Trenton, Kanada (ANTARA) - Utusan Khusus anti Islamofobia Kanada Amira Elghawaby mengatakan pada Senin ia memilih London, Ontario untuk memulai tur lintas Kanada pertamanya karena satu keluarga Muslim terbunuh disana akibat kejahatan kebencian.

“Seruan untuk membentuk kantor khusus memerangi Islamofobia datang dari masyarakat Muslim di seluruh Kanada namun yang paling kuat datang dari masyarakat Muslim London,” ujar Elghawaby dalam wawancara dengan CBC Radio.

“Saya tahu saya harus datang ke London,” lanjut dia.

London adalah sebuah kota di barat daya Toronto dengan penduduk 404 ribu jiwa, merupakan tempat terjadinya kejahatan mengerikan pada 6 Juni 2021, ketika seorang pria yang mengendarai truk pikap secara sengaja menabrak keluarga Muslim yang sedang berjalan-jalan pada Minggu malam dan mengakibatkan empat orang tewas serta satu orang terluka.

Elghawaby yang ditunjuk oleh Perdana Menteri Justin Trudeau pada Januari mengatakan dia akan menyerukan hukum Islamofobia dan diskriminasi dimanapun menemukannya.

Dia memulai dengan awal yang sulit ketika diketahui bahwa dia ikut menulis artikel opini surat kabar yang mempermasalahkan UU 21 Quebec, yang melarang sebagian besar pekerja sipil memakai simbol keagamaan saat bekerja. UU kontroversial tersebut secara efektif melarang hijab atau penutup kepala bagi wanita seperti ajaran Islam.

Ia menulis bahwa UU 21 menunjukkan warga Quebec dipengaruhi sentimen anti Muslim.

Atas tulisannya tersebut Elghawaby meminta maaf, namun politisi Quebec meminta pemecatannya hanya beberapa hari setelah ia ditunjuk, namun Trudeau menolaknya sehingga ia tetap berada di posisinya.

Pada Senin, ia mengklarifikasi kedudukannya pada undang-undang Quebec.

“UU 21 mendiskriminasi orang-orang yang memakai simbol keagamaan yang terlihat dan ada dampak tidak sepadan terhadap wanita Muslim yang menggunakan jilbab,” kata dia.

“Seperti yang saya ucapkan dan akan terus saya ucapkan, bahwa hal itu mendiskriminasi; hal itu mendiskriminasi anggota masyarakat Quebec tertentu,” lanjutnya.

Dalam perhentian nya di London, Elghawaby mengatakan wanita-wanita Muslim menyatakan ketakutan mereka sejak pembunuhan pada 2021, ketika sebuah truk pikap meninggalkan jalanan dan menuju trotoar untuk menghancurkan sebuah keluarga.

“Saya bertemu wanita-wanita Muslim yang mengatakan bahwa jika terdengar suara keras saat mereka berjalan di jalanan, mereka merasa ketakutan,” ujar Elghawaby.

Elghawaby mengatakan akan mengunjungi masyarakat di seluruh Kanada dalam beberapa bulan ke depan.

Sumber: Anadolu
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mendukung langkah PBB yang menetapkan tanggal 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia dan menyatakan bahwa gelombang ketakutan terhadap agama harus diperangi.

"Kemenag menyambut baik dan mendukung ketetapan PBB, tanggal 15 Maret dijadikan sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia. Segala bentuk Islamofobia memang harus diperangi," ujar Menag Yaqut dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Menag mengatakan istilah Islamofobia sering dipahami sebagai gelombang prasangka, diskriminasi, ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan Muslim.

Menurutnya, semua bentuk prasangka dan ketakutan yang dialamatkan kepada agama, harus diperangi sebab kondisi tersebut menjadi salah satu faktor yang mengancam kerukunan dan harmoni antarumat beragama.

"Segala bentuk gelombang ketakutan terhadap agama, harus diperangi," kata dia.

Menag berharap keputusan PBB ini bisa menjadi momentum bagi umat Islam untuk berada di garda terdepan dalam mengatasi berbagai permasalahan dunia. Umat Islam harus dapat menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan prinsip Islam yang cinta damai.

Demikian pula umat agama lainnya, kata dia, agar menunjukkan sikap sesuai ajaran agamanya masing-masing yang juga mengedepankan persaudaraan dan kedamaian.

"Penting bagi umat seluruh agama untuk memastikan bahwa kerukunan, perdamaian, dan harmoni adalah ajaran universal agama. Sudah semestinya semua bergerak bersama dalam menciptakan persaudaraan kemanusiaan, bukan perpecahan dan permusuhan," kata dia.

Ikhtiar mewujudkan perdamaian dunia harus terus diupayakan. Kemenag terus berupaya menjalin komunikasi dengan dua tokoh agama dunia, Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dan Pemimpin Gereja Vatikan Paus Fransiskus, untuk menyebarkan benih perdamaian dunia.

Menag mengapresiasi inisiatif keduanya dalam mempromosikan nilai-nilai koeksistensi, toleransi, dan perdamaian yang dirinci dalam Dokumen Persaudaraan Manusia. Dokumen ini ditandatangani bersama oleh Imam Besar Ahmed Al-Tayeb dan Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada Februari 2019.

"Kami masih mengupayakan kedua tokoh agama dunia itu bisa hadir di Indonesia untuk melihat kerukunan, harmoni, dan persaudaraan bangsa Indonesia yang sangat beragam ini," kata dia.

Pewarta : Yoanita Hastryka Djohan
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024