Muara Teweh (ANTARA) - Hulu Sungai Barito di kawasan pedalaman Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah, surut sehingga sejumlah kapal dan tongkang bertonase besar ada yang kandas serta tidak bisa berlayar.
"Angkutan angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar, bahkan ada dua tongkang yang kandas di tengah Sungai Barito dalam sepekan terakhir," kata Kepala Bidang Perhubungan Sungai dan Penyeberangan Dinas Perhubungan Barito Utara Rizalfi di Muara Teweh, Jumat.
Menurut dia, ada dua buah tongkang bermuatan ribuan metrik ton batu bara kandas di tengah Sungai Barito di kawasan Teluk Siwak Kecamatan Montallat, selain itu ada sejumlah tongkang bermuatan batu bara bersandar di wilayah Bukau Kecamatan Teweh Tengah.
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tugboat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat.
Ketinggian air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh pada Jumat siang di angka 2 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar karena debit air sungai surut.
"Saat ini sejumlah tongkang kosong dan bermuatan batu bara sudah tidak bisa sehingga mereka bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," katanya.
Meski angkutan kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar, sejumlah kapal barang dan angkutan penumpang yang tonasenya sedang untuk sementara tidak mengalami kendala.
Surutnya Sungai Barito ini menjadi tempat bermain dan mandi masyarakat setempat, karena pasir dan batu kerikil timbul kepermukaan.
Kepala Kelompok Teknisi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Barito Utara Sunardi mengakui saat ini Sungai Barito surut, meski masih musim hujan.
"Saat ini masih memasuki musim penghujan, namun tingkat curah hujan di daerah ini pada Desember 2022 hanya 224 milimeter (14 hari hujan) atau di bawah normal dari rata-rata bulan yang sama sebanyak 284-384 mm, sedangkan Januari 2023 sampai Jumat (7/1) baru 5 mm" kata dia.
"Angkutan angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar, bahkan ada dua tongkang yang kandas di tengah Sungai Barito dalam sepekan terakhir," kata Kepala Bidang Perhubungan Sungai dan Penyeberangan Dinas Perhubungan Barito Utara Rizalfi di Muara Teweh, Jumat.
Menurut dia, ada dua buah tongkang bermuatan ribuan metrik ton batu bara kandas di tengah Sungai Barito di kawasan Teluk Siwak Kecamatan Montallat, selain itu ada sejumlah tongkang bermuatan batu bara bersandar di wilayah Bukau Kecamatan Teweh Tengah.
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tugboat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat.
Ketinggian air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh pada Jumat siang di angka 2 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar karena debit air sungai surut.
"Saat ini sejumlah tongkang kosong dan bermuatan batu bara sudah tidak bisa sehingga mereka bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," katanya.
Meski angkutan kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar, sejumlah kapal barang dan angkutan penumpang yang tonasenya sedang untuk sementara tidak mengalami kendala.
Surutnya Sungai Barito ini menjadi tempat bermain dan mandi masyarakat setempat, karena pasir dan batu kerikil timbul kepermukaan.
Kepala Kelompok Teknisi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Barito Utara Sunardi mengakui saat ini Sungai Barito surut, meski masih musim hujan.
"Saat ini masih memasuki musim penghujan, namun tingkat curah hujan di daerah ini pada Desember 2022 hanya 224 milimeter (14 hari hujan) atau di bawah normal dari rata-rata bulan yang sama sebanyak 284-384 mm, sedangkan Januari 2023 sampai Jumat (7/1) baru 5 mm" kata dia.