen.
"Ada dua dua subsektor indeks harga diterima petani yang alami penurunan, yakni Subsektor Peternakan 1,79 persen dan Subsektor Perikanan 0,23persen," demikian Eko.
Baca juga: IHK Kalteng selama November 2021 terjadi inflasi 0,28 persen