Kuala Kurun (ANTARA) - Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, merupakan salah satu kabupaten/kota di Indonesia yang telah bebas dari penyebaran penyakit frambusia, yakni penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri.
Keberhasilan tersebut tentunya tak lepas dari kerja sama dan dukungan dari seluruh pihak, ucap Bupati Gunung Mas, Jaya S Monong saat dibincangi di Kuala Kurun, Jumat.
“Gunung Mas telah menerima sertifikat bebas frambusia, yang diserahkan langsung oleh Bapak Menteri Kesehatan (Budi G Sadikin) kepada kami di Jakarta, Selasa (21/2) lalu,” sambungnya.
Orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kabupaten Gunung Mas ini menyebut, penyerahan penghargaan dilakukan saat peringatan hari Neglected Tropical Diseases (NTDs) Sedunia 2023. NTDs adalah penyakit tropis terabaikan.
Diapun menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak di kabupaten bermoto ‘Habangkalan Penyang Karuhei Tatau’, yang telah bekerja sama dengan baik sehingga berhasil menerima sertifikat bebas frambusia.
Jaya berharap kerja sama dan sinergi yang selama ini telah terjalin dengan baik, dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Itu semua demi kemajuan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Bupati Gumas berharap rumah RJ jadi wadah musyawarah selesaikan masalah hukum
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan RI melaporkan lima varian penyakit tropis terabaikan atau masih ditemukan pada sejumlah pasien di Indonesia.
"NTDs ini terjadi di daerah tropis di seluruh dunia. Jenisnya ada 20, di Indonesia ada lima, plus yang baru dimasukkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah rabies," kata Menteri Kesehatan RI Budi G Sadikin usai menghadiri Peringatan NTDs Sedunia 2023 di kawasan TMII Jakarta Timur, Selasa (21/2).
Lima varian penyakit tropis terabaikan di Indonesia itu, yakni kusta, frambusia atau infeksi kulit, filariasis atau kaki gajah, schistosomiasis atau cacingan, dan rabies.
Budi memastikan NTDs tidak mematikan, sebab obat-obatan, alat diagnosa, hingga vaksin sudah tersedia di Tanah Air. "Yang harus kita pastikan, surveilans dan protokol kesehatan harus baik," demikian Budi.
Untuk diketahui, frambusia disebabkan oleh bakteri treponema pallidum pertenue. Masyarakat umum biasa mengenal frambusia dengan sebutan patek atau koreng.
Baca juga: Disdikpora minta seluruh PAUD swasta di Gumas miliki legalitas formal
Baca juga: Pemkab hibahkan kendaraan tahanan bantu kinerja Kejari Gumas
Baca juga: Wabup Gunung Mas berharap coklit hasilkan data akurat