New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street memperpanjang penurunan pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena kebuntuan tentang negosiasi peningkatan pagu utang antara Gedung Putih dan perwakilan Republik berlarut-larut tanpa kesepakatan, meningkatkan kekhawatiran akan bencana gagal bayar AS.


Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 255,59 poin atau 0,77 persen, menjadi menetap di 32.799,92 poin. Indeks S&P 500 merosot 30,34 poin atau 0,73 persen, menjadi berakhir di 4.115,24 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpangkas 76,08 poin atau 0,61 persen, menjadi ditutup pada 12.484,16 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor real estat dan keuangan memimpin penurunan dengan masing-masing kehilangan 2,21 persen dan 1,31 persen. Sementara itu, sektor energi melawan tren dengan naik 0,52 persen.



Jatuhnya saham-saham AS pada Rabu (24/5/2023) memperpanjang aksi jual pada Selasa (23/5/2023), karena anggota parlemen berjuang untuk mencapai kompromi pada plafon utang negara.

Kurangnya kemajuan dalam meningkatkan batas utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS menjelang tenggat waktu 1 Juni, dengan beberapa putaran pembicaraan yang tidak meyakinkan, telah membuat investor gelisah karena risiko bencana gagal bayar semakin besar.

Ketua DPR Kevin McCarthy mengatakan pada Rabu (24/5/2023) bahwa negosiator tetap berselisih tentang batas pengeluaran, dan menyalahkan rekan-rekan Demokratnya atas kebuntuan saat ini.

McCarthy juga mengatakan bahwa dia yakin kedua belah pihak di meja perundingan dapat membuat kemajuan dan mendapatkan kesepakatan untuk mencegah gagal bayar.

Investor khawatir, dan pasar saham turun sementara aset-aset safe-haven lebih tinggi, kata Kenny Fisher, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.

"Kami telah melihat film ini sebelumnya, dan Kongres selalu mencapai kesepakatan sebelum tenggat waktu," kata Fisher.



Kegagalan untuk mencapai kesepakatan pagu utang dapat berdampak buruk, kata Nouriel Roubini, ketua Roubini Macro Associates, dalam wawancara dengan Bloomberg pada Rabu (24/5/2023).

"Mereka mungkin sampai satu jam terakhir sebelum ada kesepakatan, atau mungkin mereka tidak mencapai kesepakatan. Jika itu tidak terjadi, maka pasar akan ambruk," kata Roubini.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan Rabu (24/5/2023) bahwa hampir pasti Departemen Keuangan akan kehabisan sumber daya pada awal Juni. Dia juga memperingatkan bahwa mungkin ada kesulitan finansial bahkan dengan perjanjian utang dan "kita baru melihat permulaannya."

Investor juga mencermati risalah pertemuan Mei Federal Reserve yang dirilis pada Rabu (24/5/2023). Risalah menunjukkan para pembuat kebijakan terbelah atas apakah bank sentral harus menaikkan suku bunga lagi pada Juni, dengan beberapa dari mereka melihat perlunya kenaikan lagi sementara yang lain mengharapkan kenaikan lagi mungkin tidak diperlukan.



Sementara itu, risalah terakhir menunjukkan bahwa keputusan untuk menaikkan suku bunga dalam pertemuan kebijakan moneter mendatang pada Juni pada akhirnya akan bergantung pada data.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memiliki kemungkinan lebih dari 30 persen untuk menaikkan suku bunga dana federal sebesar 25 basis poin lagi pada Juni, menurut data dari CME FedWatch Tool pada Rabu (24/5/2023) sore.

Pewarta : Apep Suhendar
Uploader : Admin 1
Copyright © ANTARA 2024