Kuala Kurun (ANTARA) - Wakil Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Efrensia LP Umbing mengimbau para pelajar dari wilayah setempat yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi agar melirik program studi (prodi) Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Sebab guru Pendidikan Luar Biasa sangat jarang, padahal diperlukan untuk mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB), kata Efrensia saat dihubungi di Kuala Kurun, Sabtu.
“Seperti di SLB Negeri Kuala Kurun yang masih memerlukan guru dengan spesifikasi PLB. Di sekolah tersebut hanya ada satu guru dengan spesifikasi PLB dan sisanya dari umum,” katanya.
Melihat kondisi yang terjadi di SLB Negeri Kuala Kurun, dia berharap generasi muda dari kabupaten bermoto ‘Habangkalan Penyang Karuhei Tatau’ itu yang mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi agar mau melirik prodi PLB.
Dia menyebut, sepengetahuan dirinya prodi PLB memang belum ada di perguruan tinggi di Kalteng, namun ada di perguruan tinggi lain seperti di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Kalimantan Selatan.
“Menjadi guru itu sangat mulia, apalagi menjadi guru di SLB. Saya harap generasi muda kita mau melirik prodi PLB. Syarat utamanya adalah harus memiliki kesabaran dan hati yang tulus,” ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengapresiasi kepala sekolah dan para guru di SLB Negeri Kuala Kurun yang selama ini telah bekerja dengan sabar, tulus dan ikhlas dalam mengajar anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut.
Terlebih peserta didik SLB Negeri Kuala Kurun telah berhasil menorehkan beragam prestasi baik di tingkat provinsi bahkan nasional. Keberhasilan tersebut dapat tercapai salah satunya karena peran kepala sekolah dan guru.
Kepala SLB Negeri Kuala Kurun Martha mengatakan, bahwa di sekolah tersebut terdapat delapan guru. Dari delapan guru tadi, hanya satu yakni dirinya sendiri yang memiliki spesifikasi PLB dan sisanya dari umum.
Sebenarnya SLB Negeri Kuala Kurun mendapat kuota pada seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) formasi tahun 2020. Namun hingga selesainya seleksi tahap II, tidak ada guru yang memenuhi kualifikasi yang ditentukan oleh Pemerintah Pusat.
Dia mengakui, jumlah guru di SLB Negeri Kuala Kurun masih belum ideal. Sebab, di SLB Negeri Kuala Kurun terdapat jenjang Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
“Jenjang SDLB ada enam kelas, jenjang SMPLB dan SMALB masing-masing ada tiga kelas. Idealnya satu kelas satu guru, namun jumlah guru kami hanya delapan. Walau demikian, kami tetap berusaha memberi yang terbaik bagi peserta didik,” demikian Martha.
Sebab guru Pendidikan Luar Biasa sangat jarang, padahal diperlukan untuk mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB), kata Efrensia saat dihubungi di Kuala Kurun, Sabtu.
“Seperti di SLB Negeri Kuala Kurun yang masih memerlukan guru dengan spesifikasi PLB. Di sekolah tersebut hanya ada satu guru dengan spesifikasi PLB dan sisanya dari umum,” katanya.
Melihat kondisi yang terjadi di SLB Negeri Kuala Kurun, dia berharap generasi muda dari kabupaten bermoto ‘Habangkalan Penyang Karuhei Tatau’ itu yang mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi agar mau melirik prodi PLB.
Dia menyebut, sepengetahuan dirinya prodi PLB memang belum ada di perguruan tinggi di Kalteng, namun ada di perguruan tinggi lain seperti di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Kalimantan Selatan.
“Menjadi guru itu sangat mulia, apalagi menjadi guru di SLB. Saya harap generasi muda kita mau melirik prodi PLB. Syarat utamanya adalah harus memiliki kesabaran dan hati yang tulus,” ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengapresiasi kepala sekolah dan para guru di SLB Negeri Kuala Kurun yang selama ini telah bekerja dengan sabar, tulus dan ikhlas dalam mengajar anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut.
Terlebih peserta didik SLB Negeri Kuala Kurun telah berhasil menorehkan beragam prestasi baik di tingkat provinsi bahkan nasional. Keberhasilan tersebut dapat tercapai salah satunya karena peran kepala sekolah dan guru.
Kepala SLB Negeri Kuala Kurun Martha mengatakan, bahwa di sekolah tersebut terdapat delapan guru. Dari delapan guru tadi, hanya satu yakni dirinya sendiri yang memiliki spesifikasi PLB dan sisanya dari umum.
Sebenarnya SLB Negeri Kuala Kurun mendapat kuota pada seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) formasi tahun 2020. Namun hingga selesainya seleksi tahap II, tidak ada guru yang memenuhi kualifikasi yang ditentukan oleh Pemerintah Pusat.
Dia mengakui, jumlah guru di SLB Negeri Kuala Kurun masih belum ideal. Sebab, di SLB Negeri Kuala Kurun terdapat jenjang Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
“Jenjang SDLB ada enam kelas, jenjang SMPLB dan SMALB masing-masing ada tiga kelas. Idealnya satu kelas satu guru, namun jumlah guru kami hanya delapan. Walau demikian, kami tetap berusaha memberi yang terbaik bagi peserta didik,” demikian Martha.