Palangka Raya (ANTARA) - Anggota DPD RI Agustin Teras Narang mendorong sekaligus mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia, terkhusus Majelis Sinode dan jemaat Gereja Kalimantan Evangelis, agar memaknai peringatan Hari Pahlawan tahun ini, sebagai momentum memperkuat politik kebaikan bersama.
Ajakan itu disampaikan Teras saat menjadi narasumber dalam webinar bertema Gereja dan Politik: Bagaimana Sikap Kita? yang diselenggarakan Departemen Marturia dan Diakonia Majelis Sinode GKE sekaligus Puket IV Bidang Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat STT GKE Banjarmasin, Kamis.
"Saya juga berharap kita dapat mendorong warga GKE di mana pun berada, yang nantinya hendak berpolitik, dapat menjadi garam dan terang. Menjadi pribadi yang dapat membawa kebaikan umum atau Bonum Commune," tambahnya.
Menurut senator asal Kalimantan Tengah itu, dalam upaya mencapai Bonum Commune ini, maka politik bagi warga GKE dan umat Kristen pada umumnya, mestilah bersandar pada ajaran Yesus yakni Kasih. Kasih yang dalam bahasa umum dipahami sebagai keadilan bagi seluruh pihak.
Teras mengatakan, politik kekristenan juga perlu dipahami, tidak sektarian, tidak mementingkan golongan, tidak semata mengejar kekuasaan duniawi. Sekaligus dalam sejarahnya, gereja pernah jatuh dalam percobaan akibat politik, sehingga hadirlah reformasi dan kesadaran besar bersama.
"Tak kalah penting, dalam melakukan perutusan di ranah politik, pengenalan terhadap tantangan yang hendak kita jawab menjadi penting. Perjuangan politik, menjadi sia-sia bila kita tidak hadir untuk menjawab tantangan yang dihadapi masyarakat luas," kata dia.
Sebagai contoh dalam pengalaman pribadi, lanjut mantan Gubernur Kalteng periode 2005-2015 itu, ketika melayani masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah yang banyak terisolir dan kesulitan infrastruktur. Untuk itu, ketika ada momen dan kekuasaan politik, maka masalah keterisolasian dan infrastruktur menjadi salah satu prioritas kerja, selain yang mendasar seperti pendidikan dan kesehatan.
"Dalam konteks kekinian, tantangan yang perlu diurai dan dijawab sekaligus peluang yakni, HE4F atu Health, Education, Food, Fuel, Financial, dan Forestry," kata Teras.
Dirinya pun membenarkan ada pertanyaan terkait praktik menerapkan kekristenan dalam politik dalam webinar tersebut. Terkait pertanyaan itu, dia menyebut hal yang perlu diperhatikan dan dipahami adalah, politik itu bicara soal kepentingan. Maka dalam pengalaman dirinya yang telah berpolitik sejak 1999, bersyukur dimampukan memberi warna Kasih dalam sikap tindak sebagai politisi. Hal ini terlihat dalam pilihan-pilihan kebijakan publik yang dihasilkan.
Mantan Presiden MADN ini mengatakan bahwa dirinya saya menerapkan prinsip 3 P, yakni mampu dalam kapasitas pikiran, dalam perkataan, dan dalam tindak perbuatan. 3P itu pun harapannya dapat dipegang setiap politisi Kristen.
"Dalam pengalaman saya, ketika memimpin Komisi II dan Komisi III DPR RI di periode 1999-2004 dan 2004-2005, ada yang kurang berkenan atas kepemimpinan saya pun, akhirnya lalu menghargai. Hal yang sama saya terapkan saat menjadi pelayan rakyat dan memimpin Kalimantan Tengah," demikian Teras Narang.
Ajakan itu disampaikan Teras saat menjadi narasumber dalam webinar bertema Gereja dan Politik: Bagaimana Sikap Kita? yang diselenggarakan Departemen Marturia dan Diakonia Majelis Sinode GKE sekaligus Puket IV Bidang Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat STT GKE Banjarmasin, Kamis.
"Saya juga berharap kita dapat mendorong warga GKE di mana pun berada, yang nantinya hendak berpolitik, dapat menjadi garam dan terang. Menjadi pribadi yang dapat membawa kebaikan umum atau Bonum Commune," tambahnya.
Menurut senator asal Kalimantan Tengah itu, dalam upaya mencapai Bonum Commune ini, maka politik bagi warga GKE dan umat Kristen pada umumnya, mestilah bersandar pada ajaran Yesus yakni Kasih. Kasih yang dalam bahasa umum dipahami sebagai keadilan bagi seluruh pihak.
Teras mengatakan, politik kekristenan juga perlu dipahami, tidak sektarian, tidak mementingkan golongan, tidak semata mengejar kekuasaan duniawi. Sekaligus dalam sejarahnya, gereja pernah jatuh dalam percobaan akibat politik, sehingga hadirlah reformasi dan kesadaran besar bersama.
"Tak kalah penting, dalam melakukan perutusan di ranah politik, pengenalan terhadap tantangan yang hendak kita jawab menjadi penting. Perjuangan politik, menjadi sia-sia bila kita tidak hadir untuk menjawab tantangan yang dihadapi masyarakat luas," kata dia.
Sebagai contoh dalam pengalaman pribadi, lanjut mantan Gubernur Kalteng periode 2005-2015 itu, ketika melayani masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah yang banyak terisolir dan kesulitan infrastruktur. Untuk itu, ketika ada momen dan kekuasaan politik, maka masalah keterisolasian dan infrastruktur menjadi salah satu prioritas kerja, selain yang mendasar seperti pendidikan dan kesehatan.
"Dalam konteks kekinian, tantangan yang perlu diurai dan dijawab sekaligus peluang yakni, HE4F atu Health, Education, Food, Fuel, Financial, dan Forestry," kata Teras.
Dirinya pun membenarkan ada pertanyaan terkait praktik menerapkan kekristenan dalam politik dalam webinar tersebut. Terkait pertanyaan itu, dia menyebut hal yang perlu diperhatikan dan dipahami adalah, politik itu bicara soal kepentingan. Maka dalam pengalaman dirinya yang telah berpolitik sejak 1999, bersyukur dimampukan memberi warna Kasih dalam sikap tindak sebagai politisi. Hal ini terlihat dalam pilihan-pilihan kebijakan publik yang dihasilkan.
Mantan Presiden MADN ini mengatakan bahwa dirinya saya menerapkan prinsip 3 P, yakni mampu dalam kapasitas pikiran, dalam perkataan, dan dalam tindak perbuatan. 3P itu pun harapannya dapat dipegang setiap politisi Kristen.
"Dalam pengalaman saya, ketika memimpin Komisi II dan Komisi III DPR RI di periode 1999-2004 dan 2004-2005, ada yang kurang berkenan atas kepemimpinan saya pun, akhirnya lalu menghargai. Hal yang sama saya terapkan saat menjadi pelayan rakyat dan memimpin Kalimantan Tengah," demikian Teras Narang.