Washington (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengeluarkan peringatan keras kepada Korea Utara dengan mengatakan setiap serangan nuklir terhadap AS atau sekutunya akan mengarah pada akhir rezim Pyongyang.
"Serangan nuklir oleh Korut terhadap AS dan sekutu atau mitra kami tidak dapat diterima, dan akan menjadi akhir dari rezim apa pun yang melakukan tindakan seperti itu," kata Biden, Rabu (26/4).
Biden berbicara dalam konferensi pers bersama Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Gedung Putih.
Pernyataan itu muncul ketika AS dan Korsel mengumumkan langkah bilateral baru yang disebut Deklarasi Washington, sebagai tanggapan atas pengembangan nuklir dan rudal balistik Korut.
Rencana yang diumumkan selama kunjungan kenegaraan resmi Presiden Yoon di AS itu mencakup sejumlah tindakan baru yang diambil oleh kedua negara.
Salah satunya adalah berlabuhnya kembali kapal selam bersenjata nuklir AS di Korsel untuk pertama kalinya dalam lebih dari 40 tahun.
Singgahnya kapal nuklir sempat dihentikan pada 1991 karena AS juga menarik senjata nuklirnya dari Korsel di tengah perjanjian yang ditandatangani kala itu di antara dua Korea tenteng pembatasan bersama atas semua kegiatan terkait nuklir.
Baca juga: Joe Biden kembali ikut pilpres 2024
Namun, pengembangan rudal balistik dan uji coba nuklir Korsel yang berkelanjutan telah melanggar perjanjian tersebut serta resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Selain kunjungan kapal selam, AS dan Korsel juga akan menyiapkan "kelompok konsultatif nuklir".
Kelompk itu akan mengadakan pertemuan rutin yang berfokus pada perencanaan tanggapan bersama terhadap serangan nuklir.
Badan tersebut ditugaskan untuk melapor kepada para pemimpin negara secara rutin, dan kedua negara akan berupaya untuk lebih mengintegrasikan militer Korsel dan AS sebagai bagian dari rencana pencegahan bersama terhadap Korut.
"Kedua negara telah sepakat untuk segera melakukan konsultasi bilateral presiden jika terjadi serangan nuklir Korea Utara... janji untuk menanggapi dengan cepat, luar biasa, dan tegas menggunakan kekuatan penuh aliansi, termasuk senjata nuklir AS," kata Yoon.
Dia meyakini kerja sama tersebut akan mengurangi kekhawatiran warga Korea terhadap senjata nuklir Korut.
"Jika senjata nuklir digunakan, kedua negara kami akan memperkuat tanggapan kami dengan cepat," ujar Yoon kepada wartawan.
Biden mengatakan Deklarasi Washington adalah langkah bijaksana untuk memperkuat pencegahan yang diperluas kedua negara sebagai tanggapan atas peningkatan eskalasi Korut.
Dia menegaskan bahwa AS tidak akan mengirim senjata nuklir apa pun ke Semenanjung Korea, tetapi akan bekerja lebih erat dengan Seoul untuk menanggapi setiap potensi serangan nuklir dari Pyongyang.
Biden lebih lanjut menekankan bahwa Seoul telah berulang kali menegaskan kembali komitmennya di bawah Perjanjian Non Proliferasi Nuklir, perjanjian penting tahun 1968 yang bertujuan untuk membatasi penyebaran teknologi nuklir.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Joe Biden: Dunia terlalu melebih-lebihkan aliansi China-Rusia
Baca juga: Bila China ancam kedaulatan AS, Biden janji akan bertindak
Baca juga: Korut perluas restorasi lokasi uji coba nuklirnya
"Serangan nuklir oleh Korut terhadap AS dan sekutu atau mitra kami tidak dapat diterima, dan akan menjadi akhir dari rezim apa pun yang melakukan tindakan seperti itu," kata Biden, Rabu (26/4).
Biden berbicara dalam konferensi pers bersama Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Gedung Putih.
Pernyataan itu muncul ketika AS dan Korsel mengumumkan langkah bilateral baru yang disebut Deklarasi Washington, sebagai tanggapan atas pengembangan nuklir dan rudal balistik Korut.
Rencana yang diumumkan selama kunjungan kenegaraan resmi Presiden Yoon di AS itu mencakup sejumlah tindakan baru yang diambil oleh kedua negara.
Salah satunya adalah berlabuhnya kembali kapal selam bersenjata nuklir AS di Korsel untuk pertama kalinya dalam lebih dari 40 tahun.
Singgahnya kapal nuklir sempat dihentikan pada 1991 karena AS juga menarik senjata nuklirnya dari Korsel di tengah perjanjian yang ditandatangani kala itu di antara dua Korea tenteng pembatasan bersama atas semua kegiatan terkait nuklir.
Baca juga: Joe Biden kembali ikut pilpres 2024
Namun, pengembangan rudal balistik dan uji coba nuklir Korsel yang berkelanjutan telah melanggar perjanjian tersebut serta resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Selain kunjungan kapal selam, AS dan Korsel juga akan menyiapkan "kelompok konsultatif nuklir".
Kelompk itu akan mengadakan pertemuan rutin yang berfokus pada perencanaan tanggapan bersama terhadap serangan nuklir.
Badan tersebut ditugaskan untuk melapor kepada para pemimpin negara secara rutin, dan kedua negara akan berupaya untuk lebih mengintegrasikan militer Korsel dan AS sebagai bagian dari rencana pencegahan bersama terhadap Korut.
"Kedua negara telah sepakat untuk segera melakukan konsultasi bilateral presiden jika terjadi serangan nuklir Korea Utara... janji untuk menanggapi dengan cepat, luar biasa, dan tegas menggunakan kekuatan penuh aliansi, termasuk senjata nuklir AS," kata Yoon.
Dia meyakini kerja sama tersebut akan mengurangi kekhawatiran warga Korea terhadap senjata nuklir Korut.
"Jika senjata nuklir digunakan, kedua negara kami akan memperkuat tanggapan kami dengan cepat," ujar Yoon kepada wartawan.
Biden mengatakan Deklarasi Washington adalah langkah bijaksana untuk memperkuat pencegahan yang diperluas kedua negara sebagai tanggapan atas peningkatan eskalasi Korut.
Dia menegaskan bahwa AS tidak akan mengirim senjata nuklir apa pun ke Semenanjung Korea, tetapi akan bekerja lebih erat dengan Seoul untuk menanggapi setiap potensi serangan nuklir dari Pyongyang.
Biden lebih lanjut menekankan bahwa Seoul telah berulang kali menegaskan kembali komitmennya di bawah Perjanjian Non Proliferasi Nuklir, perjanjian penting tahun 1968 yang bertujuan untuk membatasi penyebaran teknologi nuklir.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Joe Biden: Dunia terlalu melebih-lebihkan aliansi China-Rusia
Baca juga: Bila China ancam kedaulatan AS, Biden janji akan bertindak
Baca juga: Korut perluas restorasi lokasi uji coba nuklirnya