Ini alasan di balik gejolak emosi pada remaja menurut psikolog

Rabu, 5 Januari 2022 11:03 WIB

Jakarta (ANTARA) - Psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, memberi penjelasan mengenai alasan di balik gejolak emosi yang kerap terjadi pada usia remaja.

Menurut Vera, bagian otak prefrontal cortex belum berfungsi secara optimal saat usia remaja sehingga tidak mengherankan apabila perilaku dan keputusan yang mereka lakukan lebih banyak dipengaruhi emosi.

“Bagian inilah (prefrontal cortex) yang membantu kita untuk mengambil keputusan atau melakukan fungsi-fungsi berpikir tingkat tinggi yang eksekutif dan memikirkan efek jangka panjang,” kata Vera saat diskusi virtual bersama media, ditulis Rabu.

Ia mengatakan fungsi prefrontal cortex baru berkembang secara optimal ketika seseorang menginjak usia 20 hingga 25 tahun.

Baca juga: Ini tahap-tahap ekspresikan emosi sesuai usia

Verta menyebutkan contoh kasus yang biasanya banyak dialami remaja, yakni bermain game online. Alih-alih mengerjakan tugas sekolah atau belajar, mereka lebih gemar menghabiskan waktu untuk bermain game. Remaja kesulitan mengontrol atau menahan diri untuk tidak terus-menerus bermain game karena lebih banyak dipengaruhi emosi.

“Main game itu asik, itu emosi semua dapatnya. Perasaan senang dan pleasure semua ada di situ. Terus bandingkan dengan belajar, nah itu berat banget,” tuturnya.

Menurut Vera, untuk melakukan transisi dari kecanduan bermain game hingga anak memiliki kesadaran untuk belajar harus dimulai dari perubahan-perubahan dan target-target kecil yang dilakukan secara konsisten dengan didampingi oleh orang tua.

“Jadi yang kita (orang tua) tekankan pada anak adalah, ‘Yuk, kamu pasti bisa mengendalikan keinginan kamu untuk main game. Sebenarnya dengan mengalahkan (keinginan) itu saja, dia sudah berjuang supaya prefrontal cortex-nya bisa berfungsi lebih optimal,” kata Vera.

Vera menyebutkan contoh lain, biasanya remaja juga mengalami kesulitan ketika mempertimbangkan dan memilih jurusan kuliah. Ketika sisi emosi yang dikedepankan dalam pengambilan keputusan, maka tak heran apabila remaja jelang usia 20 tahun kadang kala merasa salah mengambil jurusan.

“Ada anak yang memilih jurusan yang penting masuk negeri, atau kerjanya gampang, atau ada idolanya di situ, jadi emosi yang bermain. Atau keinginan orang tuanya yang masuk ke sana,” ujarnya.

Baca juga: Studi Kaspersky sebut anak-anak lebih pemarah akibat main game

Dalam kasus seperti itu, Vera menekankan peran orang tua dan pendidik yang secara tidak langsung “menjadi penjaga” fungsi prefrontal cortex pada remaja. Untuk mengoptimalkan fungsi otak ini, orang tua bisa membantu anak melalui diskusi mengenai konsekuensi jangka pendek dan panjang saat mereka memilih jurusan tertentu.

“Jadi kita yang rem. ‘Oke, kita bahas pilihan jurusannya ada apa saja, ‘Kenapa kamu mau jurusan ini’, ‘Ke depannya apa yang bisa kamu tekuni lagi’, ‘Kamu tertarik tidak untuk ambil ke sana’, dan seterusnya. Itu dibahas satu-satu,” kata Vera.

Saat menjalankan proses diskusi, Vera menegaskan bahwa orang tua juga perlu menjaga kesabaran diri sendiri sebab pengambilan keputusan pada remaja memang membutuhkan waktu yang panjang.

“Banyak orang tua yang mungkin tidak sabar untuk melalui proses ini karena umur kita sudah lebih tua secara angka, jadi sudah lebih tahu apa yang mesti dilakukan. Kalau tidak sabar, orang tua malah jadi short cut, ‘Sudah kamu ambil yang ini saja’, padahal belum tentu sesuai dengan hati sang anak,” ujarnya.

Baca juga: Cara kendalikan emosi saat berpuasa

Baca juga: Cara atasi emosi negatif saat tonton acara debat

Baca juga: Pentingnya membimbing anak mengenali emosi

Pewarta : Rizka Khaerunnisa
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Awas! Penggunaan tablet bisa kurangi kemampuan anak kelola emosi

15 August 2024 17:44 Wib

Cara mengelola emosi bagi ibu yang mengalami 'baby blues'

15 July 2024 8:20 Wib

Berikut tips mengelola kemarahan di lingkungan kerja

02 July 2024 13:42 Wib

Berikut karakter emosi baru dalam film 'Inside Out 2'

07 June 2024 11:13 Wib

Berikut teknik distraksi untuk kendalikan emosi

10 May 2024 11:13 Wib
Terpopuler

Ragnar Oratmangoen tekankan pentingnya konsistensi usai tekuk Saudi

Olahraga - 21 November 2024 5:31 Wib

Kedubes Arab Saudi kembali berangkatkan 50 WNI umrah gratis

Kabar Daerah - 21 November 2024 19:48 Wib

Disarpustaka Kapuas gencar sosialisasikan akreditasi perpustakaan sekolah

Kabar Daerah - 22 November 2024 15:47 Wib

Harga emas melonjak hingga capai Rp1,541 juta per gram

Bisnis - 23 November 2024 13:51 Wib

Veronica Tan sebut pentingnya mengubah paradigma pengajaran PAUD

Kabar Daerah - 24 November 2024 17:10 Wib